"Wah (menghilangkan premium) ini tentu akan dapat memancing protes," ujar Direktur Lingkar Madani, Ray Rangkuti pada JPNN, Kamis (20/12). Hingga saat ini Ray heran bila pasangan terpilih DKI Jakarta itu masih terus berkutat menyoal cara mengatasi kemacetan.
"Agak mengherankan memang, Jokowi-Ahok masih berputar-putar soal cara mengatasi kemacetan Jakarta. Dari ide soal ganjil genap, kini soal pembatasan premium. Padahal pokok soalnya adalah tidak tersedianya transportasi massal di Jakarta. Apakah itu bentuknya MRT atau monorail atau lain sebagainya," papar dia.
Menurut Ray, selama angkutan massal tak tercipta, maka upaya pembatasan-pembatasan seperti ini, nampaknya, bakal berakhir sia-sia. Karenanya, lanjut dia, sebaiknya Jokowi-Ahok fokus pada soal pengadaan transportasi massal terlebih dahulu ketimbang memilih cara menyetop premium dan lain sebagainya.
"Bila transportasi massal tersedia, akan ada perpindahan angkutan transportasi dari mobil pribadi ke angkutan massal. Barulah sesudah itu, Jokowi-Ahok melangkah lebih maju. Misalnya menerapkan sistem ganjil genap, dan sebagainya. Kalau alat transportasi masal alternatif belum tersedia, upaya-upaya lain nampaknya akan berakhir sia-sia," demikian Ray. (chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Biar Irit, Ahok Pilih Natalan di Rumah Jabatan
Redaktur : Tim Redaksi