Kesaksian Jemaah yang Selamat dari Kamis Berdarah di Mina, Mana Pengamanan?

Jumat, 25 September 2015 – 10:05 WIB
Ilustrasi. Foto: AFP

jpnn.com - MAKKAH - Setidaknya 717 jemaah calon haji tewas dalam tragedi di Mina, Makkah, Kamis (24/9) pagi waktu setempat. Sejumlah laporan menyebutkan, 850 orang lainnya terluka dalam bencana paling mematikan dalam sejarah pelaksanaan haji dalam seperempat abad terakhir.

Dari sejumlah saksi hidup, alias jemaah nan hampir menjadi korban mengungkap saat-saat mengerikan di Mina, Kamis Berdarah itu.

BACA JUGA: 2 Jemaah Indonesia yang Meninggal di Mina Berhasil Diidentifikasi

Abdullah Lotfy (44), jemaah dari Mesir mengatakan, bencana di jalur 204 itu seperti gelombang. Lautan manusia bergerak ke depan dengan cepat dan tiba-tiba kembali ke belakang.

"Saya melihat seseorang tersandung dengan kursi roda, kemudian beberapa orang tersandung padanya. Orang-orang kemudian memanjat satu sama lain, hanya untuk bernapas, hanya untuk hidup," kenang Lotfy kepada Associated Press.

BACA JUGA: Kesaksian Jamaah asal Indonesia, Banyak Mayat Digotong ke Arah Jembatan

Menurutnya, kepanikan di Mina dipicu oleh tabrakan atau pertemuan lautan manusia di persimpangan dua jalan yang sempit. Dalam hitungan menit, jalanan sudah menjadi ladang mengerikan. Manusia terbaring acak-acakan. "Itu benar-benar seperti gelombang," ujarnya.

Jemaah calon haji lainnya, Abdulrahman mengatakan, kejadian di Mina itu begitu mengerikan. "Saya melihat para peziarah (calon haji) jatuh ke bawah dan semakin hancur. Ada wanita tua berteriak, meminta bantuan. Saya sendiri berusaha keras untuk keluar," katanya.

BACA JUGA: Inilah Data Sejumlah Insiden yang Pernah Terjadi di Mina

Abdulrahman mengatakan, dia kehilangan pakaiannya, robek, namun dia tak peduli dan saya berhasil keluar. "Kemudian saya mencoba untuk mendapatkan di salah satu kamp-kamp tenda. Tetapi saya diblokir oleh pasukan keamanan yang terus mencegah orang masuk," katanya.

Menurutnya, pihak berwenang sangat lambat untuk menenangkan kekacauan. "Saya melihat pertahanan sipil di sana tetapi mereka sangat terlambat. Pintu keluar darurat sangat minim. Seharusnya setiap 50 meter ada jalan untuk keluar," ujar Abdulrahman.

Di luar dari duka mendalam dari tragedi itu, sejumlah pihak mulai saling menuding, dan mempertanyakan kemampuan atau keseriusan Arab Saudi mengelola hajatan besar tahunan di negaranya. Ibadah haji? Bukan melibatkan ratusan atau ribuan orang. Namun jutaan manusia.

Seperti dilaporkan, The Guardian, Jumat (25/9), pemerintah Iran, yang juga berduka karena warganya ikut menjadi korban Tragedi Mina 2015, menuding Arab Saudi lalai dalam soal keamanan. Bahkan Teheran mempertanyakan dengan keras alasan mengapa dua dari lima akses ibadah lempar jumrah di Mina itu tak dibuka.

Sementara beberapa politikus Saudi tampaknya mendorong dugaan kesalahan kepada para jemaah dari benua Afrika yang dianggap tak disiplin. Apapun, nasi sudah menjadi bubur. Ratusan orang mati syahid di Tanah Suci saat melakoni Rukun Islam. (adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Total 717 Jamaah Tewas, Kemungkinan dari Indonesia Lebih dari Tiga


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler