jpnn.com, JAKARTA - Tom Becher Dalimunthe sukses menjadi salah satu anak Indonesia termuda di Malaysia yang memegang jabatan Direktur Operasional di perusahaan ternama di Asia, Rolling Arrays.
Rolling Arrays adalah perusahaan penyedia jasa multinasional dan perangkat lunak yang masuk dalam jajaran Top 30 versi Silicon Review sebagai perusahaan paling berkembang pesat di Asia. Kantornya bermarkas di Singapura dengan cabang perusahaan di Australia, Hong Kong, Malaysia, Uni Emirat Arab, dan India.
BACA JUGA: Jamiyah Batak Muslim Indonesia Menggagas Ikrar Merajut Keberagaman Nusantara
Pria kelahiran Jakarta, 25 Mei 1993 itu adalah anak berdarah Batak dari seorang Ibu pengusaha bernama Hotmawati Panggabean (61) dan seorang ayah Pensiun Pegawai Negeri Sipil (PNS) bernama Edison Dalimunthe (78).
Tom menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Adventist University of the Philippines Academy di Filipina pada umur 15 tahun.
Di tempat yang sama, Tom juga menyelesaikan pendidikan sarjana di jurusan Development Communication saat masih berumur 19 tahun.
BACA JUGA: Musik Batak Semarakkan Rumah Aspirasi, Seruan Dukung Ganjar Menggema
Pada tahun ini, Tom berhasil menyelesaikan pendidikan Master of Business Administration (MBA) dengan distiction dari University of the West of Scotland, universitas Top 10 di Skotlandia yang ditempuhnya secara Hybrid.
“Alhamdulillah, meski SD negeri, tetapi di rumah mama saya sudah menanamkan pendidikan secara internasional, bahkan dulu kami anak-anaknya bisa sampai dipaksa les Bahasa Inggris demi jadi masyarakat dunia,” ujar Tom.
Semasa SMP, Tom adalah anak yang sering ‘nongkrong’, berbeda dengan para saudaranya, ibunda pun memutuskan untuk segera memberangkatkan Tom terlebih dahulu ke sekolah asrama di Filipina.
Namun, Tom berangkat sendiri ke Filipina dan dijemput oleh orang Indonesia di sana. Sayangnya, hari pertamanya di luar negeri. Tom harus tertahan di imigrasi Filipina karena masuk kategori di bawah umur.
“Dulu pada 2007 sampai di Manila, Filipina, saya bengong sambil nangis karena ditahan oleh petugas imigrasi, tetapi akhirnya dibantu orang Indonesia," kata Tom.
Filipina menjadi negara tujuan orang tuanya untuk menyekolahkan Tom dan saudara-saudaranya karena Filipina menerapkan sistem kurikulum seperti di Amerika Serikat.
Berkat kedisiplinannya, Tom berhasil menyelesaikan pendidikan Sarjana di Filipina pada umur 19 tahun saja.
Setelah lulus kuliah, Tom tidak mengenal istilah quarter life crisis, karena dalam hidupnya, dirinya hanya ingin bekerja keras, stabil, fokus dan segera berkarya mengharumkan nama bangsa.
Sejak lulus, Tom langsung bekerja di perusahaan global di Filipina dan bermigrasi ke Singapura hingga akhirnya ditempatkan di Malaysia untuk memimpin perusahaan.
“Saat ada meeting, saya selalu dikira bule karena nama saya, namun mereka terkejut karena ternyata wajah Asia Melayu banget, saya sih cuek, kan yang penting substansinya,” ucapnya.
Sejak tahun lalu, Tom telah diangkat menjadi Direktur Operasional, menggantikan direktur sebelumnya yang berasal dari Australia.
Gaji yang diterima oleh Tom saat ini totalnya hampir mencapai Rp 3 miliar rupiah dalam setahun, angka ini belum termasuk fasilitas dan jaminan kesehatan yang diterimanya selama menjabat Direktur di perusahaan Rolling Arrays Malaysia.
Bagi Tom, keluarga adalah supporting system terbaik dalam hidup. Saat ini, Tom sudah memiliki dua orang anak perempuan dari seorang istri bernama Poppy Aulia (29), yang begitu mendukung karirnya.
Karena saran dari istrinya pula, Tom ingin tetap berencana kembali ke tanah air dan ingin segera menemukan jalan untuk mewujudkan mimpi menjadi pengusaha teknologi pada sektor edukasi.
Baginya, Indonesia harus memperkenalkan anak mudanya untuk berkiprah di mancanegara dan anak muda pun harus menciptakan jalannya.
“Saya ingin mewujudkan mimpi saya untuk membangun usaha di tanah air khususnya di bidang software dan teknologi, atau mungkin jadi Duta Besar RI sekalian, amin," ucap Tom.(mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul