Kisah tentang Memo dan Sari Kacang Hijau di Pesawat Kepresidenan

Oleh Tomy C Gutomo*

Minggu, 02 Juni 2019 – 12:04 WIB
Kristianri Herawati alias Ani Yudhoyono. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com - Saat mendengar kabar Ibu Ani Yudhoyono kritis dan dirawat di ICU, saya sudah gelisah. Apalagi dikabarkan juga, seluruh anak dan cucu sudah berada di National University Hospital (NUH) Singapura.

Grup WhatsApp wartawan istana di era SBY sudah ramai membicarakan kondisi Bu Ani. Ingatan saya pun melayang ke 10-15 tahun silam. Selama hampir lima tahun saya menjadi wartawan istana kepresidenan, tepatnya pada periode pertama kepemimpinan SBY.

BACA JUGA: Presiden Jokowi Bakal Jadi Inspektur Upacara Pemakaman Bu Ani di TMP Kalibata

Terakhir bertemu Bu Ani pada 29 Maret 2017 di Gedung Negara Grahadi, Surabaya. Saat itu Bu Ani mendampingi SBY menerima Anugerah Prapanca Agung dari PWI Jatim.

Ternyata, Bu Ani masih mengenal saya. Dia menanyakan kabar saya dan keluarga.

BACA JUGA: Kesedihan Pak SBY Sangat Kurasakan, Bu Ani Yudhoyono Memang Spesial

Saya tidak mengira Bu Ani masih ingat. Sebab, pertemuan saya dengan Bu Ani sebelumnya terjadi pada 2009, saat musim kampanye pemilihan presiden.

Akhirnya, kabar duka itu datang menjelang zuhur kemarin. Bu Ani mengembuskan napas terakhir pukul 11.50 waktu Singapura.

BACA JUGA: Pujian, Doa dan Karangan Bunga dari Misbakhun untuk Bu Ani

Anggota grup WhatsApp mantan wartawan istana pun berbagi kenangan tentang Bu Ani. Bulan lalu teman-teman wartawan istana era SBY menengok ke NUH Singapura. Ditemui langsung oleh SBY. Sayang, saya tidak bisa ikut saat itu.

Selama saya meliput di istana, Bu Ani memang cukup dekat dengan wartawan. Dia hafal banyak nama wartawan istana.

Kalaupun tidak hafal nama, biasanya dia niteni wartawan-wartawan di istana. Apalagi kalau wartawan itu “berbobot” (maksudnya overweight) seperti saya waktu itu.

Salah satu perhatian Bu Ani kepada wartawan adalah soal makan. Ketika bertemu dengan wartawan pada acara resmi di istana atau acara informal di Cikeas, kediaman SBY, Bu Ani selalu mengecek apakah teman-teman wartawan sudah makan atau belum.

Suatu ketika dia menceritakan salah satu alasan wartawan tidak diperkenankan untuk mengambil gambar saat presiden dan ibu negara makan. Yakni, biar wartawan juga ikut makan.

Suatu hari pada 2008, SBY dan Bu Ani melakukan kunjungan ke Sentul, Bogor. Itu bukan acara resmi. SBY hanya mendatangi beberapa titik dan menyapa warga. Tidak ada acara seremonial.

Wartawan istana siap sejak pukul 07.00. Siangnya, SBY dan rombongan mampir untuk makan siang di Sate Kiloan PSK. Nama PSK kependekan dari penggemar sate kiloan.

Saat tiba di warung itu, di meja SBY dan Bu Ani sudah tersaji sate puluhan tusuk, tongseng, gulai dan nasi putih. Saya dan sejumlah wartawan duduk tak jauh dari meja makan presiden. Bedanya, di meja kami baru tersaji nasi putih.

Beberapa kali saya melirik tumpukan sate kambing di meja makan SBY. SBY dan Bu Ani sudah selesai makan.

Saat itu saya memang lapar sekali. Apalagi tidak sempat sarapan karena pukul 06.00 sudah harus kumpul di istana.

Pada lirikan entah ke berapa saya kepergok Bu Ani. Rupanya, Bu Ani tahu saya beberapa kali “mengincar” sate kambing di mejanya.

Tiba-tiba Bu Ani memanggil saya. “Ini satenya dibawa ke meja teman-teman wartawan. Bawa semua, masih banyak kok,” kata Bu Ani saat itu.

Lalu, Bu Ani meminta ajudan memastikan bahwa semua wartawan kebagian makanan. SBY dan Bu Ani yang sudah selesai makan pun rela menunggu semua rombongan selesai makan.

Satu lagi yang berkesan. Setiap kali mengikuti Presiden SBY dalam kunjungan ke luar negeri, rombongan bisa menikmati sari kacang hijau yang lezat di pesawat Garuda Indonesia yang digunakan sebagai pesawat kepresidenan.

Saat itu Indonesia memang belum punya pesawat kepresidenan sendiri. Masih menyewa ke Garuda Indonesia.

Menurut cerita seorang pramugari yang saya tanya, jus kacang hijau itu memang pesanan khusus dari Bu Ani dan selalu harus ada di penerbangan. Itu jus kacang hijau terenak yang pernah saya minum. Saya pernah menanyakan di mana toko yang menjual jus itu kepada Bu Ani. Sayang, Bu Ani waktu itu belum mau membocorkan.

Aktivitas Bu Ani juga tidak kalah sibuk dengan SBY. Selain mendampingi SBY, Bu Ani membentuk Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB).

Cukup sering pertemuan SIKIB digelar di Istana Negara. Biasanya, saat kegiatan Bu Ani, tanpa SBY, wartawan bisa berdialog lebih akrab dengan ibunda Agus Harimurti dan Edhie Baskoro itu. Tentang apa pun.

Namun Bu Ani paling bersemangat saat diminta bercerita soal cucu. Soal aktivitas Pepo dan Memo bersama cucu kesayangan. Pepo dan Memo adalah panggilan sayang cucu-cucu kepada SBY dan Bu Ani.

Melalui SIKIB pula, Bu Ani membidani mobil pintar dan rumah pintar. Menjelang akhir periode pertama SBY menjabat, Bu Ani mulai belajar memotret. Dudi Anung, mantan wartawan Rakyat Merdeka (Jawa Pos Grup) yang menjadi fotografer pribadi SBY, mengajari Bu Ani.

Karya-karya foto Bu Ani juga dibukukan. Judulnya The Colors of Harmony, A Photography Journey. Diluncurkan di Galeri Nasional pada 28 Oktober 2011, bersamaan dengan pameran foto karyanya.

Karya foto Bu Ani juga bisa dinikmati di Instagram @aniyudhoyono. Dari sekian banyak karyanya, foto keluarga yang paling menonjol.

Dalam keseharian, keluarga adalah hal terpenting bagi Bu Ani. Lihat saja, setiap ada acara keluarga, baju sarimbit selalu mewarnai acara tersebut. Bu Ani yang menyiapkan baju-baju seragam itu.

Untuk Lebaran 5 Juni nanti, kabarnya, Bu Ani sudah menyiapkan kain. Sang menantu pun sudah menjahitkan kain itu menjadi baju sarimbit. Saya pun penasaran seperti apa bajunya. Selamat jalan, Memo… (*)

*) Wartawan Jawa Pos, bertugas di istana era 2004-2009

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ibu Ani


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler