Kesaksian Buyung Sidi Rajo, Korban Selamat Bus PO Yanti

Histeris Lihat Istri Terbakar Hidup-Hidup

Minggu, 06 Mei 2012 – 00:06 WIB
Aparat kepolisian melakukan olah TKP PO Bus Yanti yang terbakar. Foto : Fajar Rillah Vesky/Padang Ekspres/JPNN

Buyung Sidi Rajo tak pernah menduga Selasa (1/5) lalu akan menjadi hari terakhir kebersamaan dirinya dengan Rosida, sang istri. Kebakaran bus PO Yanti jurusan Dumai"Solok di Kelok 9, Kabupaten Limapuluh Kota, itu telah merenggut nyawa belahan jiwanya.
 
 GUSTI AYU, Padang
 
DENGAN mata kepala sendiri, Buyung Sidi Rajo menyaksikan istrinya meregang nyawa. Dia tak berdaya untuk menyelamatkan Rosida dari kobaran api yang melahap bus Yanti bernopol BA 3653 L. Sebab, tubuh Buyung juga dijilati si jago merah meski dirinya bisa keluar dari badan bus.
 
Dengan histeris, dia hanya bisa memandangi tubuh istrinya dan penumpang lain yang terbakar hidup-hidup. "Saya sebenarnya ingin menolong istri saya. Tapi, api sudah membubung tinggi dan membakar seluruh bus," ungkap Buyung saat ditemui di RS Adnaan Payakumbuh, tempat dirinya dirawat.
 
Dia hanya bisa tertunduk lesu di bangsal rumah sakit itu. Gurat-gurat penyesalan menghinggapi wajahnya yang kusut. Matanya memandang ke setiap orang yang masuk ke ruangannya. Tatapannya nanar. Sesekali dia meringis menahan sakit. Sebab, punggung dan kedua tangannya melepuh, meski tak seberapa parah.
 
Kepada Padang Ekspres (JPNN Group), pria 63 tahun itu bercerita, peristiwa kebakaran bus PO Yanti tersebut berlangsung cepat. Hanya dalam waktu 5 menit api sudah menghanguskan seluruh badan bus berpenumpang 42 orang tersebut. Musibah itu menewaskan 13 penumpang, sedangkan 29 lainnya, termasuk sopir dan kernet, selamat. Buyung juga berada di antara para penumpang yang selamat meski tangan dan punggungnya terjilat kobaran api.
 
Sejak berangkat dari Duri sampai Kelok 9, Buyung merasa bus baik-bak saja. Bahkan, saat bus berhenti di rumah makan di tengah perjalanan, juga tidak ada kerusakan mesin atau lainnya. Karena itu, perjalanan lancar-lancar saja. "Saya dan istri juga ikut makan di rumah makan pinggir jalan itu," ujarnya.

Setelah 30 menit kendaraan melaju kembali, para penumpang mulai mencium bau kabel yang terbakar. Namun, sopir dan kernet membiarkannya. Benar, tak lama berselang, terlihat percikan api di bagian depan kendaraan, dekat sopir.

Para penumpang langsung panik. Mereka meminta sopir menghentikan laju bus. Namun, api telanjur cepat membesar dan menutupi pintu keluar. Apalagi, di sekitar sumber api banyak bawaan penumpang yang turut menghambat penumpang yang berebut keluar.
 
Nahas bagi Rosida dan 12 penumpang lainnya. Mereka terjebak di dalam bus dan tak bisa menyelamatkan diri. Dalam waktu sekejap, api melahap seluruh badan bus disertai jerit histeris para penumpang. Tak terkecuali Buyung yang tak bisa apa-apa menyaksikan tubuh istrinya terpanggang di dalam bus.
 
Kebanyakan korban tewas adalah penumpang yang berada di belakang dan tengah. Sebab, pintu bus di bagian belakang terkunci. Sementara itu, di pintu depan, penumpang berebut ingin keluar.
 
Api semakin besar setelah merembet ke barang-barang penumpang serta menjilat tangki BBM bus. Kondisi pun tak bisa dikuasai lagi. Diiringi tangis dan teriakan minta tolong, si jago merah menguasai bus PO Yanti. "Saya panik karena pintu belakang tak bisa dibuka. Istri saya juga bingung," cerita Buyung.
 
Dalam kondisi superpanik, Buyung lalu berinisiatif untuk memecah kaca jendela. Begitu kaca pecah, dia berupaya keluar dengan susah payah. Saat itu, dia juga berusaha menarik tangan istrinya. "Tapi, asap tebal membuat kami sesak napas. Istri saya tak punya tenaga lagi untuk keluar," tambahnya.
 
Sambil menangis sesenggukan, Buyung menyaksikan tubuh istrinya dilalap api hingga tak bergerak lagi. "Saya melihat istri saya terbakar hidup-hidup," ujarnya sembari mengusap air mata yang menetes di pipinya yang mulai keriput.
 
Saat itu kondisi di TKP (tempat kejadian perkara) sangat sepi. Maklum, saat itu sekitar pukul 04.30. Selain itu, lokasi kejadian jauh dari permukiman penduduk, sehingga pertolongan terhadap korban tewas maupun luka-luka terlambat. "Saya tidak mengira makan malam itu menjadi makan malam terakhir saya bersama istri," ujar Buyung.
 
Pria berkulit hitam tersebut mengaku kerap menggunakan bus PO Yanti saat pulang dari Duri ke Solok. Namun, biasanya dia naik bus PO Yanti yang berukuran kecil. Entah mengapa hari itu dia memutuskan untuk menumpang bus PO Yanti yang berukuran besar. "Mungkin ini takdir dari Yang Mahakuasa. Saya hanya bisa pasrah," ungkapnya.
 
Penumpang selamat lainnya, Fikri, menceritakan, dirinya bisa keluar dari bus setelah memecah kaca jendela. "Saya lalu menyuruh Bapak itu (Buyung, Red) untuk keluar duluan. Sebab, saya lihat dia sudah kepayahan. Saya tak tega," tutur pria 27 tahun tersebut.
 
Seperti halnya Buyung, Fikri mengalami luka bakar di wajah. Meski begitu, dia tetap bersyukur masih bisa selamat. "Terus terang, kalau Bapak itu tak memecah kaca jendela, mungkin saya ikut terpanggang," ujarnya.
 
Fikri juga mengaku sempat melihat para penumpang yang tersisa di dalam bus panik dan berlomba keluar. Bahkan, dia melihat tubuh-tubuh penumpang yang terbakar hidup-hidup. "Ngeri sekali. Kasihan sekali. Pemandangan yang sulit saya lupakan," tegasnya. (*/c5/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Mahasiswi IPB Bikin Beras Analog Pengganti Beras Otentik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler