JAKARTA--Berita gembira terdengar dari pesawat Merpati Nusantara Airlines (MNA) yang sedang terbang dari Timika (Papua) menuju Makassar (Sulawesi Selatan) Minggu (6/1) sekitar pukul 18.40 WIT lalu. Seorang bayi perempuan lahir dengan selamat meski persalinannya dilakukan di kursi pesawat.
Seorang ibu rumah tangga yang sedang hamil tujuh bulan, Harmani (33) bersama suaminya Rudi Hamjah ikut dalam penerbangan pesawat Merpati ke Makassar untuk mengunjungi saudaranya di Maros, Sulawesi Selatan. Namun setelah 15 menit penerbangan, Harmani merasakan mulas yang tak tertahankan. Dia terlihat merintih dan bersandar di bahu suaminya.
Mengetahui hal itu, seorang pramugari bernama Rahma Sari, lantas menawarkan minyak angin kepada Ibu Harmani, namun ditolak,"Katanya sakit seperti mau melahirkan. Tapi si ibu itu tidak mau dipindahkan, akhirnya saya kasih selimut supaya badannya lebih hangat. Peralatan medical kit juga langsung saya siapkan, barangkali diperlukan," kata Rahma kemarin
Tak berapa lama Ibu itu semakin terlihat sudah tidak menahan rasa sakitnya. Sedikit lelehan darah merembes ke kursi sehingga Rahma langsung membuka selimut yang menutupi tubuh Harmani,"Saya buka selimutnya, ternyata sudah nongol kepalanya. Saya shock, tapi harus tetap tenang. Lantas diumumkan ke penumpang, apakah ada yang dokter, ternyata tidak ada," tuturnya
Ditengah situasi yang mencekam itu, ternyata dinatara 152 penumpang yang ada di pesaat ada salah satu penumpang yang kuliah di Akademi Keperawatan mau membantu. Proses persalinanpun dimulai, meski lemas namun Harmani terlihat masih bisa mengendalikan diri, mungkin karena itu adalah anak ketiganya. Setelah 30 menit berjuang, bayi akhirnya lahir dan dipotong tali pusarnya.
Namun perjuangan para pramugari tidak berhenti sampai disitu. Bayi yang dilahirkan ternyata dalam kondisi kritis. Salah seorang pramugari, Musyarafatul, mengetahui bayi tersebut tidak menangis dan kondisinya biru,"Setelah lahir, saya yang meng-handle. Bayi sempat tidak menangis dan biru, saya sempat bingung mau dibawa kemana, karena ruangan pantry belakang dingin," katanya
Bayi perempuan tersebut akhirnya dibawa ke pantry depan, dan selanjutnya diletakkan di atas troli makanan yang dialasi dengan kain. Dia dan pramugari yang lain berupaya memulihkan kondisi sang bayi,"Saya dibantu Sherly (pramugari lainnya), menyadarkan si bayi dengan cara menepuk-nepuk pelan. Alhamdulillah bayinya mengeluarkan suara dan menggerakkan tangan," sambungnya
Setelah bayi memberikan respon, Musyarafatul langsung memberikan bantuan oksigen kepada bayi tersebut, dan juga memberikan kompres air hangat yang diletakkan di dalam plastik, yang dibaluti dengan kain sarung,"Saya juga membersihkan badannya sambil mengolesi kening bayi dengan air hangat. Bayi kemudian dibedong (bungkus dengan selimut) dan kami segera memeluknya," kenangnya
Meski begitu, dia melihat kondisi bayi belum styabil, karena nafasnya masih tersengal-sengal. Sepertinya bayi itu kedinginan. Para pramugari itu masih merasa belum sepenuhnya berhasil menyelamatkan sang bayi. Pasalnya penerbangan ke Makkasar masih sekitar 45 menit lagi,"Tapi pilot sudah memberitahukan ke bandara agar menyiapkan perangkat medis," tambahnya
Di bandara Makassar, petugas medis sudah menanti dengan cemas. Mereka sudah menyiapkan mobil ambulan untuk secepatnya membawa bayi premature dan ibunya ke rumah sakit di Makassar,"Begitu kita sampai buka pintu, langsung disambut oleh petugas medis yang sudah bersiaga di bandara. Itu pengalaman pertama saya membantu melahirkan bayi, karena saya juga belum pernah melahirkan," jelasnya. (wir)
Seorang ibu rumah tangga yang sedang hamil tujuh bulan, Harmani (33) bersama suaminya Rudi Hamjah ikut dalam penerbangan pesawat Merpati ke Makassar untuk mengunjungi saudaranya di Maros, Sulawesi Selatan. Namun setelah 15 menit penerbangan, Harmani merasakan mulas yang tak tertahankan. Dia terlihat merintih dan bersandar di bahu suaminya.
Mengetahui hal itu, seorang pramugari bernama Rahma Sari, lantas menawarkan minyak angin kepada Ibu Harmani, namun ditolak,"Katanya sakit seperti mau melahirkan. Tapi si ibu itu tidak mau dipindahkan, akhirnya saya kasih selimut supaya badannya lebih hangat. Peralatan medical kit juga langsung saya siapkan, barangkali diperlukan," kata Rahma kemarin
Tak berapa lama Ibu itu semakin terlihat sudah tidak menahan rasa sakitnya. Sedikit lelehan darah merembes ke kursi sehingga Rahma langsung membuka selimut yang menutupi tubuh Harmani,"Saya buka selimutnya, ternyata sudah nongol kepalanya. Saya shock, tapi harus tetap tenang. Lantas diumumkan ke penumpang, apakah ada yang dokter, ternyata tidak ada," tuturnya
Ditengah situasi yang mencekam itu, ternyata dinatara 152 penumpang yang ada di pesaat ada salah satu penumpang yang kuliah di Akademi Keperawatan mau membantu. Proses persalinanpun dimulai, meski lemas namun Harmani terlihat masih bisa mengendalikan diri, mungkin karena itu adalah anak ketiganya. Setelah 30 menit berjuang, bayi akhirnya lahir dan dipotong tali pusarnya.
Namun perjuangan para pramugari tidak berhenti sampai disitu. Bayi yang dilahirkan ternyata dalam kondisi kritis. Salah seorang pramugari, Musyarafatul, mengetahui bayi tersebut tidak menangis dan kondisinya biru,"Setelah lahir, saya yang meng-handle. Bayi sempat tidak menangis dan biru, saya sempat bingung mau dibawa kemana, karena ruangan pantry belakang dingin," katanya
Bayi perempuan tersebut akhirnya dibawa ke pantry depan, dan selanjutnya diletakkan di atas troli makanan yang dialasi dengan kain. Dia dan pramugari yang lain berupaya memulihkan kondisi sang bayi,"Saya dibantu Sherly (pramugari lainnya), menyadarkan si bayi dengan cara menepuk-nepuk pelan. Alhamdulillah bayinya mengeluarkan suara dan menggerakkan tangan," sambungnya
Setelah bayi memberikan respon, Musyarafatul langsung memberikan bantuan oksigen kepada bayi tersebut, dan juga memberikan kompres air hangat yang diletakkan di dalam plastik, yang dibaluti dengan kain sarung,"Saya juga membersihkan badannya sambil mengolesi kening bayi dengan air hangat. Bayi kemudian dibedong (bungkus dengan selimut) dan kami segera memeluknya," kenangnya
Meski begitu, dia melihat kondisi bayi belum styabil, karena nafasnya masih tersengal-sengal. Sepertinya bayi itu kedinginan. Para pramugari itu masih merasa belum sepenuhnya berhasil menyelamatkan sang bayi. Pasalnya penerbangan ke Makkasar masih sekitar 45 menit lagi,"Tapi pilot sudah memberitahukan ke bandara agar menyiapkan perangkat medis," tambahnya
Di bandara Makassar, petugas medis sudah menanti dengan cemas. Mereka sudah menyiapkan mobil ambulan untuk secepatnya membawa bayi premature dan ibunya ke rumah sakit di Makassar,"Begitu kita sampai buka pintu, langsung disambut oleh petugas medis yang sudah bersiaga di bandara. Itu pengalaman pertama saya membantu melahirkan bayi, karena saya juga belum pernah melahirkan," jelasnya. (wir)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketika Dewi Persik Dilirik Pengusaha Kaltim
Redaktur : Tim Redaksi