Kilang Cilacap Paling Modern di Asia Tenggara

Minggu, 25 Desember 2016 – 12:37 WIB
Ilustrasi. Foto: JPNN

jpnn.com - JAKARTA – PT Pertamina (Persero) berusaha mempercepat realisasi pembangunan proyek refinery development master plan (RDMP) atau pengembangan kilang Cilacap.

Perseroan pelat merah itu sudah menjalin kesepakatan dengan Saudi Aramco untuk pembentukan perusahaan joint venture proyek tersebut.

BACA JUGA: Subsidi Kewajiban, Bukan Beban

Direktur Utama Pertamina Dwi Sutjipto mengungkapkan, penandatanganan itu merupakan kelanjutan dari head of agreement (HoA) yang sebelumnya diteken pada 26 November tahun lalu.

Dwi menyatakan bahwa kapasitas dan keandalan kilang tersebut rencananya ditingkatkan.

BACA JUGA: Dalami Tangki Pertamina yang Kencing di Jalan

Dengan begitu, kilang tersebut dapat memproduksi BBM dengan standar Euro 5.

Selain itu, kilang tersebut digadang-gadang menjadi yang paling modern di Asia Tenggara.

Kapasitas kilang itu pun akan naik dari 348.000 barel per hari menjadi 400.000 barel per hari.

Kompleksitasnya bakal ditingkatkan menjadi lebih modern, yakni dengan Nelson Complexity Index yang sekarang empat menjadi 9,4.

’’Dengan begitu, produksi gasolin kilang akan bertambah 80.000 barel per hari. Produksi solar meningkat 60.000 barel per hari. Avtur bertambah 40.000 barel per hari,’’ ujar Dwi.

Selain meningkatkan ketahanan energi nasional, kilang tersebut diharapkan membangkitkan industri dalam negeri seiring adanya produksi petrokimia.

Biaya investasi yang digelontorkan untuk proyek itu mencapai USD 5 miliar atau sekitar Rp 65 triliun.

Untuk porsi kepemilikan saham, Pertamina memegang 55 persen.

Dwi menuturkan, pembangunan kilang tersebut diperkirakan selesai pada 2021.

Artinya, penyelesaian lebih cepat dari rencana awal, yakni 2022.

’’Kapasitas saat ini 348 ribu bph jadi 400 ribu bph dari feed stock ke peningkatan bisa dijelaskan akan punya kompleksitas tertinggi,’’ ungkap Direktur Mega Proyek Pengelolaan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi.

Setelah proyek tersebut siap, konversi yield product akan naik dari 70 menjadi 90 persen pada 2021.

Menurut Hardadi, joint venture Pertamina dan Saudi Aramco tidak hanya pada pengembangan kilang.

Tetapi juga kepastian memperoleh pasokan minyak mentah dari perusahaan minyak asal Arab Saudi tersebut.

’’Agar joint venture dapat good revenue, ada linear programming. Saudi Aramco dapat hak 70 persen pasok Arabian light crude,’’ ucapnya. (dee/c20/sof)


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler