Kian Sibuk Perangi Ebola

Perawat Spanyol Membaik, AS Isolasi Satu Pasien Baru

Senin, 13 Oktober 2014 – 05:50 WIB
SEMOGA SEHAT: Javier Limon Romero, suami Teresa Romero, perawat yang terkena Ebola, mengintip dari jendela ruang isolasi. Foto: Paul Hanna/Reuters

jpnn.com - MADRID – Wabah ebola yang telah melumpuhkan Afrika Barat, kini, juga menjadi momok bagi negara-negara di Benua Eropa dan Amerika. Itu terjadi setelah penularan virus mematikan tersebut di Spanyol dan Amerika Serikat (AS). Para pakar, bahkan, menyamakan ebola dengan AIDS karena sama-sama menular dan belum ada obatnya.

Minggu (12/10), media Spanyol mengabarkan bahwa kondisi Teresa Romero Ramos membaik. Padahal, akhir pekan lalu, kesehatan asisten perawat yang terinfeksi setelah menangani dua pasien ebola itu menurun drastis. Yolanda Fuentes, dokter yang bertugas di Rumah Sakit Carlos III, malah menduga perempuan 44 tahun tersebut akan menemui ajal.

BACA JUGA: Pesawat Kepolisian Jatuh, 7 Tewas

Tapi, Ramos menunjukkan perubahan yang cukup signifikan setelah mendapat bantuan pernapasan dan terapi obat-obatan. ’’Dia sadar dan bisa diajak berkomunikasi dengan baik,’’ kata salah seorang sumber di rumah sakit yang terletak di Kota Madrid tersebut.

Saat ini, Ramos menjalani perawatan isolasi dan mengonsumsi obat antiflu Avigan. Sebanyak 16 orang yang berinteraksi dengan Ramos ketika dia mulai mengeluh sakit harus menjalani karantina. Salah seorang di antaranya adalah dokter unit gawat darurat yang kali pertama memeriksa Ramos.

BACA JUGA: Edward Snowden Sering Dikunjungi Pacar

’’Sejauh ini, mereka yang dikarantina belum menunjukkan gejala apa pun. Tapi, kami akan tetap mengawasi mereka selama maksimal 21 hari,’’ kata sumber rumah sakit.

Sementara itu, perawat lain yang menangani dua pasien ebola Spanyol bersama Ramos beberapa waktu lalu boleh meninggalkan rumah sakit. Perawat yang tidak disebutkan namanya itu sudah menjalani tes sebanyak dua kali dan hasilnya selalu negatif.

BACA JUGA: Transgender Brisbane Mengenang Mayang Prasetyo

Meski tetap berada dalam pengawasan medis, si perawat diizinkan pulang. ’’Dia baik-baik saja dan tidak menunjukkan gejala sakit,’’ kata ayah si perawat.

Di sisi lain, media AS melaporkan bahwa pasien ebola kedua muncul di Negara Bagian Texas. Dia adalah paramedis yang merawat Thomas Eric Duncan, pasien ebola asal Liberia.

Lagi-lagi, perawat tertular pasien yang dia rawat. ’’Hasil tes awal positif menunjukkan bahwa dia terinfeksi virus ebola,’’ ungkap David Lakey, komisioner Departemen Layanan Kesehatan Texas.

Menurut Lakey, fenomena semacam itu telah diantisipasi sejak Duncan menjalani perawatan isolasi di sebuah rumah sakit di Kota Dallas. Karena itu, menurut dia, paramedis di Texas sudah siap menangani pasien ebola berikutnya. ’’Kami memperbesar anggota tim kami di Dallas dan bekerja ekstra keras untuk menghentikan persebaran virus tersebut,’’ paparnya.

Perawat yang tidak disebutkan identitasnya itu, menurut media Negeri Paman Sam, mulai mengeluh demam pada Jumat malam waktu setempat (10/10). Kini, petugas melakukan investigasi lanjutan untuk mengarantina orang-orang yang belakangan berinteraksi dengan perawat tersebut. Nantinya, mereka berada di bawah pengawasan rumah sakit selama 21 hari, sesuai masa inkubasi virus.

Bersamaan dengan itu, berembus berita tidak sedap dari Liberia. Salah satu negara di Afrika Barat yang lumpuh karena ebola itu terancam kehilangan petugas medis. Sebab, kelompok perawat dan asisten dokter mengancam mogok bekerja jika pemerintah tidak menambah gaji mereka. Jika pemogokan terjadi, wabah ebola di Liberia akan lebih cepat merebak.

Sebagai orang yang paling berpotensi tertular ebola dari pasien-pasien yang mereka tangani, wajar rasanya jika para perawat itu berontak. Mereka menganggap pemerintah tidak peduli pada kerja keras mereka memerangi ebola karena tidak ada kenaikan gaji. Kemarin para perawat menuntut pemerintah menaikkan gaji mereka dari USD 200 (sekitar Rp 2,7 juta) menjadi USD 700 (sekitar Rp 8,5 juta). (AP/AFP/hep/c17/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Obama Ucapkan Selamat Kepada Malala


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler