jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Edwin Sebayang menilai harga saham BRIS saat ini belum mahal.
Hal ini karena perhitungannya harga wajar BRIS setelah merger sekitar Rp1.900-an.
BACA JUGA: Davespro dan Davestera Optima Syariah Produk Anyar dari BRI Life
Menurut Edwin, kejatuhan saham BRIS saat ini merupakan kesempatan untuk melakukan pembelian saham, karena ke depan saham BRIS bisa mencapai minimal Rp2.800-an.
"Saya optimis kedepannya saham BRIS bisa mencapai minimal Rp2.800-an," tutur Edwin.
BACA JUGA: Jadi Saksi Nikah, Paman Venti Figianti Enggak Tahu Kiwil Masih Punya Istri Pertama
Edwin lantas mencontohkan Bank Mandiri yang merupakan bank hasil merger empat bank, yakni Bank Exim, Bank Bumi Daya, Bapindo, dan Bank Dagang Negara pada 1999, di mana saat masuk bursa dan mulai mencatatkan sahamnya di bursa efek pada 2003, harga sahamnya hanya Rp675 per saham.
Sekarang, harga saham BMRI sudah mencapai Rp5.525.
BACA JUGA: Mieke Amalia Akui Hubungan Terlarangnya dengan Tora Sudiro Sebelum Menikah
Sebelumnya, harga saham BRI Syariah yang sempat melonjak empat kali lipat dalam kurun hampir empat bulan terakhir mendadak anjlok pasca-pengumuman skema merger bank syariah BUMN.
Reli saham BRIS disebabkan sentimen positif dari pemerintah yang akan menggabungkan (merger) anak-anak usaha syariah bank pelat merah. Apalagi dalam merger ini BRIS menjadi entitas penerima, yang berarti BNI Syariah dan Bank Syariah Mandiri akan melebur ke BRIS.
Namun, sentimen positif ini seketika luntur setelah BRIS mengumumkan skema merger dalam prospektusnya, pada Selasa (21/10) lalu. Imbas dari penyampaian prospektus tersebut, saham BRIS langsung anjlok 7 persen ke Rp1.300 per saham.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy