"Kohesifitas sosial yang selama ini terjahit telah terkoyak. Masyarakat menjadi begitu mudah tersulut emosinya sehingga berujung konflik berdarah hanya untuk hal-hal yang awalnya sangat sepele," ujar Marwan dalam siaran persnya, Sabtu (3/11), terkait maraknya aksi konflik horizontal belakangan ini.
Marwan menyatakan, kerusuhan di Poso dan Lampung yang baru saja terjadi menjadi bukti nyata tentang rapuhnya rajutan kebersamaan dalam masyarakat. "Tradisi gotong royong perlahan namun pasti mulai pudar dan digantikan dengan sifat individualistis," kata Marwan.
Ia menegaskan, negara terkadang lalai menumbuhkan nilai-nilai kekeluargaan dan kebersamaan dan menggantikannya dengan sesuatu yang bersifat material. Akibatnya, tegas dia, rasa kebersamaan antar masyarakat semakin pudar. "Nilai gotong royong, empati, toleransi, dan serta kebersamaan sesama anak bangsa menjadi semakin terkikis," ungkap Ketua DPP PKB itu.
Marwan menjelaskan, konflik di masyarakat harus dicarikan akar masalah dan solusinya. Sehingga, tegas dia, penyelesaiannya pun tidak hanya pada permukaan dan parsial.
Karenanya, Marwan pun menyarankan, sistem deteksi dini tampaknya harus benar-benar diterapkan negara untuk daerah-daerah yang rawan konflik. "Maupun yang punya sejarah konflik," jelasnya.
Marwan juga menyoroti maraknya tawuran pelajar dan mahasiswa juga menunjukan bahwa banyak institusi pendidikan yang lupa mengajarkan akan visi dasar pendidikan. Tegasnya, hanya menjadikan siswa menjadi obyek pengetahuan.(boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cetak 5 Ribu Pemuda Duta Budaya
Redaktur : Tim Redaksi