jpnn.com - Anggota Komisi X DPR Robert J. Kardinal meminta para pejabat negara tidak ikut cawe-cawe dalam kepengurusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia atau PSSI.
Menurutnya, anjloknya prestasi sepak bola Indonesia saat ini karena diurus oleh orang-orang yang sama sekali tidak kompeten. Masuk PSSI cuma kejar jabatan dan juga popularitas.
BACA JUGA: Erick Thohir Daftar Calon Ketua PSSI, Baim Wong Bilang Begini
"Sepakbola kita ini sudah berpuluh-puluh tahun, persoalannya ya itu-itu saja dan tidak pernah ada perbaikan. Itu karena sepak bola kita (PSSI, red) dikelola sama orang-orang yang sama sekali bukan di bidangnya. Masuk PSSI cuma kejar jabatan, kejar popularitas," kata Robert.
Politisi asal Papua Barat ini mencermati jabatan Ketua Umum dan jajaran pengurus PSSI selama ini justru ditempati oleh orang-orang yang sebenarnya sepanjang karirnya justru tidak pernah berurusan dengan sepak bola. Bahkan mengelola klub pun tidak pernah
BACA JUGA: Alasan Iwan Bule tak Lagi Maju Jadi Ketum PSSI
."Akhirnya (kelola sepak bola) pakai duit negara pun tidak berhasil. Sponsor kabur, pengusaha juga ogah jadi sponsor karena sepak bola kita dikelola serampangan. Jangankan berprestasi di Asia Tenggara, lawan Vietnam yang sepak bolanya baru bangkit kita pun tidak pernah menang," ujarnya lirih.
Dia pun meminta PSSI belajar dari negara-negara lain yang sukses dalam mengelola sistem olahraga. sepak bolanya. Mereka bisa maju karena sepak bola mereka dikelola secara profesional oleh orang-orang yang jiwa dan raganya memang sudah di sepak bola.
BACA JUGA: Begini Tahapan & Mekanisme Pemilihan Ketum PSSI 2023-2027, Tidak Sepaket
"Jadi bukan karena punya jabatan, punya uang, lalu mendadak daftar dan jadi Ketua Umum PSSI. Akhirnya sepak bola kita prestasinya jadi hancur," tegasnya.
Lebih lanjut politisi senior Fraksi Golkar ini menilai, banyak cara untuk ikut berkontribusi dalam mendukung kemajuan sepak bola Indonesia tanpa harus duduk di PSSI.
"Kalau mau support, ya dalam bentuk lain misalnya jadi sponsor, berikan pendanaan atau bentuk lainnya. Tapi tidak perlu jadi ketua umum. Itu namanya gotong royong," ujarnya.
Dia pun menyayangkan masih ada pejabat negara yang ikut cawe-cawe dalam bursa Ketua Umum PSSI. Padahal, dia punya tugas negara lebih besar di jabatan tersebut.
Menurutnya, prestas sepak bola akan sulit diraih jika masih terus diseret ke urusan politik.
"Sebaiknya (Ketua Umum PSSI) ini diberikanlah kepada para mantan-mantan pemain bola, pelatih, atau memang yang kompeten urus PSSI. Jiwa dan raganya benar-benar di sepak bola, tidak berpikiran politik, cari duit, cari popularitas," ujarnya.
Menurutnya, negara ini harus belajar sama negara-negara seperti Jerman, Belanda, Brasil, Spanyol, Inggris, Argentina dan lainnya yang sudah sangat maju sepak bolanya.
Menurutnya, sepakbola mereka maju bukan hanya karena dukungan iklim dan kompetisi yang bagus, tapi memang pengurus PSSI-nya diemban oleh pihak-pihak yang sangat kompeten. Dalam arti, jiwa dan raganya memang sudah di sepakbola.
"Di Jerman itu (PSSI-nya) Franc Beckenbauer, di Belanda ada Ruud Gullit, jadi dimana-mana itu pemain bolanya jadi ketua umum. Disini karena para (mantan) pemainnya tidak punya duit, tidak punya dukungan politik, pangkat dan jabatan, jadilah mereka semua diam. Karena sistem juga," ujarnya.
Untuk itu, dia meminta Pemerintah dan semua pihak untuk berbesar hati mendukung para pemain profesional sepak bola untuk duduk di kursi PSSI.
Menurutnya, banyak mantan pemain top yang sebenarnya bisa maju mengurus sepakbola dalam negeri seperti Boas Salozza, Bambang Pamungkas, Kurniawan Dwi Julianto, Robi Darwis, Aji Santoso dan lainnya.
"Ayo kembali kan sepakbola kita kepada yang benar-benar mencintai dan mengerti sepakbola," pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, sejumlah pejabat negara resmi mendaftar sebagai calon Ketua Umum PSSI. Hingga Mereka diantaranya Menteri BUMN Erick Thohir dan Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti.
"Intinya PSSI jangan dibikin jadi ajang cari pekerjaan. Jangan juga diserahkan pada orang yang punya pekerjaan lain sehingga mengelola sepak bola cuma dua jam, sisanya diserahkan ke pihak lain," pungkasnya. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif