JAKARTA – Semakin eksisnya perkembangan organisasi Islamic States of Iraq and Syria (ISIS) yang terindikasi sudah masuk ke Indonesia, memaksa Ketua MPR Zulkifli Hasan angkat bicara. Dia mengatakan, aksi radikal ISIS sangat jauh dari ajaran Islam, bahkan sepak terjang ISIS merusak nama Islam.
”Ajaran Islam itu harus mengikuti hukum-hukum. Makanya harus berhati-hati dengan ajaran ISIS, karena mereka sudah terlalu jauh melencengnya,” kata Zulkifli dalam diskusi publik ’Indonesia Menolak ISIS’ bersama Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj, dan Sekjen DPP PKB Abdul Kadir Karding di ruang Fraksi PKB, Selasa (4/11).
Dia menambahkan sebagai negara muslim terbesar, Indonesia harus bisa menjadi gerbang yang kuat untuk mencegah masuknya ajaran ISIS. Menurut dia, masyarakat Indonesia harus bisa mempertahankan ciri khasnya seperti peringatan tujuh hari atau seribu hari pasca kematian. ”Di keluarga saya juga begitu. Kalau meninggal ya tujuh hari, seribu hari,” ujarnya.
Indonesia dengan ’4 Pilar Kebangsaan’ yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI menjadi penghalang kuat bagi ISIS dan berbagai kelompok pendukungnya dibiarkan berkembang di negara ini. ”Empat pilar itu adalah janji kebangsaan kita semua dalam berbangsa dan bernegara, dan itu wajib dilaksanakan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan keseharian kita,” tukasnya.
Karena itu, politisi PAN ini berharap tak perlu lagi mendiskusikan bentuk kebangsaan Indonesia ini, termasuk berbicara soal hak asasi manusia (HAM). Dia pun membantah keras terhadap banyaknya tudingan pihak dunia barat yang menyebutkan Islam itu teroris, anarkis, bom bunuh diri dan tak berperikemanusiaan. ”Saya tegaskan, jangan ajari kami soal HAM, karena Islam telah mengajarkan bagaimana kami memberi minum kucing yang sedang haus, apalagi manusia,” pungkas Zulkifli.
Sedangkan Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj menegaskan Indonesia dalam berbangsa dan bernegara mengemban dua amanah, yakni amanah agama dan kebangsaan. Dua amanah itulah yang harus menjadi komitmen bersama dalam menjadikan agama sebagai landasan membangun peradaban, dan amanah kebangsaan sebagai penegasan komitmen bersama untuk menolak kekerasan atas nama agama apapun di negeri ini.
”Artinya kita semua harus menolak bentuk aliran dan bentuk negara serta khilafah apapun kecuali khilafah nasionalis, karena kita sebagai bangsa Indonesia mengemban dua amanah itu, yaitu amanah agama dan amanah kebangsaan. Apalagi, ISIS sudah jelas bertentangan dengan Islam, sehingga tak mungkin dibiarkan berkembang di negeri ini,” terang Said.
Menurutnya banyaknya negara Islam khususnya di Timur Tengah seperti Irak, Suriah, Libya, Afghanistan, dan Yaman yang dilanda konflik berdarah akibat tidak punya komitmen untuk menyelamatkan bangsanya. Seperti dan lainnya. “Jadi, pertumpahan darah atas nama Islam termasuk yang dilakukan ISIS sangat memalukan sekaligus merontokkan peradaban Islam itu sendiri. Karena itu kita wajib mengawal dan menjaga NKR ini,” pungkas Said Aqil. (ind)
BACA JUGA: Sutarman: Polri Siap Kawal Kenaikan Harga BBM
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jamaah Haji Gelombang Akhir Tiba
Redaktur : Tim Redaksi