Kisah Alumnus PMDSU yang Sukses Kembangkan Madu Hasil Riset & Inovasi Teknologi 

Sabtu, 26 November 2022 – 17:22 WIB
Lulus PMDSU, Muhammad Muhsinin berkarier menjadi dosen dan sukses mengembangkan madu hasil riset dan inovasi teknologi. Foto dok.Muhsinin

jpnn.com, JAKARTA - Banyak alumni program beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) memiliki karier moncer.

Salah satunya Muhammad Muhsinin, alumnus program beasiswa PMDSU batch I yang kini menekuni profesi sebagai dosen di Universitas Mataram.

BACA JUGA: Kemendikbudristek Genjot Lulusan Doktor Lewat Beasiswa PMDSU

Selain menjadi dosen, dia menggeluti dunia usaha dengan menjual oleh-oleh khas Lombok terutama madu.

Itu bukan sembarang madu, tetapi madu budi daya (Madu Trigona dan Apis Cerana) yang dihasilkan dari proses riset dan inovasi teknologi sehingga telah teruji kualitasnya.

BACA JUGA: Ikhtiar Kemendikbud Genjot Jumlah Doktor Lewat PMDSU, S1 Sampai S-3 Cuma 6 Tahun

Semangat Muhsinin dalam berwirausaha oleh-oleh khas Lombok, terutama madu tidak lepas dari passion dan keahliannya sebagai seorang akademisi serta peneliti.

Pada 2018 hingga sekarang, Muhsinin adalah Tim Ahli Klaster Inovasi Lebah Madu di Universitas Mataram.

BACA JUGA: Pejabat Kemendikbudristek Sebut Dibutuhkan Banyak CPNS & PPPK untuk Jabatan Ini, Semoga Ada Formasinya

“Saya memiliki impian jangka panjang, yaitu bisa mendirikan perusahaan dengan produk inovasi hasil riset saya sendiri yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)," terang Muhsinin dalam keterangannya kepada media, Sabtu (26/11).

Diceritakannya alasan menekuni bidang ini karena seorang akademisi bisa menghasilkan inovasi teknologi atau produk inovasi dari hasil riset yang bisa dimanfaatkan masyarakat luas.

Tim Pemeriksa Covid-19 (Ekstraksi RNA dan RT-PCR) itu mengaku sejak awal punya cita-cita menjadi adakemisi atau peneliti yang bisa menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

"Impian saya itu berhasil. Saya bisa mewujudkan mimpi-mimpi saya," ucap putra seorang pedagang ini.

Dia optimistis bahwa karier akademisi atau peneliti di Indonesia sangat potensial. Seorang akademisi atau peneliti, menurutnya, memiliki banyak peluang untuk berkolaborasi dengan dunia usaha atau industri di antaranya melalui Kedaireka atau akronim Kerja Sama Dunia Usaha dan Kreasi Reka yang merupakan program pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi yang melibatkan perguruan tinggi dan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI).

Usaha dan kerja keras Muhsinin untuk menggapai impiannya menjadi seorang akademisi atau peneliti, bahkan kini entrepreneur produk hasil penelitiannya sendiri, itu berawal dari keikutsertaannya dalam program beasiswa PMDSU yang diselenggarakan Kemendikbudristek.

Dia mengungkapkan ketertarikannya terhadap program beasiswa PMDSU ketika mendapat informasi dari dosen pembimbing skripsi di Universitas Mataram. Ia lalu menggali lebih jauh mengenai program beasiswa yang sebelumnya bernama Program Doktor untuk Sarjana Unggul (PDSU) tersebut.

“Di website menginformasikan deskripsi tentang beasiswa dari S2 langsung ke S3. Saya tertarik, di samping persyaratan mendaftar beasiswa PMDSU sudah cukup, seperti Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), ijazah, transkrip nilai, rekomendasi dari kampus, dan Toefl,” tutur pria kelahiran Labuapi, 10 Desember 1960 ini.

Muhsinin memilih program studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan; minor Ilmu Pemuliaan dan Genetika Ternak, di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Program studi itu dipilih karena linier dengan program studi S1 yang diambilnya, yaitu Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Mataram.

Muhsinin mengaku mendapatkan banyak sekali pelajaran berharga selama menjadi penerima beasiswa PMDSU, antara lain pengembangan kepemimpinan hingga memperluas jejaring (networking) dengan berbagai lembaga riset.

Selain itu, menurutnya, yang paling berharga dan tak terlupakan adalah pengalaman saat berkesempatan mengikuti program Peningkatan Kualitas Publikasi Internasional (PKPI) di Bonn University di Jerman.

“Pengalaman mengikuti program tersebut sangat luar biasa. Hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya bisa ke luar negeri dan bisa melakukan riset di sana,” ucap Muhsinin.

Dia menyebut pengalaman paling berkesan selama mengikuti program PKPI di Jerman adalah belajar hal baru yang mungkin berbeda dengan yang ada di Indonesia, seperti kemajuan teknologi, tema dan inovasi riset, kultur dan budaya baru yang berbeda, serta kedisiplinan yang tinggi.

Namun, banyak tantangan yang dihadapi saat menjalani program beasiswa PMDSU, terutama terkait ketersediaan alat penunjang untuk menganalisis sampel penelitian di IPB. Waktu itu dia kesulitan alat untuk menganalisis ekspresi protein menggunakan western blotting.

"Jadi, ketika saya mengikuti program Sandwich-Like ke Bonn University Germany, alhamdulillah semua alat tersedia dan analisis data pun dapat diselesaikan,” tuturnya.

Muhsisnin mengutarakan keberhasilannya dalam menyelesaikan pendidikan hingga S3 tidak lepas dari dukungan banyak pihak. Bukan hanya dari keluarga ataupun kerabat terdekat, tetapi juga peranan dari Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Sc  selaku promotor serta Prof. Dr. Ir. Niken Ulupi, MS; Prof. Dr. agr. Asep Gunawan, S.Pt M.Sc; dan Prof. Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS selaku co-promotor. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler