Kinerja Perdagangan Kembali Surplus, Tim Ekonomi Jokowi Tuai Pujian

Kamis, 19 November 2020 – 17:54 WIB
Presiden Joko Widodo. Biro Pers Sekretariat Presiden

jpnn.com, JAKARTA - Kinerja perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD3,61 miliar pada Oktober 2020. Dengan demikian, ini adalah keenam kalinya ekspor-impor Indonesia surplus.

Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Mohammad Dian Revindo menilai, hal ini menandakan kinerja tim ekonomi Presiden Joko Widodo solid.

BACA JUGA: dr Cissy Kartasasmita Jawab Seputar Mitos Vaksin Covid-19

"Memang ekspornya solid di masa pandemi ini. Kalau diakumulasi sejak Januari sudah surplus 17,7 miliar dolar AS. Itu sebenarnya ekspor kita lebih baik. Bahkan dibandingkan dengan periode yang sama 2019 hanya minus 5,6 persen. Artinya hampir sama dengan ekspor tahun lalu yang situasinya bukan pandemi, berarti ekspor solid sekali," kata Revindo.

Membaiknya kinerja ekspor ini, kata dia, karena Indonesia diuntungkan dengan adanya perang dagang Amerika Serikat dan China.

BACA JUGA: Sebut Habib Tukang Obat, Nikita Mirzani: Masuk Penjara Tinggal Masuk, Najis Gue Minta Maaf

Di mana dengan adanya perang dagang itu, Indonesai menjadi negara pemasok kebutuhan AS yang tadinya dipasok dari China.

"Jadi Indonesia sudah masuk ke amerika menggantikan produk china. Makanan minuman, alat kelisistrikan, beberapa tekstil masuk ke AS meggantikan  produk China. Jadi nilai tambah ekspor kita naik," kata dia.

BACA JUGA: Mendag Sebut Neraca Perdagangan Surplus di Tengah Pandemi Covid-19

Menurut dia, hal ini tentu tidak terlepas dari kinerja dan koordinasi menteri-menteri ekonomi Jokowi yang membaik. Dengan koorninasi yang baik ini, tentu menghasilkan kebijakan dan keputusan yang menguntungkan Indonesia.

"Misalnya mau buat acara dengan negara mana sudah banyak ngobrol. Memang yang paling tahu dan punya peta adalah Kemendag pasti," kata dia.

Selain itu, Kementerian Perdagangan di bawah kepemimpinan Agus Suparmanto juga jeli melihat peluang dengan membuat kebijakan yang tidak menghambat.

"Menurut saya bagusnya Kemendag ini adalah tahu mengerjakan apa yang prioritas, mengerjakan produk apa untuk negara mana. itu hebatnya kemendag itu," tuturnya.

Namun, kata dia, pemerintah tidak boleh puas begitu saja.

Ke depan, pemerintah harus memastikan kualitas barang-barang alam negeri meningkat. Dengan kualitas yang baik tentu akan memiliki daya saiang yang tinggi.

Dalam kesempatan ini, dia juga mengapresiasi langkah pemerintah dan Kementerian Perdagangan di bawah kepemimpinan Agus Suparmanto yang melakukan perjanjian perdagangan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), yang lahir atas gagasan Indonesia.

Melaui RCEP ini tentunya mendorong Indonesia lebih jauh ke dalam rantai pasok global dengan memanfaatkan backward linkage.

Yakni memenuhi kebutuhan bahan baku atau bahan penolong yang lebih kompetitif dari negara RCEP lainnya, dan forward linkage, yakni dengan memasok bahan baku atau bahan penolong ke negara RCEP lainnya.

"Akhirnya gol RCEP ini, ketika Biden menang Trump kalah kan ketidakpastian. Karena ada RCEP kita tidak ditekan karena kita yang inisiasi. Silahkan AS mau ke mana karena kita punya rcep. kalau as menawarkan mau menarkan kerja sama yang menguntungkan ok," kata dia.

Sebagai informasi sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2020 mengalami surplus sebesar USD3,61 miliar.

Angka ini mengalami kenaikan jika dibandingkan suruplus bulan lalu karena hanya USD2,39 miliar.

Ini merupakan surplus enam kali neraca dagang Indonesia pada tahun ini. Ini memperpanjang rentetan surplus setelah pada September sudah mencatatkan lima kali.

Surplus neraca perdagangan Oktober karena angka Ekspor lebih besar dari impor. Apalagi adanya penurunan impor cukup dalam pada Oktober 2020.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler