Kian Waspada, Insan Bank BJB Dibekali Pengetahuan soal Virus Corona

Rabu, 26 Februari 2020 – 22:33 WIB
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Bandung Girindra Wardhana menjelaskan soal virus corona kepada para pegawai Bank BJB di Bandung, Selasa (25/2). Foto: Bank BJB

jpnn.com, BANDUNG - Wabah virus corona (COVID-19) yang kini melanda banyak negara membuat Bank BJB meningkatkan kewaspadaannya. Bank yang berkantor pusat di Bandung, Jawa Barat itu pun membekali para pegawainya dengan pengetahuan tentang virus asal Wuhan, Tiongkok tersebut.

Untuk itu, Divisi Human Capital Bank BJB menggandeng Dinas Kesehatan Kota Bandung guna mengedukasi para pegawai bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Banten tersebut agar siap siaga menghadapi virus corona. Kegiatan itu diselenggarakan di Aula lantai 9 Menara Bank BJB, Jalan Naripan, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (25/2).

BACA JUGA: Perkuat Penyaluran KUR Mikro, BJB Gandeng SAS dan SAP

Dalam forum ini, seluruh insan Bank BJB dibekali pengetahuan tentang berbagai hal terkait COVID-19. Antara lain tentang sejarah kemunculannya, seluk beluk dan keluarga besar virusnya, penyebaran, gejala, deteksi hingga cara meresponsnya.

"Selaras dengan prinsip kehati-hatian yang selalu kami terapkan dalam praktik usaha, perseroan turut mengaplikasikannya dalam bentuk pembekalan pengetahuan guna mengantisipasi berbagai hal yang dapat mengintervensi dinamika usaha. Diharapkan dengan pembekalan yang diberikan para insan perseroan dapat meningkatkan kewaspadaan dan menghindari kepanikan yang tak perlu sehingga kondusivitas dapat senantiasa terjaga," kata Pemimpin Divisi Corporate Secretary Bank BJB Widi Hartoto.

BACA JUGA: Ikhtiar Bank BJB Gembleng Pelaku UMKM Lewat Seminar Kewirausahaan

Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Bandung Girindra Wardhana yang menjadi pemateri menjelaskan, COVID-19 berasal dari famili coronavirus yang sebelumnya juga pernah mewabah. Setidaknya ada dua jenis coronavirus penyebab penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).

Covid-19 adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Menurut Girindra, virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).

BACA JUGA: Facebook Larang Peredaran Iklan Obat Virus Corona

“Penelitian menyebutkan bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS-CoV dari unta ke manusia. Beberapa coronavirus yang dikenal beredar pada hewan namun belum terbukti menginfeksi manusia. COVID-19 memiliki kesamaan materi genetik tertinggi sebesar 96 persen dengan virus corona non-SARS yang ada di kelelawar (Bat CoV RaTG13)," kata Girindra.

Perkembangan virus itu dimulai pada 30 Desember 2019. Saat itu Wuhan Municipal Health Committee mengeluarkan ‘pemberitahuan segera tentang pengobatan pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui".

Pada 9 Januari, kematian pertama akibat corona terkonfirmasi di Tiongkok. Pada 13 Januari, kasus pertama di luar Tiongkok terkonfirmasi di Thailand.

Hingga saat ini COVID-19 telah menyebar ke 30 negara. Virus itu telah menginfeksi 80.289 orang dan merenggut 2.704 jiwa.

Girindra menjelaskan, gejala manifestasi klinis COVID-19 biasanya muncul dalam dua hingga 14 hari setelah paparan. Gejalanya mencakup demam pada 90 persen kasus, letih-lemah-lesu dan batuk kering (80 persen kasus), sesak (20 persen kasus) dan distress pernapasan (15 persen kasus).

Selain itu, COVID-19 biasanya terlihat pada gambaran perubahan di kedua lapangan paru hasil rontgen dada. Tanda vital itu umumnya stabil saat dalam perawatan. Pada kasus yang berat, wabah dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.

COVID-19 juga memiliki sejumlah klasifikasi pasien, yakni orang dalam pemantauan, pasien dalam pengawasan, kasus probable, dan kasus konfirmasi. Orang dalam pemantauan adalah seseorang yang mengalami gejala demam lebih dari 38 derajat Celcius atau memiliki riwayat demam, ISPA ringan sampai berat yang memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit pada 14 hari sebelum timbul gejala.

Selanjutnya, pasien dalam pengawasan adalah seseorang yang mengalami demam lebih dari 38 derajat Celcius atau ada riwayat demam, batuk/pilek/nyeri tenggorokan, pneumonia dan memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit pada 14 hari sebelum timbul gejala. Kasus probable merujuk pada pasien dalam pengawasan yang diperiksa untuk COVID-19 tetapi inkonklusif (tidak dapat disimpulkan) atau seseorang dengan dengan hasil konfirmasi positif pan-coronavirus atau beta coronavirus.

Pada kasus konfirmasi, seseorang dinyatakan positif terinfeksi COVID-19 lewat hasil pemeriksaan laboratorium. "Jika mengalami gejala demam, batuk, sesak napas dan baru bepergian dari negara terjangkit dalam 14 hari sebelum sakit, segera berobat ke Puskesmas atau RS terdekat. Berikan informasi kepada dokter dan tenaga kesehatan tentang riwayat perjalanan," katanya.

Oleh karena itu Girindra mengingatkan akan pentingnya menerapkan etika batuk dengan menutup menggunakan masker, tisu, atau lengan. Setelah itu, tisu penutup batuk sebaiknya segera dibuang, atau dicuri menggunakan air mengalir dan sabun.

Tip selanjutnya adalah mengenakan masker jika menderita sakit dengan gejala infeksi saluran pernapasan (demam, batuk dan flu). Yang tak kalah penting adalah segera berobat.

Langkah antisipasi penyebaran lainnya bisa dilakukan dengan sering mencuci tangan di air mengalir menggunakan sabun kurang lebih 20 detik sebelum dan sesudah menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah menggunakan toilet, dan setelah merawat binatang. Jika tidak tersedia air bisa membersihkan tangan menggunakan cairan pembersih yang mengandung alkohol 70–80 persen.

“ Jika sedang sakit agar mengurangi aktivitas di luar rumah dan membatasi kontak,” ujar Girindra.(ikl/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Bank BJB   Corona  

Terpopuler