jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR Bambang Soesatyo menyampaikan upacara HUT ke-78 Kemerdekaan RI di Istana Negara, Kamis (17/8) sangat sepesial.
Pada upacara HUT RI kali ini, politikus Partai Golkar yang akrab disapa Bamsoet menjadi pembaca teks proklamasi.
BACA JUGA: HUT Ke-78 RI, Erick Thohir Menunjukkan Semangat Keberlanjutan Perjuangan Boedi Oetomo
Dia pun menjelaskan alasan upacara HUT RI tahun ini sangat spesial.
Pertama, kata Bamsoet, karena akan menjadi upacara terakhir di DKI Jakarta.
BACA JUGA: Lihat Gaya Bu Mega saat Mengikuti Upacara Kemerdekaan di Istana
"Mulai tahun depan, upacara akan diselenggarakan di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara," kata Bamsoet melalui keterangan tertulis, Kamis (17/8).
Tak hanya, usia 78 tahun bukanlah usia muda dalam sebuah kemerdekaan.
"Setelah 78 tahun, akhirnya kita sudah memulai proses pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan, di posisi geografis yang berada di tengah antara Indonesia Barat dan Timur," terangnya.
Bukan sekadar pemindahan ibu kota negara, lanjut Bamsoet, melainkan juga memindahkan berbagai pola pembangunan dari yang semula Jawa Sentris menjadi Indonesia Sentris.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu menyebut upacara HUT RI kali ini menjadi spesial lantaran menjadi upacara terakhir menjelang pelaksanaan Pemilu 2024.
"Karena itu, upacara kali ini harus dijadikan momentum bagi para bakal calon presiden dan wakil presiden serta para pendukungnya untuk tetap menjaga semangat dan persatuan bangsa," pesannya.
Selain Indonesia, juga akan ada berbagai negara adikuasa yang akan menyelenggarakan Pemilu, antara lain Pemilu Taiwan pada Januari 2024 yang akan mempengaruhi kondisi Tiongkok dan Amerika.
Kemudian Pemilu Rusia pada 17 Maret 2024, serta Pemilu Amerika Serikat pada 5 November 2024.
"Sebagai negara besar yang berada pada pusaran kepentingan geopolitik global, siapapun presiden RI yang terpilih dalam Pemilu 2024 nanti, harus mampu membawa kapal besar Indonesia menghadapi gelombang geopolitik dunia yang semakin sulit diprediksi," ujar Bamsoet mengingatkan.
Saat ini saja, kata Bamsoet, dunia masih menghadapi ketegangan akibat perang Rusia-Ukraina yang memperlihatkan bahwa perdamaian seakan masih menjadi konsep yang menggantung di awang-awang.
Menurutnya, perang menunjukkan secara gamblang cara pandang para pemimpin dunia di tengah peta kekuatan global yang multipolar yang sering kali mementingkan motif politik dan ekonomi, dibandingkan prinsip-prinsip kemanusiaan universal.
Di tengah situasi tersebut, lanjuut dia, patut diapresiasi peran pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang telah berulang kali berupaya memberikan solusi perdamaian permanen dengan mendorong gencatan senjata dan diplomasi di meja perundingan.
"Perang Rusia-Ukraina, ketegangan Tiongkok-Taiwan, hingga potensi konflik di semenanjung Korea merupakan sebagian dari beberapa isu yang dipandang berpengaruh pada stabilitas geo-politik global," terangnya.
Selain itu, kata Bamsoet, mengisyaratkan pertahanan dan keamanan negara Indonesia harus dimaknai secara holistik dan multidimensional.
Bamsoet menegaskan Indonesia sebagai negara berdaulat perlu memiliki kemampuan militer yang tangguh dan profesional yang didukung semangat kerja sama segenap elemen bangsa.
"Sebagaimana mandat Panglima Besar Jenderal Sudirman bahwa tentara kita adalah tentara rakyat yang akan kuat bila hidup dan bergotong royong bersama rakyat," tegas Bamsoet.
Bamsoet menambahkan pertahanan dan keamanan negara juga meliputi dimensi ekonomi.
Sebagai negara kaya sumberdaya, Indonesia harus membangun ketahanan dan kemandirian ekonomi, yang ditopang oleh kedaulatan pangan, energi, dan industri.
"Kita patut bersyukur, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, di usia kemerdekaan ke-78 tahun ini Indonesia telah mengukir beberapa prestasi di bidang ekonomi," ungkapnya.
Bamsoet menyebutkan salah satunya peringkat daya saing Indonesia meningkat dari posisi 44 pada 2022 menjadi ke posisi 34 dari total 64 negara di dunia, berdasarkan hasil riset World Competitiveness Ranking 2023.
"Posisi tersebut menjadikan Indonesia melampaui beberapa negara di Asia Pasifik seperti Jepang yang berada di posisi 35, India di posisi 40, dan Filipina di posisi 52," pungkas Bamsoet. (mrk/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi