Ketum PP Muhammadiyah Singgung Umat Islam yang Ngotot Ibadah di Masjid

Rabu, 22 April 2020 – 10:02 WIB
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Foto: ANTARA/Luqman Hakim

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum (Ketum) PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan jangan setiap hal disikapi seolah dalam kondisi normal, padahal situasinya darurat, termasuk untuk urusan Salat Tarawih berjemaah saat wabah Corona (COVID-19).

"Jangan semuanya disikapi seolah normal, karena kondisi saat ini darurat," kata Haedar kepada wartawan di Jakarta, Selasa (21/4).

BACA JUGA: Ketum PP Muhammadiyah Lontarkan Kritik Keras Ditujukan ke Pemerintah

Dia mengatakan, masih ada kecenderungan sebagian umat yang ingin salat berjemaah di masjid, termasuk saat Ramadan. Semestinya umat Islam berpikir dan bertindak dengan mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas, lebih-lebih di kala darurat.

Haedar kemudian mencontohkan apa yang terjadi di Amerika Serikat bahwa Corona tidak bisa diremehkan.

BACA JUGA: Soal Vonis Meiliana, Ini Kata Ketum PP Muhammadiyah

Di negara yang maju itu wabah Corona melanda sangat dahsyat dan mencatatkan salah satu negara dengan angka terbesar korban meninggal.

Haedar mengingatkan masyarakat agar jangan menyepelekan wabah tersebut. Meski angka penderita Corona saat ini belum sebanyak negara lain, tetapi sebaiknya Indonesia tetap waspada dan melakukan pencegahan jangan sampai ada ledakan jumlah positif Corona.

BACA JUGA: Pria Ini Klaim Menemukan Antivirus Corona

"Ini bukan soal takut atau berani hadapi wabah, tetapi soal ikhtiar yang dari segi agama maupun ilmu dibenarkan untuk usaha mencegah datangnya wabah agar tidak semakin luas," katanya.

Dia mengingatkan bahwa pilihan ibadah di rumah sudah berlaku di seluruh dunia Islam. Masjidilharam dan Masjid Nabawi di Arab Saudi saja tidak dipakai untuk Jumatan dan Tarawih.

"Ingat, Nabi hanya satu kali Tarawih di masjid. Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan dalam beragama. Kenapa begitu ngotot Tarawih berjemaah harus di masjid dalam suasana saat wabah meluas?" kata dia.

Terlebih dalam keadaan darurat, kata dia, semestinya umat Islam mau mengikuti mayoritas pandangan bahwa selama masa pandemi Corona ibadah dilakukan di rumah dengan khusyuk dan berjemaah dengan anggota keluarga.

Allah dan Nabi, kata dia, memberi jalan keluar dari kesulitan atau kedaruratan. Wabah kali ini bukan sekadar menyangkut satu pribadi tetapi terkait orang banyak dan menjadi pandemi.

"Bukankah Nabi mengingatkan 'la dharara wa la dhirara', jangan berbuat yang menyebabkan kerusakan untuk diri sendiri dan bagi orang lain. Mestinya dalam situasi darurat wabah yang mengglobal ini janganlah beragama dengan maunya sendiri-sendiri, ikutilah pendapat mayoritas yang dasarnya kuat dari Al-Quran dan As Sunnah serta konteks situasi darurat umat manusia sedunia yang tengah dihadapi," kata dia. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler