Kisruh Brimob Terjadi Saat Kapolri Dipuji di Jordania

Rabu, 09 Mei 2018 – 18:54 WIB
Penjagaan ketat di area sekitar Mako Brimob. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Kasus kekacauan di Rumah Tahanan (Rutan) Mako Brimob Polri yang menyebabkan lima polisi meninggal dunia adalah tamparan keras buat Brimob, Densus 88 dan Polri.

Pasalnya, itu terjadi di dalam institusi Polri yang menangkap teroris itu sendiri.

BACA JUGA: Lima Anggota Polri Gugur di Mako Brimob, Ini Daftar Namanya

“Peristiwa tragis ini terjadi di markas pasukan elit kepolisian," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, Rabu (9/5). 

IPW menyayangkan Polri yang begitu lamban dalam mengungkapkan secara transparan kerusuhan di Rutan Mako Brimob, terutama tentang tewasnya lima polisi. 

BACA JUGA: Empat Anggota Densus 88 Gugur dalam Kerusuhan di Mako Brimob

Neta mengungkapkan kelimanya sudah meninggal dunia sejak pukul 01.00 dini hari tapi baru diumumkan pada pukul 16.00. 

"Dan sebelumnya kepolisian selalu mengatakan tidak ada korban tewas dalam kekacauan itu. Sikap polisi yang tidak transpan ini sangat aneh," ujar Neta. 

BACA JUGA: Pernyataan Fadli Zon soal Kerusuhan di Mako Brimob

Dia heran karena sampai Rabu (9/5) sore, polisi selalu mengatakan situasi sudah terkendali. Tapi, kata Neta, dalam faktanya Rutan Brimob masih dikuasai tahanan teroris dan ada polisi yang disandera. 

Selain itu 165 tahanan teroris masih menguasai sekitar 30 senpi yang sebagian besar laras panjang dan 300 amunisi. 

Sementara polisi belum berhasil memutus komunikasi para tahanan teroris dengan jaringan mereka di luar. "Sangat disayangkan kenapa para tahanan teroris itu bisa memiliki handphone selama di tahanan," ujarnya. 

IPW khawatir dengan kondisi, jika kepolisian bertindak gegabah para tahanan teroris Mako Brimob tersebut akan kembali menghabisi polisi yang menjadi sandera dan kemudian melakukan serangan bunuh diri. 

Sebab itu IPW berharap kepolisian bisa bertindak profesional agar anggotanya tidak kembali menjadi korban keberutalan teroris. 

Jika polisi kembali tewas dalam peristiwa kekacauan di Rutan Brimob, para teroris merasa akan mendapat kemenangan besar.

"Inilah yang harus dicegah kepolisian," tegasnya. 

Ditambah lagi, kata dia, peristiwa di Mako Brimob ini terjadi saat Kapolri Jenderal Tito Karnavian dipuji di Jordania karena keberhasilan pemberantasan terorisme.

"Sangat ironis tentunya, di saat Kapolri (Jenderal Tito Karnavian) sedang berada di Jordania membuka pameran dan bicara tentang keberhasilan Indonesia tentang memberantas terorisme, justru Rutan Brimob tempat teroris ditahan dikacaukan dan para teroris berhasil membunuh lima polisi," pungkas Neta. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Inikah Identitas 6 Korban Tewas Kerusuhan di Mako Brimob?


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler