Kisah Italia yang Sedang Berperang Melawan Mafia Sepak Bola

Kamis, 21 Mei 2015 – 06:42 WIB

jpnn.com - SEPAK bola Italia sempat diguncang skandal pengaturan skor atau Calciopoli pada 2006 silam. Skandal itu begitu mengejutkan. Bagaimana tidak, klub besar seperti Juventus ternyata ikut terlibat dalam skandal tersebut. Percakapan yang dimulai pada musim 2004–2005 antara dua petinggi Juventus, Luciano Moggi dan Antonio Giraudo, yang berhasil diungkap agensi sepak bola Italia GEA World menjadi awal serangkaian penyelidikan untuk menyingkap hitamnya kondisi sepak bola Italia itu.

BACA JUGA: Bintang Klub Malaysia Ini Tak Sabar Bertemu Sahabatnya di Persib Bandung

SASARAN PERJUDIAN: Suasana laga di pentas Serie D yang melibatkan klub Neapolis Mugnano (kostum biru). Klub-klub Serie D kerap jadi sasaran mafia judi bola. (TUTTOSPORT)

Bukan hanya itu, Moggi pun dihukum tidak boleh berkecimpung di sepak bola seumur hidup. Itu merupakan hukuman terberat yang dijatuhkan FIGC (PSSI-nya Italia). Sebab, pelaku yang lain hanya dihukum larangan berkecimpung lima bulan sampai lima tahun.

Enam tahun berselang, Italia kembali diguncang skandal pengaturan skor lainnya bertajuk Scommessopoli. Walaupun tidak ’’seglamor’’ Calciopoli, skandal tersebut juga melibatkan beberapa nama yang cukup familier di jagat lapangan hijau Italia. Di antaranya, mantan pemain timnas Italia sekaligus kapten Atalanta saat itu, Cristiano Doni. Doni kemudian dihukum 3,5 tahun larangan beraktivitas di sepak bola.

BACA JUGA: Rayuan Maut Madrid Pada De Gea Bikin Legenda MU Cemas

Namun, segala rapor negatif itu tidak membuat pelaku jera. Buktinya, mereka kembali tersandung dalam masalah yang sama. Selasa (19/5) waktu setempat, pihak kepolisian Roma resmi menahan 50 orang karena tersandung dugaan pengaturan skor di kompetisi kasta keempat seperti Serie D serta Lega Pro.

Koran berpengaruh Italia, La Gazzetta dello Sport, merilis ada 13 klub yang ditengarai terlibat dalam pengaturan skor itu. Mereka adalah Pro Patria, Barletta, Brindisi, L’Aquila, Neapolis Mugnano, Torres, Vigor Lamezia, Sant’Arcangelo, Sorrento, Montalto, Puteolana, Akragas, serta San Severo.

BACA JUGA: Jelang Prancis Open, Djokovic Berbekal Musim Terbaik

Keterlibatan Sorrento tidak mengejutkan. Sebab, klub berjuluk Rossoneri tersebut pernah terkena kasus yang sama pada musim 2011–2012 bersama Juve Stabia. Pengadilan Naples saat itu menghukum mereka dengan pengurangan dua poin ditambah denda EUR 20 ribu (sekitar Rp 293 juta).

Dalam operasi penumpasan dengan sandi ’’Dirty Soccer’’ tersebut, 50 orang yang ditahan itu terdiri atas 27 presiden klub dan manajer tim, 17 pemain, 5 pelatih, serta 1 perwira polisi. Selain itu, sebagaimana dilansir BBC News, 70 orang lainnya diinvestigasi jaksa di wilayah selatan Kota Catanzaro.

’’Penyelidikan ini membuktikan adanya sebuah keterlibatan keji korupsi dalam dunia sepak bola. Ini sekaligus menunjukkan minat jaringan kejahatan dalam bisnis ini didasarkan pada rumah judi sepak bola legal,’’ tutur penyelidik badan antimafia Italia SCO Andrea Grassi sebagaimana dilansir Reuters.

Kini otoritas hukum Italia mengembangkan arah penyelidikan yang diduga melibatkan dua mafia. Antara lain, ’Ndrangheta, sebuah mafia yang berbasis di Calabria. Mereka sempat ditakuti pada akhir 1990-an.

’’Dalam sebuah kesempatan, mereka juga sempat mengatur pertandingan dari balik kamar hotel,’’ ujar sumber di internal kepolisian merujuk pada rekaman video saat mereka sempat melakukan sekali pertemuan. (apu/c19/bas)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Zanetti: Inter Selangkah Lagi Gaet Yaya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler