Komentari Video Jokowi Picu Kerumunan Massa, Rocky Gerung Sempat Mengira Habib Rizieq

Rabu, 24 Februari 2021 – 17:14 WIB
Rocky Gerung. Foto: Aristo Setiawan/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Rocky Gerung melontarkan kritik keras kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dalam kunjungan kerjanya di Nusa Tenggara Timur (NTT) menimbulkan kerumunan dalam jumlah besar.

Rocky mengaku sempat tak percaya melihat video kerumunan massa yang diduga sarat pelanggaran protokol kesehatan pada penyambutan atas kedatangan Presiden Ketujuh RI itu di Maumere, NTT.

BACA JUGA: Mardani Sentil Kunjungan Jokowi Timbulkan Kerumunan: Warga Mencontoh Pemimpinnya

"Itu bukannya hoaks? Saya kira itu hoaks," ujar Rocky dalam kanal Hersubeno Arief Point di YouTube, Rabu (24/2).

Mantan dosen Universitas Indonesia (UI) itu menduga video yang viral tersebut dari peristiwa lama. Alasannya, dalam video itu terlihat ada Jokowi membagi-bagikan bantuan kepada orang-orang yang mengerumuninya.

BACA JUGA: Kombes Syahduddi: Sekarang Kami Tindak Tegas

"Saya pikir itu video lama kemudian diakali pakai masker, kemudian ada yang kena lemparan bansos. Polanya kan begitu, jadi saya belum tahu itu hoaks atau bukan. Tergantung Istana," tuturnya.

Lebih lanjut Rocky menyebut video dramatis itu berakibat drastis. Sebab, peristiwanya terjadi saat ada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikor dalam rangka menekan kasus Covid-19 yang telah melebihi tembus sejuta.

BACA JUGA: Kematian Iyus Suhendri Menyisakan Tanda Tanya

"Jadi sebetulnya itu dramatis sekali peristiwa itu tetapi akibatnya tragis karena ini di masa pandemi. Kalau enggak ada pandemi sih itu dramatis bisa menaikkan elektabilitas sang tokoh. Namun, jadi tragis karena ada pembandingnya," ujarnya.

Rocky juga mengaku sempat mengira seseorang yang mengeluarkan kepala dari dalam mobil ada kerumunan massa itu bukan Jokowi, melainkan Habib Rizieq Shihab. "Kan Habib Rizieq (saat tiba di Bandara Soekarno Hatta pada 10 November 2020, red) dulu begitu," katanya.

Oleh karena itu Rocky menilai penjelasan Istana Kepresidenan tentang peristiwa kerumunan massa dalam kunjungan Jokowi di NTT itu belum cukup. Sebab, publik pasti membandingkan peristiwa itu dengan kasus yang menjerat Habib Riziew.

"Jadi istana tidak cukup menerangkan bahwa peristiwa itu yang terjadi karena kesiagaan yang kurang dan antusiasme masyarakat yang berlebihan," bebernya.

Rocky menegaskan bahwa video yang beredar memperlihatkan Jokowi melemparkan berbagai pemberian kepada massa yang berkerumun.

"Itu kan artinya minta rakyat berkumpul, nih ada hadiah," sambungnya.

Menurut Rocky, semestinya Jokowi berdiam di dalam mobi dan melambaikan tangan saja karena saat ini masa pandemi. Dengan demikian Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) tetap bisa menghindarkan Jokowi dari kerumunan yang mendekat.

Namun, dalam video itu justru Jokowi yang terlihat memancing kerumunan. "Mana ada orang dilempari hadiah malah menjauh, ya pasti mendekatlah," ucapnya.

Oleh karena itu Rocky tidak heran dengan banyaknya warganet yang mempersoalkan kerumunan dalam kunjungan kerja Jokowi itu. Sebab, prinsip kesetaraan di depan hukum atau equality before the law menempatkan semua orang pada posisi sama.

"Yang terjadi adalah stupidity before the law (kedunguan di depan hukum, red), karena orang bandingkan langsung (Jokowi) dengan Habib Rizieq yang juga dituduh melakukan kerumunan tetapi dihukum," jelasnya.

Presiden Jokowi, sambung Rocky, sebaiknya langsung melakukan klarifikasi tanpa perlu menunggu Istana Kepresidenan meminta maaf.

"Oke, saya telah melakukan kesalahan karenanya saya akan membayar denda Rp 50 juta, karena itu sebenarnya lebih beradab supaya kontroversi berhenti," pungkasnya.(esy/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler