jpnn.com, JAKARTA - Dinamika koalisi menuju Pemilu 2024 makin intensif dengan manuver sejumlah partai politik.
Untuk itu, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terbentuk paling awal diharapkan tetap menjaga soliditasnya.
BACA JUGA: Eddy Soeparno Bilang Begini soal Capres-Cawapres 2024 KIB
Demikian disampaikan Pengamat Politik Citra Institute Yusak Farchan pada Rabu (25/1).
Menurut Yusak, KIB yang terdiri dari Partai Golkar, PAN dan PPP. Ketiganya sudah memiliki suara yang cukup untuk maju. Tinggal bagaimana menjaga kekompakan KIB.
BACA JUGA: Ridwan Kamil Sudah Sejak Lama Masuk Radar KIB
“Modal dasar KIB kan sudah 25,8 persen kursi, terbesar kedua di antara poros-poros koalisi yang sejauh ini terbentuk. Jadi, harus terjaga soliditasnya,” ujar Yusak.
Dinamika koalisi akhir-akhir ini makin menarik setelah Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Gerakan Indonesia Raya mendeklarasikan sekretariat bersama.
BACA JUGA: Punya Rekam Jejak Cemerlang, Airlangga Capres yang Layak Dipertimbangkan Masyarakat
Selain itu, muncul isu bahwa sejumlah parpol akan menyeberang koalisi.
Meskipun sejumlah isu santer diwacanakan, namun menurut pendiri lembaga survei Kelompok Diskusi Dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) Henri Satrio, langkah tersebut dinilai tidak mengubah peta politik.
Henri mengungkapkan manuver politik tersebut tidak berarti apa pun jika tidak disertai dengan deklarasi capres.
“Gerindra-PKB kan baru sekretariat, itu belum deklarasi. Jadi, sebenarnya kondisinya sama sekali belum berubah. Sekretariat ya sekretariat saja, kan Gedung. Bisa dibubarkan itu. Berbeda kalau sudah ada deklarasi capres-cawapres,” tegas sosok yang akrab disapa Hensat itu.
Menurut Henri, saat ini semua koalisi masih dalam situasi sama antara Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya, dan Koalisi Perubahan. Masing-masing belum melakukan deklarasi capres.
“Jadi, sebetulnya saat ini Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya, Koalisi Indonesia Bersatu, dan Koalisi Perubahan, sama posisinya. Yaitu belum ada pergerakan apa-apa,” ujarnya.
Dia menerangkan peta politik tersebut belum akan berubah selama tidak ada faktor pemicu. Faktor pemicu tersebut, yakni pendeklarasian capres - cawapres.
KIB Berpeluang ke PDIP
Lebih lanjut, Yusak berpendapat deklarasi sekber PKB dan Gerindra bisa juga diartikan macetnya komunikasi mereka dengan PDIP.
Hal inilah, yang disebut Yusak bisa menjadi peluang bagi KIB untuk merangkul PDIP.
“Jika PDIP dan KIB bergabung mengusung Ganjar, tentu ini akan menjadi koalisi yang kuat dan solid. Koalisi keduanya bakal mungkin di bawah restu Presiden Joko Widodo,” tambahnya.
Dia mengatakan profil KIB dari awal kan memang sudah terkunci menjadi koalisi "penerus" pemerintahan Pak Jokowi.
“Artinya, KIB akan cenderung mengikuti ke mana arah politik Jokowi, dan sejauh ini kan memang Ganjar yang mendapat prioritas endorsement dari Jokowi," ujar Yusak.
Jika PDIP mengajukan Ganjar sebagai Capres, maka peluang berkoalisi dengan KIB sangat besar.
“Agar tidak ketinggalan kereta, lebih bagus jika KIB segera menetapkan capres-cawapres nya. Lalu, KIB harus agresif lagi membangun komunikasi politiknya terutama dengan PDIP,” pungkas Yusak.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari