Ketahuilah, di Nusakambangan Para Napi Terorisme Kerap Berulah

Minggu, 22 Mei 2016 – 11:11 WIB
Kalapas Pasir Putih, Hendra Eka Putra (dua dari kanan) bersama Abu Bakar Basyir. Foto: Jawa Pos

jpnn.com - NUSAKAMBANGAN dikenal sebagai pulau penjara. Bahkan, mendapat julukan baru sebagai pulau eksekusi.

Sipir yang biasanya digambarkan menjadi penguasa penjara dalam berbagai film, sangat bertolak belakang dengan kondisi pulau penjara itu. Napi terorisme kerap menjajal nyali sipir. Kondisi alam Nusakambangan juga mengancam nyawa.

BACA JUGA: Oh Indahnya...Band Gereja Kolaborasi dengan Grup Rebana

Keberadaan narapidana terorisme kelas wahid, seperti Amman Abdurrahman serta dua terpidana mati terorisme Iwan Darmawan dan Achmad Hasan membuat Lapas Pasir Putih, Nusakambangan makin panas. Bulu kuduk makin berdiri dengan tambahan Terpidana Mati Kasus Narkotika Freddy Budiman.

Hendra Eka Putra,43, yang baru tiga hari melepas jabatan Kalapas Pasir Putih  Kamis lalu (19/5), menceritakan pahit getirnya bergelut menjaga napi extra ordinary selama lebih dari 2,5 tahun di lapas super maximum security tersebut. 

BACA JUGA: Apa yang Anda Pikirkan setelah Melihat Foto Ini?

Di lapas yang dijaganya itu ada 205 narapidana. 23 diantaranya merupakan terpidana kasus terorisme. Lalu, ada pula 19 terpidana mati yang dua diantaranya dari kasus terorisme.

Tujuh belas napi sisanya dari kasus narkotika dan pidana umum. Untuk napi dengan vonis penjara seumur hidup jumlahnya 29 orang.  

BACA JUGA: Bapak Ini Hatinya Sungguh Mulia

”Memang napi kasus terorisme yang sikapnya kerap memberikan sebuah tantangan untuk para sipir. Padahal, kami ini hanya ingin bekerja dan melayani dengan baik,” tutur Kalapas kelahiran Palembang tersebut.

Kejadian paling banyak, adalah rusaknya pintu sel. Di Lapas Pasir Putih, setiap narapidana di sel dengan dua pintu. Kedua pintu itu otomatis terbuka dan tertutup.

Saat jam keluar sel sekitar pukul 10.00, pintu sel terbuka. Saat itu, napi bisa bercengkrama di area luar sel. ”Nah, saat sore, mereka harus kembali masuk,” paparnya.

Saat itulah, banyak yang iseng dengan menaruh batu atau barang lainnya. Agar pintu sel tidak menutup sempurna. Hasilnya mudah ditebak, engsel pintu sel otomatis rusak.

Saking seringnya kejadian itu, dalam sebulan lebih dari lima kali tukang las harus dipanggil untuk memperbaiki pintu sel tersebut. ”Ini baru kelakuan yang paling kecil yang tentunya punya tujuan,” jelasnya.

Bentrokan antarnapi terorisme juga rawan terjadi di Lapas Pasir Putih. Pasalnya, dalam lapas yang dijaga 21 sipir itu ada tiga kelompok napir terorisme. Yakni, napi terorisme yang membela Islamic State Iraq dan Suriah (ISIS), napi terorisme yang sadar serta membela Indonesia dan napi terorisme yang terbilang abal-abal. ”Dari ketiganya itu ada berbagai drama yang dilakukan,” ujarnya. 

Yang paling sering itu soal ibadah. Ada beberapa napi terorisme yang tidak ingin beribadah bersamaan napi lainnya. Bahkan, tidak mau beribadah bersama dengan napi kasus terorisme yang dianggapnya tidak sekelompok. 

”Ya, kalau begitu tentunya bisa memicu emosi,” tutur lelaki yang pernah tercatat menjadi Kalapas termuda se-Indonesia pada 2014 lalu.

Kejadian yang bisa membuat emosional seperti itu juga kerap menyasar napi kasus narkotika dan umum. Salah satunya, bila ada upacara bendera siang hari yang menjadi kebiasaan di lapas itu, terpidana terorisme banyak yang berlama-lama di tempat ibadah. ”Itu karena, mereka banyak yang enggak mau ikut upacara bendera,” jelasnya.

Saat itu terjadi, napi yang lainnya tentu merasa tidak suka. Sebab, harus berpanas-panasan upacara, tapi napi kasus terorisme justru tidak ikutan. ”Ya, saat itulah timbul emosi dari napi yang lainnya. Tapi, karena lebih banyak jumlah napi kasus biasa, napi terorisme tidak berbuat banyak,” ungkapnya.

Dari semua itu, maka sebenarnya ada sesuatu yang selama ini dilakukan napi terorisme. Yakni, manajemen konflik. Dia menuturkan, kemungkinan besar ada upaya untuk menyulut kerusuhan dan semacamnya. 

”Tapi, selama ini bisa ditangani. Biasanya, kami langsung isolasi selama sebulan, kalau melanggar aturan. Itu mereka paling tidak mau. Ya, karena bosan sendirian,” jelasnya. 

Kalau soal napi yang mengancam melukai keluarga dan sebagainya, itu sudah makanan sehari-hari. Tentunya, sebagai sipir bila bersikap lurus tidak perlu ada yang dikhawatirkan.

BACA: Rayuan Gombal di Nusakambangan, Uang, Alphard, Macan Tutul

”Kalau beberapa bulan lalu, saat ustaz Abu Bakar Baasyir masih di Pasir Putih, dia yang kerap membantu bila ada masalah dengan napi terorisme,” ujarnya. (idr/bersambung/1)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bos Cabul, Orang Kuat yang Dikenal Genit Sejak jadi Pemain Timnas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler