jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Muradi menilai, sosok Mahfud MD dan KH Ma'ruf Amin sama-sama memiliki plus minus.
Karena itu, langkah Jokowi memilih Ma'ruf sebagai cawapres dan testimoni Mahfud yang bicara blakblakan terkait kegagalannya menjadi cawapres Jokowi di Indonesia Lawyers Club pekan lalu, belum cukup menjadi alasan memprediksi suara pasangan petahana akan tergerus di Pilpres 2019.
BACA JUGA: Prof Mahfud Ogah Masuk Timses Jokowi-Maruf, Nih Alasannya
"Pertama, Pak Mahfud kan juga bukan orang yang diterima penuh oleh partai politik pendukung Jokowi. Jadi ada plus minus antara Mahfud dan Ma'ruf," ujar Muradi kepada JPNN, Senin (20/8).
Menurut pengajar di Universitas Padjajaran ini, bagi kalangan menengah ke atas, sosok Mahfud mungkin lebih disukai. Karena pernyataan-pernyataannya cukup masuk akal dan dapat diterima dengan baik.
BACA JUGA: Said Akui Gagal Bujuk Mahfud MD
Namun, harus diakui bahwa Ma'ruf juga memiliki basis massa yang kuat. Selain menjabat sebagai Rais Aam PBNU, Ma'ruf hingga saat ini masih menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Ma'ruf, lanjutnya lagi, juga cenderung dipersepsikan sebagai simbol dari gerakan Aksi Bela Islam 411 dan 212.
BACA JUGA: Lebih Dahsyat Cuitan Andi Arief atau Omongan Mahfud MD?
"Jadi, tidak heran dia lebih disukai kalangan menengah ke bawah. Tapi memang, bagi kelompok pluralis, liberalis mungkin enggak nyaman dengan Pak Mar'uf," katanya.
BACA JUGA: Said Akui Gagal Bujuk Mahfud MD
Saat ditanya lebih lanjut terkait testimoni Mahfud yang menyebut-nyebut beberapa nama di balik kegagalannya menjadi cawapres Jokowi, Muradi mengaku termasuk orang yang menyayangkan hal tersebut.
"Karena saya kira, itu membuka luka. Bagi masyarakat awam, gagalnya Mahfud menjadi cawapres Jokowi awalnya menilai hal yang wajar dalam politik. Namun ketika Mahfud menyampaikan testimoninya, justru kisah itu menjadi dramatis," pungkas Muradi.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Omongan Mahfud MD Merusak Kredibilitas Banyak Orang
Redaktur & Reporter : Ken Girsang