JAKARTA - Indonesia Police Watch (IPW), menyayangkan lambannya kerja polisi dalam mengungkap kasus penyerangan LP Cebongan, Sleman, Yogyakarta. Menurut Ketua Presidium IPW, Neta S.Pane, sikap tersebut semakin menjatuhkan wibawa kepolisian di mata masyarakat. Apalagi terbukti, tim investigasi TNI justru mampu mengungkap kasus hanya dalam waktu 5X24 jam.
"Jadi kinerja Kapolda harus dikritik secara keras. Sebab bukan hanya karena lambat, tapi juga secara telanjang kian memelorotkan wibawa Polri," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (4/4) malam.
Neta menilai, sejak hari pertama kejadian, beredar informasi jika pejabat Direktorat Jenderal (Ditjen) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia (Kemenkumham), memberi sinyal pelakunya diduga kuat berasal dari unsur TNI.
"Tapi informasi ini tidak digubris oleh Polri. Sikap Polri ini patut dipertanyakan, apalagi beredar isu bahwa diduga kuat polisi juga sebenarnya sudah mengetahui akan terjadi serbuan. Tapi tidak mencegahnya dengan maksimal," katanya.
Untuk itu IPW berharap Komisi III DPR perlu segera memanggil Kapolri dan Kapolda Yogyakarta guna mengklarifikasi kebenaran isu tersebut. Sebab jika benar, sama artinya polisi membiarkan kejahatan terjadi," katanya.
Dengan terungkapnya tersangka penyerbuan LP Cebongan, tugas Polri kini menurut Neta tinggal memburu para pelaku pengeroyokan terhadap Sertu Santoso dan Sertu Sriyono yg belum tertangkap. "Sebab beredar kabar pengeroyok Santoso lebih dari empat orang dan pengeroyok Sriyono lebih dari satu orang," ujarnya.
Neta menilai penangkapan perlu segera dilakukan, agar jangan muncul lagi solidaritas korps yang berlebihan dari kawan-kawan korban untuk mencari tersangka yang dimaksud.
Seperti diberitakan, misteri penyerangan Lapas Klas IIB Cebongan Sleman Yogyakarta 23 Maret lalu, akhirnya terungkap. Ternyata para pelaku yang menggunakan penutup kepala adalah sekelompok oknum yang berasal dari pasukan elit Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan.
Ketua Tim Investigasi Brigjen Unggul K Yudhoyono mengatakan sehari sejak kejadian, para pelaku sebenarnya sudah mengakui dengan jujur. "Para pelaku sudah mengakui tindakannya dengan jujur dan kesatria setelah sehari setelah kejadian," kata Unggul.
Ya, jenderal dengan satu bintang di pundak itu mengatakan bahwa kejadian itu merupakan lanjutan atas kematian seorang anggota Kopassus Sertu Heru Santosa yang tewas ditangan para tahanan yang mati ditembak di dalam sel anggrek itu.(gir/fas/jpnn)
"Jadi kinerja Kapolda harus dikritik secara keras. Sebab bukan hanya karena lambat, tapi juga secara telanjang kian memelorotkan wibawa Polri," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (4/4) malam.
Neta menilai, sejak hari pertama kejadian, beredar informasi jika pejabat Direktorat Jenderal (Ditjen) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia (Kemenkumham), memberi sinyal pelakunya diduga kuat berasal dari unsur TNI.
"Tapi informasi ini tidak digubris oleh Polri. Sikap Polri ini patut dipertanyakan, apalagi beredar isu bahwa diduga kuat polisi juga sebenarnya sudah mengetahui akan terjadi serbuan. Tapi tidak mencegahnya dengan maksimal," katanya.
Untuk itu IPW berharap Komisi III DPR perlu segera memanggil Kapolri dan Kapolda Yogyakarta guna mengklarifikasi kebenaran isu tersebut. Sebab jika benar, sama artinya polisi membiarkan kejahatan terjadi," katanya.
Dengan terungkapnya tersangka penyerbuan LP Cebongan, tugas Polri kini menurut Neta tinggal memburu para pelaku pengeroyokan terhadap Sertu Santoso dan Sertu Sriyono yg belum tertangkap. "Sebab beredar kabar pengeroyok Santoso lebih dari empat orang dan pengeroyok Sriyono lebih dari satu orang," ujarnya.
Neta menilai penangkapan perlu segera dilakukan, agar jangan muncul lagi solidaritas korps yang berlebihan dari kawan-kawan korban untuk mencari tersangka yang dimaksud.
Seperti diberitakan, misteri penyerangan Lapas Klas IIB Cebongan Sleman Yogyakarta 23 Maret lalu, akhirnya terungkap. Ternyata para pelaku yang menggunakan penutup kepala adalah sekelompok oknum yang berasal dari pasukan elit Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan.
Ketua Tim Investigasi Brigjen Unggul K Yudhoyono mengatakan sehari sejak kejadian, para pelaku sebenarnya sudah mengakui dengan jujur. "Para pelaku sudah mengakui tindakannya dengan jujur dan kesatria setelah sehari setelah kejadian," kata Unggul.
Ya, jenderal dengan satu bintang di pundak itu mengatakan bahwa kejadian itu merupakan lanjutan atas kematian seorang anggota Kopassus Sertu Heru Santosa yang tewas ditangan para tahanan yang mati ditembak di dalam sel anggrek itu.(gir/fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rekaman CCTV Lapas Cebongan Dibuang ke Bengawan Solo
Redaktur : Tim Redaksi