Kiat Kru KRI Dewaruci Menjaga Stamina di Tengah Pelayaran Panjang

Vitamin Setiap Hari, Olahraga Dua Kali Seminggu

Jumat, 20 Januari 2012 – 00:02 WIB
Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewa Ruci akan membentangkan layarnya mengelilingi 4 benua di belahan dunia. Pelepasan pelayaran kapal yang ke 59 dan penjelajahan terakhir ini, dilakukan oleh KASAL Laksamana Soeparno di Dermaga Ujung Tanjung Perak Surabaya, Minggu (15/1). Foto : Dite Surendra/Jawa Pos

Mengarungi laut sepanjang 27.006 mil atau sekitar 50.015 kilometer jelas butuh stamina prima. Itulah tugas berat yang harus dilakoni para kru KRI Dewaruci yang tengah bermuhibah mengelilingi empat benua. Bagaimana mereka menjaga stamina agar tetap oke?
 
 SURYO EKO PRASETYO, Selayar
 
SUDAH tiga hari KRI Dewaruci berada di laut lepas. Sejak meninggalkan Dermaga Ujung, Surabaya, Sabtu (14/1), kapal berusia 60 tahun itu kini berada di kawasan perairan Selayar, Sulawesi Selatan. Dewaruci telah menempuh jarak sekitar 505 mil laut. Jarak tersebut hanya sebagian di antara rute menuju persinggahan pertama di Jayapura, Papua.
 
Untuk menuntaskan etape perdana sejauh 1.855 mil tersebut, diperkirakan butuh waktu 10?11 hari. Itu hanya bagian kecil dari perjalanan panjang yang bakal diarungi Dewaruci. Total ada 24 etape dengan lama perjalanan yang direncanakan 277 hari.
 
"Tentara saja harus siap fisik dan mental, apalagi Anda yang bukan tentara," kata Lettu Laut (K) dr Bangun Pramujo kepada Jawa Pos yang mengikuti muhibah tersebut.
 
Untuk membuat tubuh anak buah kapal (ABK) Dewaruci dan pendukungnya selalu sehat dalam pelayaran, pemenuhan kebutuhan makan normal tiga kali sehari tidaklah cukup.
 
Bangun menjelaskan, diperlukan nutrisi dan suplemen khusus untuk membuat daya tahan badan tetap terjaga. Sebab, menempuh pelayaran dengan kapal dalam waktu panjang berbeda dari perjalanan darat. Jika terjadi sesuatu di darat, penumpang masih bisa transit atau mampir. Tidak demikian halnya dengan perjalanan laut. Penanganannya lebih rumit.
 
Misalnya, ketika Dewaruci sempat berhenti di perairan barat laut Sulawesi Selatan kemarin sore. Kebocoran oli di mesin pokok membuat kapal terapung sekitar sejam. Setelah baut yang kendur dirapatkan, kapal kembali berlayar.
 
Bangun menjelaskan, segala keperluan terkait suplemen dan obat-obatan telah disiapkan lebih dari cukup untuk pelayaran sekitar 10 bulan. Termasuk untuk mengantisipasi endemi Malaria yang sangat mungkin muncul di Jayapura. Dewaruci dijadwalkan bersandar di Papua selama tiga hari. "Kami selalu membekali chloroquin (semacam pil kina) untuk personel yang akan menuju Papua," katanya.
 
Pada dua hari pertama, Jawa Pos juga wajib mengonsumsi sebutir pil pahit itu setiap hari. Bangun menjelaskan, tablet ungu yang diproduksi Dinas Kesehatan TNI-AL tersebut bisa menambah kekebalan badan untuk menangkal malaria. Jika pertahanan badan menurun, dikhawatirkan kru bakal sakit dan terancam tidak bisa melanjutkan pelayaran. Jika dipaksakan, mereka malah akan menjadi beban.
 
Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseta mengungkapkan, dalam pelayaran lain, dirinya pernah meninggalkan seorang personel karena terserang malaria. Lantaran tidak mematuhi perintah dokter kapal, tentara matra laut itu mengidap malaria tidak lama setelah kapal bersandar di Lantamal (Pangkalan Utama TNI-AL) IX Jayapura.

"Anggota itu sampai harus opname tiga hari. Terpaksa kami tinggal untuk sebuah operasi militer," tutur Bima.
 
Selain mengonsumsi chloroquin, setiap penumpang Dewaruci diimbau meminum suplemen vitamin C. Sebuah botol tablet pelengkap makan berisi 30 butir diberikan tim kesehatan. Dosisnya sebutir sehari. Obat itu berkhasiat menambah daya tahan selama pelayaran.
 
Buah-buahan juga menjadi menu pelengkap setiap selesai makan siang. Misalnya, pisang, jeruk, semangka, dan melon. Extra-fooding seperti kacang hijau melengkapi makan malam sebagai pencuci mulut.
 
Untuk menjaga kebugaran, seluruh ABK diwajibkan mengikuti program olahraga. Kebetulan, kemarin merupakan salah satu hari kesamaptaan jasmani selain Jumat. Bertempat di geladak atas, mereka melakukan senam peregangan hampir 30 menit. Berbagai variasi peregangan dipimpin Kepala Divisi Layar Lettu Laut (P) Yacob Tri Raharjo. Kemudian, kru diharuskan joging mengelilingi geladak atas kapal tiga kali.
 
Menu olahraga lain adalah memanjat tiang utama Dewaruci paling depan. Dengan kondisi masih ngos-ngosan, para ABK diminta melakukan pull-up (mengangkat badan dengan tangan sampai dagu menyentuh palang) di sebuah palang besi di dekat tiang utama bagian tengah. Kemudian, mereka secara bergiliran menjalani timbang badan. "Menjadi prajurit harus menjaga proporsi badan yang ideal," tegas Yacob.
 
Belum kering peluh keringat membasahi tubuh, sebuah informasi melalui pengeras suara menyatakan bahwa terjadi kebakaran. Lokasinya di dapur yang berada di geladak tengah lambung kiri. Tim peran kebakaran yang dikomandani Sertu (Lis) Raiswanto spontan membawa tabung pemadam api yang disandarkan di sejumlah dinding. Diikuti petugas lain seperti juru listrik, juru pompa, serta juru slang dan penyekat, mereka menuju lokasi. Ternyata, itu hanya simulasi yang masuk rangkaian latihan kondisi darurat.
 
Selain itu, para kru wajib mengikuti apel rutin pagi pukul 07.00 dan sore pukul 15.00. Perwira Pelaksana KRI Dewaruci Mayor Laut (P) Osben Alibos Naibaho menyatakan, masa damai selama pelayaran merupakan masa latihan. Misalnya, latihan perang dan memadamkan kebakaran serta peran peninggalan.
 
Dilengkapi 10 sekoci dan life raft (kapal keselamatan), 80 kru turut dalam trial peran peninggalan. Dalam simulasi saat kapal akan tenggelam, masing-masing penumpang menuju kapal yang telah ditentukan. Setiap kru melilitkan swimpest (pelampung) dan handuk. Handuk berguna untuk menampung air tawar jika turun hujan saat mereka terapung di laut.
 
Osben terlihat kecewa karena waktu yang dipatok ternyata melebihi target. Seharusnya empat menit, tapi terealisasi tujuh menit. "Kami akan terus berlatih dengan waktu yang tidak ditentukan. Latihan secara mendadak akan membuat kru lebih siap. Intinya, berlatih, berlatih, dan berlatih," ujar perwira menengah dengan satu melati di pundak itu.
 
Saat sore, kegiatan lebih difokuskan pada latihan kesenian tradisional dan marching band. Beberapa kesenian daerah ditampilkan. Misalnya, tari saman dan badinding asal Nanggroe Aceh Darussalam, tari rantak asal Padang, dan rampak gendang khas Jawa Barat. Tidak tertinggal tari perang dari Papua dan tari remo dari Jawa Timur.
 
"Latihan rutin akan membuat mereka lebih luwes. Sebab, dari asalnya banyak dimainkan oleh penari perempuan," ungkap Komandan KRI Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto saat mengevaluasi latihan.
 
Hingga pelayaran hari ketiga kemarin, Dewaruci praktis tidak menemui masalah berarti. "Perjalanan masih sesuai rencana. Dengan kecepatan rata-rata 7 knot, jika tidak ada kendala, sampai persinggahan pertama di Jayapura diperkirakan tetap Rabu mendatang (25/1)," terang Serka Navigasi Erik Sugianto.
 
Perjalanan Dewaruci masih sangat panjang. Selain untuk menjaga stamina, beragam kegiatan di atas kapal juga sangat penting sebagai obat bosan para kru. Hiburan lain untuk para kru adalah berita tentang perjalanan Dewaruci sekarang. Setiap hari, bagian penerangan melansir berita tentang muhibah ini. Termasuk, berita karya wartawan Jawa Pos di Dewaruci. Soft copy berita dari Jawa Pos kemudian diperbanyak untuk dibagikan kepada para kru.
 
Muhibah yang dilakoni Dewaruci kali ini paling fenomenal. Sejak pelayaran perdana pada 1953, edisi keliling dunia hingga empat benua ini bakal menjadi rute terjauh setelah keliling dunia edisi 1964. (*/ca)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bosan Lagu Pop, Fans Berat Radiohead


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler