Ketika Rutan KPK Dihuni Tiga Tahanan Perempuan Istimewa

Miranda Koreksi Ujian Mahasiswa, Angie dan Rosa Nonton TV Bareng

Minggu, 03 Juni 2012 – 08:08 WIB

Rutan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masih berumur dua bulan. Tapi, penjara yang memanfaatkan bekas gudang di basement gedung komisi antikorupsi itu sudah dihuni tiga sosialita papan atas. Yakni, Miranda Goeltom, Angelina Sondakh, dan Mindo Rosalina Manulang. Bagaimana kehidupan mereka di balik terali besi?
 
 THOMAS KUKUH, Jakarta
 
MULAI Jumat lalu (1/6), Angelina Sondakh dan Mindo Rosalina Manulang mendapat teman baru. Dua perempuan yang terlibat kasus suap wisma atlet itu kini bisa berbagi rasa bersama mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (DGS BI) Miranda Swaray Goeltom dalam menghabiskan waktunya dalam tahanan KPK.
 
Miranda tiba di rutan yang luasnya hanya sekitar 80 meter persegi itu sekitar pukul 18.00. Sesuai prosedur, dia masuk rutan didampingi pengacaranya, Dodi Abdul Kadir dan Andi Simanunsong.
 
"Saya ingin memastikan apakah ruang tahanan untuk Ibu (Miranda) sesuai dengan aturan yang memperhatikan hak-hak tahanan atau belum," kata Dodi seusai mengantar kliennya tersebut Jumat malam.
 
Perempuan yang pada 19 Juni nanti berulang tahun ke-63 itu ditempatkan di sebelah kamar tahanan Angie. Sederet dengan dua kamar pesakitan tersebut, masih ada tiga ruangan yang kosong. Sementara itu, kamar Rosa terletak berseberangan dengan kamar Angie dan Miranda. Namun, mereka tidak bisa bertatap muka karena dipisahkan dua kamar mandi.
 
Pukul 21.30, keluarga Miranda tiba di KPK. Jumlahnya 15 orang. Mereka langsung mencatat di buku tamu di ruang resepsionis. Mereka, antara lain, Oloan Siahaan, suami Miranda, serta Yohana Goeltom, anak Miranda.
 
Oloan yang merupakan rektor Universitas Dharma Persada itu enggan berkomentar saat diwawancarai wartawan. Anggota keluarga yang lain juga tidak banyak memberikan komentar soal kedatangan mereka ke rutan KPK.
 
Ada sejumlah barang yang dibawa keluarga untuk "menemani" Miranda di penjara. Di antaranya, dua bingkai foto. Yang satu foto keluarga, satu lagi foto cucu Miranda. Selain dua foto dan keperluan Miranda lainnya, ada setumpuk kertas serta sebuah bolpoin merah.
 
Menurut salah seorang anggota keluarganya, Miranda memang meminta dibawakan barang-barang khusus ke kamar prodeonya. Termasuk, berkas jawaban ujian mahasiswanya di Pascasarjana FE UI. "Ibu ingin mengoreksi ujian mahasiswanya di ruang tahanan," katanya.
 
Meski sempat shock karena menjadi penghuni ruangan sempit "sekitar 3 x 4 meter" yang tidak dilengkapi AC, kondisi fisik Miranda tampak sehat saat masuk rutan. Bahkan, guru besar FE UI yang merupakan master in political economy dan graduate school economic di Boston University, AS, itu terlihat tegar menghadapi perubahan situasi tersebut.
 
Begitu dua bingkai foto dari keluarganya diterima, Miranda langsung meletakkannya di atas rak kecil di sebelah kasurnya. Rak atau lemari kecil itu memang salah satu fasilitas untuk para penghuni rutan KPK. Biasanya rak tersebut digunakan untuk tempat pakaian dan barang-barang keperluan lainnya.
 
Petugas yang meminta namanya tidak dikorankan tersebut mengungkapkan, fasilitas tahanan KPK memang sangat minim, sehingga cocok untuk menghukum koruptor. Jika biasanya orang-orang yang menguras uang negara bisa tidur nyenyak di kasur empuk lengkap dengan pendingin udara, kini mereka harus tidur di kasur busa tipis dengan dipan kayu di dalam ruangan yang sumuk.
 
"Tidak ada orang yang bisa tidur enak di sini. Tempatnya sumpek banget," ujarnya.
 
Meski begitu, kondisi di dalam Rutan KPK tetap manusiawi. Terutama soal fasilitas air dan kamar mandi. KPK menjamin keperluan mereka untuk membersihkan diri benar-benar diperhatikan. Di sana ada tiga kamar mandi yang bisa dimanfaatkan. Yakni, di depan kamar Rosa, di sebelah kamar Angie, dan di depan kamar Miranda. "Yang itu yang dipakai Bu Miranda," ujar petugas Rutan KPK sambil menunjuk kamar mandi di depan kamar Miranda.
 
Otomatis, karena penghuninya masih tiga orang, masing-masing penghuni "memiliki" kamar mandi. Tiga sosialita papan atas itu bebas menggunakannya. Bahkan, kata petugas, Angie kerap menggunakan kamar mandinya untuk mengisap rokok mentol kesukaannya. "Sebab, penghuni tidak boleh merokok di kamar atau di lorong. Biasanya ya di kamar mandi," ungkapnya.
 
Berbeda dari Miranda yang baru dua malam menginap di balik terali besi, Angie dan Rosa sudah tampak kerasan "tinggal" di Rutan KPK. Mereka memang sudah cukup lama ditahan di rutan yang resmi bernama Rumah Tahanan Jakarta Timur itu. Bahkan, Angie dan Rosa mulai tampak akrab lagi. Mereka sering nonton televisi bareng di ruangan tengah.
 
Sebenarnya, tempat mereka menonton televisi bukan tempat yang nyaman. Sebab, di sana hanya ada sebuah bangku panjang dari besi, sedangkan televisinya terletak di dekat pos penjagaan. Jadi, ketika bertemu dan mengobrol sambil menonton televisi, pembicaraan mereka bisa didengar petugas.
 
"Biasanya sih hanya ngobrol-ngobrol ringan. Misalnya bahas, acara TV dan lain-lain," katanya.
 
Dalam hal kebiasaan, Angie dan Rosa punya kebiasaan berbeda. Terutama soal tidur. Menurut petugas, Rosa bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk menonton televisi di ruangan tengah. Bahkan, saking asyiknya, dia bisa menonton hingga menjelang subuh.
 
"Rosa kadang baru masuk kamar pukul 03.00-04.00, langsung tidur. Jadi, bangunnya siang banget," ungkap petugas itu.
 
Sementara itu, Angie lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar untuk beribadah. Terutama salat lima waktu. "Subuh biasanya bangun untuk salat," tambah dia.
 
Memang, kepada dua perempuan tersebut, petugas membebaskan keluar masuk kamar jam berapa pun mereka mau. Tapi, jangan harap mereka bisa keluar masuk rutan. Untuk urusan yang terakhir itu, KPK sangat ketat. Penghuni hanya bisa keluar jika memang ada keperluan penting. Misalnya, menerima tamu, diperiksa KPK, atau berobat. Tamu pun tidak bisa masuk ke area rutan. Sudah disiapkan ruangan yang terpisah dari rutan untuk mereka.
 
KPK juga sangat memperhatikan makanan para penghuni. Di antaranya, jatah makan tiga kali sehari dengan menu istimewa. Bahkan, terkadang menunya ditawarkan kepada Angie, Rosa atau Miranda.
 "
Biasanya mereka suka makanan kotakan yang kami beli di luar dengan bujet yang sudah ditentukan. Kalau harga makanan yang dipesan lebih mahal, mereka harus nambah sendiri kekurangannya. Yang minta begitu biasanya Angie," imbuhnya.
 
Rosa sering dikirimi makanan yang dimasak keluarganya. Jumlah makanan yang dikirim sangat banyak. Karena itu, mantan tangan kanan M. Nazaruddin, tersangka lain dalam kasus suap wisma atlet, tersebut kerap mengajak para petugas untuk menikmati makanan yang dibawa. "Makanan yang dikirim juga enak-enak," tutur petugas.
 
Kepala Rutan KPK Afiudin menjelaskan, rutan yang dia pimpin sudah menerapkan aturan sesuai dengan ketentuan Kemenkum HAM. Terutama soal hak-hak para tahanan. Yang berbeda adalah jam besuk yang lebih ketat daripada rutan pada umumnya. Jam kunjungan dibatasi hanya pada Senin dan Kamis serta hari libur nasional, pukul 10.00-12.00. Untuk kuasa hukum tersangka, KPK memberikan kesempatan bertemu pada Senin sampai Jumat.
 
Kunjungan keluarga di luar jadwal harus mendapat izin dari penyidik," ujar Afiudin yang enggan menjelaskan kondisi tiga tahanan perempuannya tersebut. "Yang jelas, mereka baik-baik saja. Sehat walafiat," tegasnya. (*/c5/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nasib Tragis Keluarga Mantan Pesepak Bola Abdul Kadir


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler