jpnn.com - Di tengah perjuangan untuk keluar dari kemiskinan dan semangat untuk terus belajar, Putri ternyata punya cita-cita mulia. Ia tidak memikiran dirinya. Tapi tekadnya yang kuat adalah menghajikan bapak-ibunya.
“Saya belajar demi masa depan. Ini untuk orang tua saya, juga supaya saat terima rapor, ibu atau bapak dipanggil yang pertama. Hanya itu yang bisa saya lakukan,” ucap Putri yang selalu meraih peringkat satu di sekolahnya, sejak kelas 7 hingga 8 semester satu lalu kepada Radar Semarang (Grup JPNN.com).
BACA JUGA: UN Online, Sekolah Dibikin Bingung Perubahan Teknis Pustekkom
Apa mata pelajaran yang paling disukai? “Bahasa Jawa.” katanya.
Menurutnya, kini bahasa Jawa mulai pudar. Karena itu, Putri tak mau ikut-ikutan menggerus budaya sendiri, dengan keberadaan bahasa asing. “Kita (penduduk Jawa Tengah, Red) harus melestarikan.”
BACA JUGA: Kisah Menginspirasi, Anak Sopir Truk yang Melawan Kemiskinan (3)
Ibunda Putri, Mustamilatusiasah, 48, menangis haru melihat anaknya berprestasi. Putri, bagi dia, sumber kekuatannya melawan penyakit ganas yang bersarang di tubuhnya.
“Saya sangat bersyukur, kedua anak saya (Putri dan kakaknya, Red) semuanya nurut. Mereka mau prihatin dan tahu kondisi orang tuanya seperti apa," ucapnya. (isk/awa/jpnn)
BACA JUGA: Bantah Nilai UN Kurang 5,5 tak Bisa Masuk PTN
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Menginspirasi, Anak Sopir Truk yang Melawan Kemiskinan (2)
Redaktur : Tim Redaksi