"Sunni-Syiah itu barang lama dan sudah lama ada di Sampang dalam saling pengertian dan menghormati satu sama lain. Tiba-tiba ada tindak kekerasana. Saya duga tentu ada pihak-pihak lain yang dengan sengaja berupaya mengadu domba dan memecah-belah mereka," kata Nusron Wahid, di Jakarta, Senin (27/8).
Karena itu lanjut Nusron, aparat keamanan harus menindak tegas dan adil terhadap pelakunya, tanpa pandang bulu. "Siapapun yang terlibat, mau kyai Sunni atau Syiah, kalau salah ya salah harus ditindak," ujarnya.
Indonesia, lanjutnya, merupakan negara Pancasila yang mengedepankan sifat toleransi (tasamuh), prinsip persaudaraan sesama agama (ukhuwwah Islamiyah), persaudaraan kebangsaaan (ukhuwwah wathaniyyah) dan persaudaraan kemanusiaan (ukhuwwah basyariyah).
Dia mengaku heran, ini sama-sama Islam, sama-sama Indonesia dan sama-sama manusia, tapi malah saling bertikai. Apalagi terjadi di bulan Syawal, sedang lebaran Idul Fitri 1433 H. “Jadi, apa manfaat puasa dan Idul Fitri yang telah dilaksanakan selama sebulan ini," tanya Nusron lagi.
Sebagai organisasai kepemudaan berbasis keagamaan yang mengusung Ahlussunnah wal jamaah (Sunni), GP Ansor akan mengajak kelompok Syiah untuk hidup berdampingan dan saling menghargai satu sama lain.
"Jangankan dengan orang Syiah yang sama-sama Muslim dan tauhidnya sama, dengan non-Muslim pun kita harus saling berdampingan dan bersama-sama," tegasnya.
"Pada prinsipnya, GP Ansor meminta kepolisian sebagai aparat keamanan untuk memberikan perlindungan terhadap warga negara. GP Ansor, kalau diminta bantuan siap membantu. Tapi pelaksanaannya harus bersama polisi. Sebab ini tugas negara," imbuhnya. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Harusnya Sudah Tahu Dalang Kerusuhan Sampang
Redaktur : Tim Redaksi