jpnn.com - Berada di posisi tiga besar sebagai penyakit paling mematikan di dunia, tak heran jika strok adalah momok menakutkan bagi semua orang. Banyak rumor beredar, salah satunya menyebut kerokan bisa picu strok.
Apakah ini hanya mitos atau memang didukung fakta medis?
BACA JUGA: 5 Tahun Menetap di Amerika, Atiek CB Tetap Kerokan
Sayangnya, hingga detik ini tidak ada satu pun penelitian atau studi ilmiah yang membuktikan hubungan antara kerokan dengan stroke. Dengan kata lain, kabar bahwa strok bisa dipicu oleh kerokan hanyalah isapan jempol semata.
Apa saja faktor risiko strok?
BACA JUGA: Waspada, Serangan Heat Stroke Saat Cuaca Panas
Ada banyak faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami serangan strok di kemudian hari. Namun sekali lagi, kerokan bukan salah satunya. Faktor risiko tersebut ada yang bisa diubah dan ada yang tidak.
Faktor risiko stroke yang tidak dapat diubah, meliputi:
BACA JUGA: Tidur Siang Efektif Turunkan Risiko Serangan Jantung dan Stroke?
- Usia: orang-orang yang berusia di atas 55 tahun akan lebih berisiko terserang stroke dibandingkan dengan mereka yang berusia lebih muda.
- Jenis kelamin: wanita lebih berisiko terserang stroke dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini berhubungan dengan perubahan hormon saat hamil atau penggunaan kontrasepsi yang mengandung hormon.
- Riwayat stroke: seseorang yang pernah terkena stroke di masa lalu berpotensi untuk mengalami serangan serupa di masa mendatang.
Meski faktor risiko di atas tak dapat diubah, tetapi jangan langsung pasrah pada kodrat, karena masih ada faktor lainnya yang dapat dimodisikasi untuk menurunkan risiko terjadinya strok.
Artiya, meski Anda sudah di atas 55 tahun, berjenis kelamin wanita, dan punya riwayat strok di masa lalu tetap bisa sehat bila gaya hidup dan kondisi tubuh selalu terjaga.
Faktor risiko strok yang bisa diubah adalah dengan menghindari:
1. Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi menjadi faktor risiko utama strok, apalagi jika tidak terkontrol. Bila tekanan darah terukur berada di atas nilai normal, yaitu 120/80 mmHg, maka perubahan gaya hidup dan kontrol dengan obat-obatan harus dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi, termasuk stroe.
2. Obesitas
Selain hipertensi, berat badan berlebih yang berada pada kategori obesitas juga dapat meningkatkan risiko strok. Oleh sebab itu, menjaga berat badan tetap ideal adalah syarat mutlak dalam meminimalkan risiko strok di masa mendatang.
3. Diabetes
Pada penderita diabetes, kontrol gula darah secara ketat menjadi salah satu syarat untuk menghindari serangan stroke. Sebab, kadar gula darah yang tidak stabil mampu mengundang berbagai macam komplikasi, termasuk kerusakan pembuluh darah besar yang bisa berujung pada stroke.
4. Kolesterol tinggi
Pembuluh darah dapat semakin sempit, bahkan hingga tersumbat total, akibat timbunan kolesterol di dindingnya. Sehingga, itu dapat mengganggu aliran darah ke berbagai organ penting, termasuk otak. Terhentinya aliran darah ke otak inilah yang menyebabkan terjadinya stroke yang dapat mematikan.
5. Merokok
Berbagai senyawa kimia yang ada pada rokok dapat merusak dinding pembuluh darah. Kerusakan ini dapat menyebabkan sumbatan atau pecahnya pembuluh darah yang berujung pada stroke. Jadi, hentikan kebiasaan merokok dan jauhi asapnya sekarang juga.
6. Terlalu banyak duduk
Tidak aktif bergerak dan terlalu banyak duduk dalam aktivitas sehari-hari ternyata bisa melipatgandakan risiko stroke. Hindari hal ini dengan tetap aktif dan berolahraga secara rutin, setidaknya 30 menit per hari.
Menyambut Hari Stroke Sedunia yang diperingati setiap 29 Oktober, mari luruskan rumor seputar strok, salah satunya bahwa kerokan bisa picu strok. Itu hanya mitos belaka tanda dukungan fakta medis.(MS/RN/klikdokter)
Redaktur & Reporter : Yessy