Ketahui Penyebab Speech Delay pada Anak

Rabu, 02 Oktober 2019 – 12:47 WIB
Ilustrasi anak. Foto: Antara

jpnn.com - Speech delay atau keterlambatan bicara adalah kondisi kemampuan bicara anak yang tidak berkembang sesuai dengan usianya. Gangguan perkembangan ini cukup umum ditemui. Diperkirakan, 1 dari 10 anak usia prasekolah akan mengalami keterlambatan bicara. Karena mungkin saja ini terjadi pada si Kecil, orang tua perlu tahu apa saja penyebab speech delay pada anak berikut tanda-tandanya.

Tanda-tanda anak mengalami speech delay
Orang tua harus waspada jika menemukan tanda-tanda keterlambatan bicara pada anak seperti di bawah ini:

BACA JUGA: Clarice Cutie Ajak Anak-Anak Indonesia Lawan Bullying

  • Anak tidak mampu mengucapkan kata sederhana (misalnya “mama” atau “papa”) saat berusia 12-15 bulan
  • Anak tidak bisa memahami kata sederhana (misalnya “jangan”) saat berusia 18 bulan
  • Anak tidak bisa berbicara dalam kalimat pendek (3-4 kata) saat berusia 3 tahun
  • Anak tidak mampu bercerita secara sederhana saat berusia 4-5 tahun

Kenali faktor penyebab speech delay

Selain mengenali gejala speech delay, Anda sebaiknya juga mengetahui penyebab gangguan perkembangan ini agar dapat melakukan pencegahan dan penanganan sedini mungkin. Kemungkinan penyebabnya antara lain:

BACA JUGA: Viral Percakapan Anak STM Minta Bayaran Demo, Begini Penjelasan Polisi

1. Ada gangguan pendengaran

Salah satu penyebab yang mudah ditemukan, tapi sering kali terlupakan, adalah gangguan pendengaran. Misalnya, anak mengalami infeksi kronis di telinganya. Jika anak tidak dapat mendengar dengan baik, maka akan sulit baginya untuk mempelajari kata-kata yang diperlukan untuk berbicara. Otomatis, ia mengalami keterlambatan bicara.

2. Ada gangguan perkembangan bicara dan bahasa 

Penyebab lainnya adalah gangguan perkembangan bicara dan bahasa, yang juga termasuk penyebab umum speech delay pada anak. Pada kondisi ini, otak anak bekerja dengan cara yang berbeda dari anak lainnya, sehingga menimbukan permasalahan bicara. 

Pada kondisi ini, speech delay sering kali merupakan gejala awal gangguan belajar. Selain itu, gangguan perkembangan juga mungkin disebabkan oleh prematuritas (kelahiran yang berlangsung pada usia kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama), yang juga sering menyebabkan gangguan tumbuh kembang pada anak.

3. Gangguan struktur di area mulut

Speech delay dapat disebabkan permasalahan pada struktur di area mulut. Misalnya saja masalah pada lidah dan langit-langit mulut atau bisa juga karena frenulum lidah yang pendek (yang mengganggu gerakan lidah sehingga menyulitkan untuk menghasilkan kata-kata).

4. Masalah di sistem saraf

Berbagai masalah pada sistem saraf juga berpotensi menyebabkan speech delay, karena dapat memengaruhi otot-otot yang diperlukan untuk proses bicara. Misalnya saja cedera otak (traumatic brain injury), cerebral palsy (lumpuh otak), dan distrofi otot (pengurusan otot akibat kekurangan zat gizi).

5. Autisme

Anak dengan autisme biasanya juga akan memiliki masalah komunikasi, sehingga dapat menyebabkan timbulnya speech delay. Terkadang, anak juga dapat memilih untuk tidak bicara pada situasi-situasi tertentu, umumnya di sekolah. Kondisi ini dikenal juga dengan selective mutism.

6. Anak tidak diacuhkan

Tidak hanya masalah pada anak, faktor lingkungan juga sangat berperan penting. Pada anak yang tidak diacuhkan atau tidak terurus misalnya, mungkin ditemukan kondisi anak jarang mendengar orang dewasa di sekitarnya berbicara. Akibatnya, ia tidak distimulasi untuk belajar bicara sehingga terjadilah speech delay.

7. Lingkungan bilingual

Anak yang dibesarkan dalam lingkungan bilingual atau multilingual juga dapat membutuhkan waktu lebih lama untuk menggunakan salah satu, atau bahkan kedua bahasa tersebut. Hal ini disebabkan otak anak perlu bekerja lebih keras untuk mengartikan dan menggunakan dua atau lebih bahasa yang berbeda.

Ada banyak faktor yang dapat jadi penyebab speech delay pada anak. Untuk mencegahnya, orang tua dapat menstimulasi kemampuan berbicara anak dengan beberapa cara. Antara lain dengan rutin berbicara dengan anak (walaupun masih bayi), sering-sering bercerita atau membacakan buku cerita, bernyanyi untuk anak, ataupun merespons si Kecil saat ia berusaha untuk berkomunikasi.(HNS/RN/klikdokter)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler