jpnn.com - Berobat ke luar negeri, terutama ke Malaysia, Singapura belakangan ini ke Korea, telah menjadi salah satu tren bagi warga Indonesia. Seiring dengan makin populernya tren berobat keluar negeri ini, ada beberapa mitos yang berkembang yang tidak sepenuhnya benar. Agar tak salah langkah, simak lima mitos berikut beserta faktanya:
1. Biaya berobatnya lebih mahal dibanding di Indonesia?
BACA JUGA: Banyak Masyarakat Indonesia kini Berobat Ke Malaysia
Faktanya: Bisa iya, bisa tidak.
Dikutip dari Medisata, perwakilan rumah sakit Malaysia dan Singapura, biaya berobat di Malaysia kurang lebih sama dengan di Indonesia. Lain cerita jika berobat di Singapura, biaya berobatnya bisa 3 kali lipat lebih mahal.
BACA JUGA: Cita Citata Girang Berobat di Malaysia
Kalau sudah tahu di Singapura mahal, mengapa tetap banyak saja orang Indonesia yang berobat ke sana? Ini masalah trust. Sebagian orang percaya bahwa Singapura lebih maju dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara dalam berbagai bidang, termasuk bidang kesehatan.
Label inilah yang membuat orang tetap mau mengeluarkan biaya sekian kali lipat demi mendapatkan pengobatan terdepan.
2. Kalau berobat ke luar negeri pasti sembuh!
Faktanya: Belum tentu.
Semua dokter di negara manapun memegang teguh prinsip untuk memberikan pelayanan yang terbaik agar pasien dapat sembuh lebih cepat. Dengan didukung teknologi medis yang lebih maju, seperti yang dimiliki rumah sakit di Malaysia dan Singapura, kemungkinan pasien bisa sembuh semakin tinggi. Tapi hal ini tidak menjamin 100% pasien bisa sembuh.
Ada faktor di luar kendali dokter, seperti apakah pasien mengikuti saran dari dokter atau tidak, makan obat teratur atau tidak, dll. Oleh karena itu, sembuhnya seorang pasien akan didukung baik oleh faktor dokter, teknologi, dan pasien itu sendiri.
3. Benarkah tidak perlu antri untuk bertemu dokter?
Faktanya: Tergantung rumah sakit yang dituju.
Hampir semua klinik dokter di Singapura menggunakan sistem appointment jadi pasien sudah diberikan jadwal pasti (hari dan jam nya) untuk ketemu dokter. Sistem ini membuat pasien tidak perlu menunggu berjam-jam untuk bisa ketemu dokter. Cukup datang pada waktu yang sudah ditentukan, dokternya akan siap menemui pasien.
Sayangnya baru sebagian rumah sakit di Malaysia juga menggunakan sistem appointment seperti di Singapura, masih banyak yang menggunakan sistem first come first serve.
Sistem ini membuat pasien cenderung berlomba-lomba datang sepagi mungkin (bahkan ada yang antri dari jam 3 subuh), untuk dapat nomor antrian seawal mungkin supaya bisa ketemu dokter duluan. Bagi pasien yang datang agak siang, sudah pasti dapat nomor antrian ‘buncit’. Kalau sudah begini, bisa tunggu cukup lama.
4. Wajib bisa bahasa Inggris
Faktanya: Tidak perlu!
Seperti yang telah dijelaskan di atas, tren orang Indonesia berobat keluar negeri sudah berlangsung selama 2 dekade terakhir, hal ini membuat rumah sakit baik di Malaysia dan Singapura ‘berbenah’. Sebagian besar dokter dan staff rumah sakit di sana bisa Bahasa Indonesia atau setidaknya Melayu.
Bahkan di beberapa rumah sakit di Singapura, mereka menyediakan penerjemah yang siap menemani Anda selama proses konsul agar tidak ada salah paham.
Namun, tetap ada baiknya jika pasien atau pendamping yang akan menemani bisa berbahasa Inggris agar tidak ada halangan selama perjalanan.
5. Lebih praktis membawa uang tunai ‘segepok’ saat berobat keluar negeri
Faktanya: Ini cukup riskan.
Pasien harus extra hati-hati jika membawa uang dalam jumlah besar dalam perjalanan. Selain membawa tunai uang berobat, sebenarnya ada opsi lainnya misal menggunakan kartu kredit atau transfer lewat bank seperti Bank Mandiri Remittance yang bisa transfer uang dari Indonesia ke Malaysia dalam satu hari atau Bank BCA Remittance yang bisa transfer uang dari Indonesia ke Malaysia dan Singapura juga dalam satu hari.
Berobat keluar negeri merupakan satu opsi yang bisa dipertimbangkan. Tentunya dengan mengetahui lima fakta di atas, kini Anda bisa lebih bijak dalam menentukan pilihan.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy