jpnn.com - TOKYO - Ketua DPD RI Irman Gusman meresmikan sekolah Islam bertaraf internasional yang dimiliki warga negara Indonesia (WNI) di Tokyo, Jepang.
Pendirian YUAI International Islamic School (YUAI-IIS) ini bertujuan agar anak-anak muslim di Jepang tidak menjadi "the lost generation", yang tumbuh dan besarnya makin jauh dari nilai-nilai Islam.
BACA JUGA: Kapal Pengangkut 63 WNI Karam, Baru 34 Orang Dipastikan Selamat
Menurut Irman, kualitas pendidikan Jepang memang tak perlu diragukan lagi. Pendidikan karakter di sekolah mereka juga well-established. Tetapi, anak-anak muslim kita membutuhkan lebih dari itu.
"Mereka membutuhkan pendidikan yang memperkuat akidah dan menumbuhkan spirit yang dimiliki oleh Rasulullah, yakni spirit untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain," ujar Iman dalam sambutannya pada peresmian YUAI International Islamic School (YUAI-IIS) di Tokyo, Sabtu (23/7) seperti dilansir dalam siaran pers Humas DPD RI.
BACA JUGA: Sudah Tiga Hari, Pesawat Militer Itu Hilang Entah ke Mana
Ia berharap kehadiran YUAI International Islamic School menjadi sekolah model di negara minoritas muslim seperti Jepang.
Menyadari pentingnya sekolah ini, setiba di Bandar Udara Internasional Tokyo (nama populernya Haneda) menyambut ajakan mendadak Wakil Presiden Garuda Indonesia untuk Wilayah Jepang, Korea, dan Amerika Serikat, Fikdanel Thaufik, untuk menuju YUAI International Islamic School.
BACA JUGA: Mengerikan..Wanita Diserang Harimau, Diseret Lalu Tewas
Irman sempat memberikan bantuan spontan US$ 2600. YUAI International Islamic School adalah satu-satunya sekolah internasional di Jepang yang mengintegrasikan Cambridge Curriculum, Islamic Curriculum, dan kurikulum Jepang.
Sekolah ini hasil kolaborasi antara Islamic Center of Japan dan FGA Education Foundation yang diinisiasi orang Indonesia yang lama bergerak di bidang pendidikan Islam di Tokyo dan sekitarnya.
Launching ini dihadiri lebih 50 peserta, seperti perwakilan organisasi dan komunitas muslim berbagai negara di Jepang. Hadir pula direktur perusahaan nasional Indonesia di Jepang. Juga profesor dan akademisi universitas Jepang seperti Keio University.
Para orang tua muslim Jepang bersama keluarganya yang menyekolahkan putra-putrinya di YUAI-IIS ini terlihat antusias menghadiri acara ini.
Tak hanya presentasi mengenai sekolah atau profil organisasi, launching dimeriahkan dengan video keseharian anak muslim di Jepang drama anak-anak muslim berusia 4-13 tahun yang tumbuh dan besarnya di Jepang.
Drama yang ditampilkan mengisahkan keseharian Miyasaka Azusa, seorang remaja putri Jepang yang berlari pulang ke rumah setiap jam makan siang agar dapat menunaikan shalat dzuhur.
Dalam sambutannya, Ketua FGA Education Foundation, Yetti Dalimi, menekankan urgensi sekolah Islam bertaraf internasional di Jepang.
Menurutnya, muslim di Jepang mengalami suatu masalah serius yang diistilahkannya "the lost generation", yakni generasi muda yang sejak kelahirannya tumbuh dan besar di keluarga muslim tapi makin jauh dari nilai-nilai Islam ketika mereka beranjak dewasa.
Membentuk generasi Islam yang tangguh dengan pemberian pendidikan Islam sejak usia belia diikuti penjagaan akidah anak-anak muslim yang memasuki usia remaja.
Saat ini, kata Yetti, anak-anak itu mulai bisa berpikir kritis dan mengalami proses pencarian identitas. Karena alasan itu, sambung Yetti, di tahun pertamanya YUAI-IIS membuka kindergarten 1 & 2 (setingkat TK) dan secondary 1 (setingkat SMP).
Sejalan dengan pemikiran Yetti, Musa Omer, mantan Duta Besar Sudan untuk Jepang yang juga Ketua Islamic Center of Japan menyimpulkan bahwa sekolah Islam adalah solusi mengatasi berbagai masalah yang dihadapi para orang tua muslim di Jepang dalam mendidik anaknya agar tumbuh dan besar sebagai muslim yang baik.(fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Makin Panas! Tutup Ribuan Sekolah, Bekuk Keponakan Gulen
Redaktur : Tim Redaksi