JAKARTA - Politikus senior PDIP Taufik Kiemas tidak mendukung kalau Joko Widodo yang kini menjabat wali Kota Solo, Jawa Tengah, "ditarik-tarik" dalam pergulatan pilgub DKI Jakarta. Selain masih menjalankan amanah sebagai wali kota, Jokowi -begitu panggilan populer Joko Widodo- dianggap tidak memahami kompleksitas masalah di Jakarta.
"Kalau (Jokowi) aku nggak setuju. Orang diminta jadi di satu tempat (Jakarta), padahal belum selesai jabatannya (wali Kota Solo). Seolah-olah kita tidak menyelesaikan apa yang diberikan rakyat di daerah itu (Solo)," kata Kiemas di gedung parlemen, Senayan, Senin (12/3).
Jokowi sebagai kader potensial PDIP, lanjut Kiemas, justru terkesan seperti pelamar pekerjaan. "Kayak nggak ada kerjaan lagi. Padahal, pekerjaan di daerah yang sekarang juga banyaknya bukan main," ujar suami Ketua Umum PDIP Megawati itu.
Di internal PDIP memang ada kelompok yang menginginkan Jokowi sebagai cagub. Popularitas Jokowi diharapkan dapat memenangi pilgub. Namun, ada juga kelompok yang berusaha mencalonkan Fauzi Bowo, incumbent. PDIP sendiri harus berkoalisi karena jumlah kursi di DPR hanya 11. Sementara syaratnya minimal 15 kursi.
Kiemas menegaskan, pertimbangannya itu bukan karena hasil survei Jokowi untuk cagub DKI Jakarta yang masih rendah. Dia hanya khawatir Jokowi yang tidak pernah berproses di Jakarta akan kesulitan menangani problem sosial di ibu kota negara ini.
"Aku lihat orang yang jagoan saja di Jakarta, kerjanya setengah mati. Orang yang lahir, besar, sekolah di Jakarta saja setengah mati. Apalagi, orang dari daerah. Selain itu, mereka punya kewajiban sendiri," tegas ketua MPR itu.
Suami Mega itu pun memilih menjagokan Foke. Dalam penilaian Kiemas, Foke adalah orang yang paling mengetahui kondisi Jakarta saat ini.
Dia berharap PDIP bisa "menjodohkan" kader internalnya dengan Foke. "PDIP harus cerdas. Paling nggak mendapat wakil gubernur," ujar Kiemas.
Saat ditanya mengenai manuver PKS yang juga hendak menggandengkan Tri Witjaksana atau Sani sebagai cawagub yang berpasangan dengan Foke, Kiemas menjawab enteng. "Belum kejadian. Namanya juga usahe (usaha, Red)," ujarnya lantas tertawa.
Kiemas mendorong PDIP untuk bekerja keras memikat hati Foke. Kalau perlu merebutnya. "Ini (Foke) kalau nggak direbut bisa lewat di depan mata," katanya.
"
Kalau Foke dan Partai Demokrat benar-benar berkoalisi dengan Sani dan PKS, apa yang dilakukan PDIP? "Aku rasa nggak bodoh-bodoh jugalah PDIP," canda kiemas. "Nggak perlu bego-bego juga. Semuanya. Kedudukan politik itu kan penting," tambahnya.
Saat ditanya siapa kandidat PDIP yang didorong menjadi cawagub buat Foke, Kiemas memilih tidak memberitahukannya. "Aku nggak bisa kasih tahu. Banyak stok. Entar dimarahin Mbak Puan (Ketua DPP PDIP Bidang Politik)," kata Kiemas. (pri/c2)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang Pilkada, Warga NU di DKI Diminta Netral
Redaktur : Tim Redaksi