Sebuah pameran hologram, yang berlangsung di tengah konvensi hak asasi manusia, di Jenewa dan New York memberi pengetahuan akan tantangan yang dihadapi oleh warga Aborijin Australia penyandang disabilitas.

Kreator hologram tersebut, Belinda Mason, berbicara dengan 30 warga Aborijin dan Selat Torres yang memiliki keterbatasan fisik atau mental untuk menghasilkan pameran bertajuk ‘Unfinished Business’, yang baru-baru ini dipamerkan di Darwin.

BACA JUGA: Indonesia Belum Pasti Hadiri KTT Kontra Terorisme di Sydney

Pameran ‘Unfinished Business’ ini diluncurkan pada tahun 2013 di Kantor PBB di Jenewa, bertepatan dengan Komite Hak-Hak Penyandang Disabilitas.


“Cerita saya banyak dialami warga Aborijin,” ujar Steve Widders, pria Aborijin dengan degenerasi penglihatan.

BACA JUGA: Enam Fakta Telur yang Mungkin Belum Anda Ketahui

Belinda awalnya diminta oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengambil foto yang menggambarkan tentang disabilitas di Australia.

"Ketika saya ditanya, hanya ada jawaban yang jelas dan itulah situasi warga Aborijin dan Selat Torres yang mengalami disabilitas. Bahwa mereka adalah orang-orang penyandang disabilitas yang paling terdampak," jelasnya.

BACA JUGA: Anak-anak Australia Kirimkan Kartu Pos ke Orang Tak Kenal di Penjuru Dunia

Ia mengatakan, hal itu ternyata tidak asing bagi penduduk pribumi Australia.

"Menakjubkan untuk mendengar bahwa di Amerika Serikat, untuk membuat orang-orang asli Amerika datang dan menceritakan kisah ini, mereka sama saja. Anda bisa mengganti semua orang dan bisa tahu semua kisah ini," ungkap Belinda.

Ia berbicara kepada 30 penduduk asli Australia tentang hidup dengan kondisi disabilitas, baik yang ada di tengah masyarakat terpencil dan kota-kota besar.

Proyek ini bertujuan untuk menantang prasangka yang ada dan kesalahpahaman tentang disabilitas, ujar Belinda.

Banyak warga Aborijin alami disabilitas

Kisah-kisah pribadi dari warga Aborijin di seluruh Australia yang menyandang disabilitas juga diabadikan dalam bentuk video dan audio serta tertulis.

Warga Aborijin bernama Steve Widders, dari Kamilaroi dan Anaiwan- utara New South Wales, berada di Darwin untuk menghadiri pembukaan pameran, tetapi tak bisa melihat foto mereka sendiri.

"Saya didiagnosa kehilangan 95% penglihatan dalam beberapa minggu," katanya.

Steve mengutarakan, ia berharap dengan menceritakan kisahnya akan membantu orang lain untuk tak merasa begitu kesepian.

"Saya tak tahu satu layanan-pun yang bisa saya akses atau tak yakin di mana mencari dukungan dengan cara apapun. Dan saya merasa sedikit terisolasi. Keluarga saya menanggung beban kemarahan dan frustrasi akibat menjadi buta secra tiba-tiba,” kisahnya.

Steve mengatakan, keluarganya membantunya menemukan layanan disabilitas yang menolongnya, sehingga ia mampu tetap bekerja.

Namun ia mengemukakan, tak semua warga Aborijin beruntung.

"Saya beruntung bahwa saya berasal dari sebuah kota regional yang memiliki layanan ini di sekitar saya. Cerita saya ini dialami banyak orang. warga Aborijin mengalami kebutaan di usia pertengahan kehidupannya. Tapi mereka tak tahu harus ke mana," terang Steve.

Ia berharapm pameran ini akan mendorong warga di tengah masyarakat terpencil untuk merawat diri mereka sendiri dengan lebih baik.

"Jika saya melakukan pemeriksaan teratur mungkin saya bisa menghindari apa yang terjadi sekarang," ujarnya.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sapi Australia Diperlakukan Brutal di Israel

Berita Terkait