jpnn.com, ENDE - Ketua MPR Bambang Soesatyo menyampaikan perlunya membangun paradigma dan wawasan kebangsaan yang terintegrasi dan holistik untuk membumikan nilai-nilai Pancasila dalam segala aspek kehidupan.
Karena itu, pria yang akrab disapa Bamsoet menekankan agar segala upaya untuk merawat, melestarikan, dan membumikan nilai-nilai Pancasila harus menjadi kerja kolektif yang melibatkan segenap elemen bangsa.
BACA JUGA: BPIP: Jokowi, Presiden Kedua Datang di Ende Setelah Soekarno
"Proses internalisasi dan revitalisasi nilai-nilai Pancasila harus dilakukan secara masif agar menjangkau seluruh elemen masyarakat dan menjadi proses yang berkesinambungan. Jadi, tertanam kuat dan tidak mudah tercerabut oleh hempasan gelombang peradaban, tidak berhenti atau dibatasi oleh periodisasi zaman, apalagi pergantian pemerintahan," kata Bamsoet dalam diskusi Hasil Survei Nasional Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) tentang Orientasi Publik Terhadap Pancasila dan Isu-Isu Kebangsaan di Ende, Nusa Tenggara Timur, Rabu (1/6).
BACA JUGA: Kepala BPIP Yudian: Bangsa Indonesia Sangat Kehilangan Sosok Buya Syafii
Ketua MPR Bambang Soesatyo bersama Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke Ende, Nusa Tenggara Timur, Rabu (1/6). Foto: Dokumentasi BPIP
Ketua DPR ke-20 itu mengungkapkan hasil survei SMRC mengisyaratkan dari tingkat yang paling elementer sekalipun, pengetahuan dasar masyarakat tentang Pancasila masih berada dalam skor 64,6 atau kategori 'sedang'.
BACA JUGA: BPIP Bersama Kota Metro Perkuat Pemahaman Pancasila di Kalangan ASN
Hasil survei juga mengungkap komitmen publik terhadap nilai-nilai Pancasila masuk dalam kategori sedang dengan skor 73,2.
"Pancasila dipercaya memperkuat konsolidasi sistem politik Indonesia. Sayangnya, tingkat konsolidasi sistem politik Indonesia baru berada pada tingkat 'sedang', atau bahkan 'kurang', dengan skor 52,8 hingga 58," beber Bamsoet.
Waketum Partai Golkar itu juga menyoroti hasil survei SMRC mengenai nilai-nilai Pancasila yang direalisasikan dalam kehidupan berbangsa yang 'hanya' mencapai skor 73,7 dan diklasifikasikan dalam kategori 'sedang'.
Hal lainnya yang turut disorot Bamsoet terkait salah satu isu yang mengemuka, yakni toleransi sosial-politik yang masih belum kuat dan hanya mencapai skor 49,1 versi survei SMRC.
Bamsoet menuturkan toleransi selama masih dipahami dan dipraktekkan secara kurang inklusif, sehingga ragam perbedaan latar belakang sosial dan pandangan politik dapat memicu lahirnya perlakuan diskriminatif.
"Masih ada kecenderungan sikap dan perilaku yang mengedepankan sikap keberagamaan yang dimaknai secara sempit," ungkapnya.
Dia menambahkan dalam konteks pembangunan wawasan kebangsaan dan internalisasi serta revitalisasi nilai-nilai Pancasila, MPR akan terus berupaya menjadikan pemasyarakatan nilai-nilai Pancasila sebagai program prioritas kelembagaan melalui Sosialisasi Empat Pilar yang dilakukan melalui pengayaan metodologi dan inovasi, serta dengan merangkul segenap pemangku kepentingan.
Turut hadir sebagai narasumber diskusi tersebut, di antaranya Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah, Gubernur Lemhanas Andi Widjajanto, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Laksana Tri Handoko, Ketua Perkumpulan Perguruan Tinggi Nasionalis Indonesia Mulyanto Nugroho dan Pendiri SMRC Saiful Mujani. (mrk/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi