jpnn.com - MEMPUNYAI kekurangan, tidak lantas membuat Muhammad Zuhdi rendah diri. Setelah mengalami gangguan penglihatan saat usia 7 tahun, dirinya masih menjalani hidupnya dengan bersosialisasi dengan teman-teman dan lingkungannya. Ketika remaja, Zuhdi pun menekuni belajar Juz Amma di desanya, Desa karang Nangka, Kedung Banteng.
LAILY MEDIA Y, Purwokerto
BACA JUGA: Kapan Lebaran? Simak Penjelasan Kemenag, Muhammadiyah, NU
Pria kelahiran 8 januari 1964 ini, tidak menyangka dalam perjalanan hidupnya dia menjadi tuna netra. Namun, itu tersebut tidak menjadi kendala untuk mempelajari ilmu agama.
Setelah mempelajari Juz Amma dan hapal keseluruhan, Zuhdi pun melanjutkan ke pondok pesantren di Pondok Pesantren Benda, Sirampog, Brebes selama dua tahun.
BACA JUGA: Kisah Suami Istri Beda Agama, Anak 4, 2 Islam, 2 Kristen
Zuhdi menuturkan, selama proses pembelajaran, ia mendengarkan dari ucapan gurunya. Dengan konsentrasi penuh, Zuhdi selalu menikmati setiap proses belajarnya.
Dengan kegigihannya itu, Zuhdi pun mampu menghapal 30 Juz dalam Al Quran. "Setelah itu, saya sempat bereliling dan mengajar Al Qur'an," tuturnya.
BACA JUGA: Alami Lonjakan Penumpang, KSOP Ambon: Kapal Tidak Akan Berangkat
Saat mengajar Al Quran, untuk membuat murid-muridnya tidak bosan, ia mengucapkannya dengan dilagukan. Dan muridnya yang mendengar akan menirukan.
Menurutnya, dengan metode seperti itu, lebih mudah diingat. Namun, selama mengajar, Zuhdi juga tidak menutup diri untuk belajar lagi. Baginya, proses mengajar itu merupakan bagian dari proses belajar juga untuk dirinya.
Tidak hanya mengajar Al Quran, Zuhdi pun kerap mengisi pengajian di acara hajatan, khitanan, dan acara lainnya. "Senang bisa membagi ilmu dan pengalaman, saya harap apa yang saya sampaikan bisa dipetik hikmah dan manfaatnya bagi banyak orang," ujar Zuhdi.
Semakin banyak pengalaman yang dilalui, Zuhdi kini dipercaya menjadi Muadzin di Masjid Al Istiqomah Kauman Lama.
Sejatinya, hal itu berawal saat ayah satu anak ini tengah mengumandangkan adzan di masjid Desa Kebumen, Baturraden menjelang bulan puasa pada tahun 1987. Saat itu, (alm) Kyai H Achmad Musalim Ridho, salah satu pendiri Masjid Al Istiqomah Kauman Lama Purwokerto suka dengan adzan Zuhdi.
"Setelah Ramadan, saya masih diminta untuk menjadi Muadzin, tapi saat itu saya masih ingin belajar Al Quran," ceritanya. Dengan tekad sungguh-sungguh untuk mempelajari Al Quran, tidak sia-sia. Sebab Zuhdi pernah meraih juara Qiroah hinga tingkap Propinsi.
Setelah menyelesaikan apa yang menjadi keinginannya itu, Zuhdi pun bertemu dengan jodohnya pada tahun 2007 yang menemaninya hingga kini. Dan akhirnya, ia bersama keluarga kecilnya, kembali ke Masjid Al Istiqomah Kauman Lama, sejak 2008 hingga kini, yang juga menetap menjadi Muadzin untuk Sholat lima waktu. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jumlah Armada Terbatas, Penumpang Bisa Batal Mudik
Redaktur : Tim Redaksi