jpnn.com - SENYUM pria yang telah beruban itu tampak semringah. Uban di kepalanya terlihat nyembul di sisi kupingnya. Sedang sebagian lainnya tertutup dengan peci putih. Di balik senyuman, mata pria itu tampak berkaca-kaca. Sesekali ia merapatkan kedua bibirnya, lalu menghela napas panjang.
Puluhan orang yang berada di depan pria itu juga ikut terhanyut dalam suasana haru. Mata mereka berkaca-kaca. Bahkan ada yang sesekali sesenggukan. Karena tak lagi kuat membendung air matanya.
BACA JUGA: Tips Mudik Nyaman, Tujuh Hal yang Perlu Diperhatikan
Suasana di Gedung ACC Kabupaten Sorong diselimuti keharuan. Puluhan tamu tampak kompak dengan busana serba putih. Di dalam gedung berukuran luas itu suara seorang pria terdengar menggema. Menyebar ke isi gedung ACC.
Mendengar cerita pria itu, para tamu tampak terhanyut dalam suasana. Kagum dan haru. Bercampur. Hingga membuat hati terkoyak, dan menitikkan air mata.
BACA JUGA: Cek Kesiapan Armada, Dirjen Darat Naik Bus Sampai ke Bandung
Pria tersebut adalah Muhammad Rahmatullah. Ia bukan tokoh agama. Ia juga bukan tokoh intelektual. Tapi dia seorang muallaf. Kisah perjalanan hidupnya membuat para tamu di gedung itu terhanyut dalam keharuan.
Berawal dari keingintahuannya akan agama-agama, Rahmatullah akhirnya tertarik dengan agama Islam. Ia lalu mempelajari Islam. Dari cara salat, bacaan hingga isi alquran. Ia tak dituntun oleh siapapun. Melainkan hanya belajar melalui komputer.
BACA JUGA: H-7, Pemudik Mulai Berdatangan di Pelabuhan Merak
Dari komputer ia menemukan secercah cahaya. Cahaya yang menuntunnya menuju agama Islam. “Setelah mengetahui isi alquran saya memutuskan untuk masuk Islam,” kata Rahmatullah kepada Radar Sorong.
Tak mudah bagi Rahmatullah untuk meninggalkan agama yang dianut sebelumnya. Agama yang dianutnya sejak lahir. Namun, seperti air yang mengalir. Kian hari keingintahuan Rahmatullah akan Islam dan alquran semakin besar. Seperti telah menemukan danau. Rahmatullah yang telah yakin dengan isi alquran, memutuskan untuk menjadi seorang muslim. “Saya masuk islam tanpa dorongan dan saya belajar sendiri,” ungkap pria berusia 59 tahun ini.
Memutuskan menjadi muallaf. Jalan Rahmatullah tak seterusnya mulus. Ia harus menghadapi pandangan warga dan rekan seagamanya dulu. Ya, di agama lahirnya Rahmatullah memegang peranan penting. Jika dalam islam bisa dikatakan dia adalah ustaz. Dia juga menjadi panutan.
Namun, dalam perjalanan waktu, dari hari ke hari pandangan warga mulai berubah. Mereka mulai dapat menerima keputusan Rahmatullah untuk berpindah keyakinan. Namun, sejak menjadi muallaf Rahmatullah harus siap untuk meninggalkan hidup mewahnya. Ia harus menerima kehidupan barunya sebagai pedagang Warteg.
Namun, di balik itu ada hal istimewa yang diterima Rahmatullah. Karena menjadi muallaf. Serta siap menjalani segala konsekuensi. Ia mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah tempat asalnya di Jawa Timur. Rahmatullah diberangkatkan ke tanah suci Makkah. “Alhamdulillah saya sudah beberapa kali ke tanah suci dengan gratis,”kata pria yang menjadi muallaf sejak tahun 2007 ini.
Menjadi seorang muslim membuat Rahmatullah ingin mempelajari Islam seutuhnya. Jika sebelumnya ia hanya ingin tahu, yakni dengan belajar alquran lewat komputer. Kini ia mempelajari kitab suci itu dengan sungguh-sungguh. Bahkan ia kini telah menghafal beberapa ayat suci alquran.
“Saya hafal beberapa. Kalau anak saya yang sudah hafal 27 juz alquran, alhamdulillah. Yang penting, ikuti kata hati, insyaallah kita akan temukan jalan yang terbaik,” kata pria yang dulunya bernama Yavet Soni ini. (nur hayyu supriatin/adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Berangkatkan Peserta Mudik Gratis, Jonan: Masih Tersisa...
Redaktur : Tim Redaksi