Menjelang pengambilan keputusan pemegang saham dalam RUPSLB Bumi Plc lusa (21/2), perseteruan antara Grup Bakrie dan Nathaniel Rothschild kian panas. Bagaimana masing-masing pihak membangun strategi? Bagaimana pula pemerintah menyikapi hal itu?
---
''PERKAWINAN'' antara Grup Bakrie dan Nathaniel (Nat) Rothschild yang terjalin selama dua tahun dalam membangun Bumi Plc kini tengah memasuki masa krisis. Tuduhan yang dilemparkan Rothschild kepada Grup Bakrie mengenai penyimpangan laporan keuangan menjadi pemicu yang berbuntut panjang.
Tak pelak, kedua pihak pun mengalami perseteruan panjang yang bermuara pada berbagai opsi, termasuk hengkangnya Grup Bakrie dari korporasi yang dibangun bersama Rothschild di London, Oktober 2010.
Akhir konflik antara Bakrie dan Rothschild diproyeksi tuntas kala para pemegang saham Bumi Plc menjatuhkan keputusan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) di Armoury House, City Road, London, lusa (21/2). Dalam agenda RUPSLB tersebut, pemegang saham Bumi Plc akan mengambil keputusan apakah menyetujui proposal Rothschild tentang perubahan jajaran direksi independen atau rencana share swap (tukar guling saham) Bumi Plc dengan saham Bumi Resources (BUMI) oleh Grup Bakrie.
Dua hari menjelang RUPSLB, Grup Bakrie telah memasang kuda-kuda untuk mempertahankan kepemilikannya di Bumi Plc. Salah satu strategi keluarga Bakrie adalah membangun isu di pasar dengan membangkitkan rasa nasionalisme yang menyita perhatian pemegang kebijakan, dalam hal ini pemerintah.
Salah seorang pemilik Grup Bakrie, yakni Nirwan Bakrie, mengeluarkan pernyataan, jika Rothschild menguasai Bumi Plc dan menjadi pengendali, itu berarti pertambangan Indonesia di BUMI akan dikendalikan secara penuh oleh pihak asing.
Sebagaimana diketahui, 29,18 persen atau 6,06 miliar lembar saham BUMI yang kini berkapitalisasi pasar Rp 19,31 triliun tersebut dimiliki Bumi Plc. Sementara itu, keluarga Bakrie (PT Bakrie and Brothers/BNBR) memiliki 2,64 persen di BUMI. Sisanya dimiliki Citibank London (3,41 persen); Interventures Capital (2,71 persen); serta publik (62,07 persen).
Direktur Utama PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Ari Hudaya menyatakan, pihaknya siap atas segala realisasi opsi yang terjadi pasca RUPS. Ari yang juga mantan jajaran direksi Bumi Plc itu menerangkan, pihaknya telah bertemu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memaparkan rencana pemisahan Bakrie dari Bumi Plc.
''Kami telah bertemu Ibu Nurhaida (kepala eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK) untuk membicarakan RUPSLB Bumi Plc,'' ungkapnya di Jakarta kemarin (18/2).
Dalam pertemuan itu, Ari menjelaskan kepada OJK bahwa kongsi antara Bakrie dan Rothschild, yang diawali dari proses share swap pada 2010, tak menyimpang dari peraturan atau regulasi pasar modal hingga adanya relationship agreement antara Grup Bakrie dan Rothschild untuk mencegah perubahan pengendali di Bumi Plc.
Dalam perjanjian tersebut dijelaskan, Grup Bakrie berhak menunjuk presiden direktur, CEO, dan CFO dalam mengelola PT Bumi Resources. Sebaliknya, jika terjadi perubahan pengendali di Bumi Plc, hak tersebut dinegasikan dan khawatir berdampak langsung pada BUMI. ''Jika dalam RUPS tidak ada perubahan manajemen, akan dilanjutkan pada proposal tukar saham BUMI ke Bumi Plc,'' terang Ari.
Sebaliknya, lanjut dia, jika proposal Rothschild diterima, berarti ada skema lain untuk menyelamatkan hak pengendalian Grup Bakrie. Yakni, BUMI akan melangsungkan tender offer atas saham publik. Tender offer merupakan proses ketika pemegang saham diminta untuk menjual kepemilikan saham kepada pemegang saham lain dengan harga yang telah ditentukan. Setidaknya, Grup Bakrie harus merogoh kantongnya hingga Rp 13 triliun untuk melangsungkan tender offer tersebut.
''Sisa saham BUMI yang dikuasai publik saat ini 71 persen atau 21 miliar lembar. Itu dikalikan dengan harga BUMI yang mencapai Rp 870 per saham, didapatkan hasil buyback saham publik BUMI,'' jelas Ari.
Di lain pihak, salah satu investor sekaligus pemegang saham Bumi Plc, yakni Nathaniel Rothschild, merupakan pihak yang mengajukan perombakan direksi di perusahaan yang tercatat di Bursa London itu. Rothschild berniat menurunkan 12 di antara total 14 direksi Bumi Plc terkait dengan memanjangnya kisruh dengan Grup Bakrie. Rencana tersebut didukung salah seorang manajer investasi terkenal Inggris, Richard Buxton, pemimpin Schroders, salah satu perusahaan investasi terkemuka.
Beberapa direksi yang diminta lengser oleh Rothschild, antara lain, CEO Nick von Schirnding dan Komisaris Utama Samin Tan. Rothschild, yang punya 14,7 persen hak voting di Bumi Plc, mengusulkan mantan bos Leighton Holdings Ltd (LEI) Wallace King sebagai komisaris utama.
Sementara itu, Brock Gill diusulkan menjadi CEO dan Rothschild sendiri kembali menjadi direktur eksekutif. Dia juga menominasikan adik kandung kandidat bakal calon presiden RI Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, sebagai salah seorang direktur.
Calon direksi lain yang diusulkan Rothschild, antara lain, Roger Davis, mantan anggota parlemen, dan menteri hukum Inggris Jonathan Djanogly serta Richard Gozney. Gozney sebelumnya menjabat duta besar Inggris untuk Indonesia.
Sebagai tambahan informasi, beberapa hari menjelang pertemuan pemegang saham Bumi Plc, pebisnis nasional Chairman Recapital Advisors Rosan Roeslani memutuskan untuk menjual kepemilikan sahamnya di perusahaan yang tercatat di bursa London Inggris itu sebesar 10 persen. Dalam keterangan tertulis yang disampaikan manajemen Bumi Plc Senin (18/2), Recapital Group melaporkan telah menjual kepemilikan sahamnya kepada dua lembaga investasi dan satu perusahaan yang dikendalikan pengusaha nasional Hary Tanoesoedibjo.
Total saham yang dilepas Roeslani mencapai 24.203.452 lembar saham yang merupakan milik PT Recapital Advisor dan PT Bukit Mutiara. Berdasar penutupan harga pada akhir pekan lalu, harga penjualan saham Bumi Plc milik Recapital itu ditaksir mencapai USD 140 juta atau setara Rp 1,34 triliun (kurs Rp 9.600).
Tiga pembeli saham Roeslani adalah Avenue Luexembourg S.A.R.I. yang membeli 13.668.250 lembar saham Bumi Plc. Dua investor lainnya adalah Argyle Street Management Limited yang membeli 7.536.202 saham serta dan Flaming Luck Investment Limited yang membeli 3 juta saham. Sebagaimana diketahui, Flaming Luck Investment merupakan korporasi yang dikendalikan keluarga Tanoesoedibjo, bos MNC Group.
Disebutkan, pelepasan saham tersebut dikatakan sudah melalui proses panjang. ''Jual rugi saham Recapital di Bumi Plc itu sengaja dilakukan untuk mempertahankan agar aset batu bara terbaik di Indonesia tidak jatuh ke tangan pihak asing dan tetap dalam kendali pengusaha nasional,'' ujar sumber di pasar.
Dengan penjualan saham tersebut, hak suara Grup Bakrie dalam RUPSLB yang semula hanya 29,8 persen -lantaran kepemilikan saham Recapital tidak dihitung karena dianggap terafiliasi oleh tim panel di London- bisa semakin meningkat. Diharapkan, dalam RUPSLB, usul Rothschild untuk merombak direksi dan komisaris bisa digagalkan. (gal/c5/kim)
---
''PERKAWINAN'' antara Grup Bakrie dan Nathaniel (Nat) Rothschild yang terjalin selama dua tahun dalam membangun Bumi Plc kini tengah memasuki masa krisis. Tuduhan yang dilemparkan Rothschild kepada Grup Bakrie mengenai penyimpangan laporan keuangan menjadi pemicu yang berbuntut panjang.
Tak pelak, kedua pihak pun mengalami perseteruan panjang yang bermuara pada berbagai opsi, termasuk hengkangnya Grup Bakrie dari korporasi yang dibangun bersama Rothschild di London, Oktober 2010.
Akhir konflik antara Bakrie dan Rothschild diproyeksi tuntas kala para pemegang saham Bumi Plc menjatuhkan keputusan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) di Armoury House, City Road, London, lusa (21/2). Dalam agenda RUPSLB tersebut, pemegang saham Bumi Plc akan mengambil keputusan apakah menyetujui proposal Rothschild tentang perubahan jajaran direksi independen atau rencana share swap (tukar guling saham) Bumi Plc dengan saham Bumi Resources (BUMI) oleh Grup Bakrie.
Dua hari menjelang RUPSLB, Grup Bakrie telah memasang kuda-kuda untuk mempertahankan kepemilikannya di Bumi Plc. Salah satu strategi keluarga Bakrie adalah membangun isu di pasar dengan membangkitkan rasa nasionalisme yang menyita perhatian pemegang kebijakan, dalam hal ini pemerintah.
Salah seorang pemilik Grup Bakrie, yakni Nirwan Bakrie, mengeluarkan pernyataan, jika Rothschild menguasai Bumi Plc dan menjadi pengendali, itu berarti pertambangan Indonesia di BUMI akan dikendalikan secara penuh oleh pihak asing.
Sebagaimana diketahui, 29,18 persen atau 6,06 miliar lembar saham BUMI yang kini berkapitalisasi pasar Rp 19,31 triliun tersebut dimiliki Bumi Plc. Sementara itu, keluarga Bakrie (PT Bakrie and Brothers/BNBR) memiliki 2,64 persen di BUMI. Sisanya dimiliki Citibank London (3,41 persen); Interventures Capital (2,71 persen); serta publik (62,07 persen).
Direktur Utama PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Ari Hudaya menyatakan, pihaknya siap atas segala realisasi opsi yang terjadi pasca RUPS. Ari yang juga mantan jajaran direksi Bumi Plc itu menerangkan, pihaknya telah bertemu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memaparkan rencana pemisahan Bakrie dari Bumi Plc.
''Kami telah bertemu Ibu Nurhaida (kepala eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK) untuk membicarakan RUPSLB Bumi Plc,'' ungkapnya di Jakarta kemarin (18/2).
Dalam pertemuan itu, Ari menjelaskan kepada OJK bahwa kongsi antara Bakrie dan Rothschild, yang diawali dari proses share swap pada 2010, tak menyimpang dari peraturan atau regulasi pasar modal hingga adanya relationship agreement antara Grup Bakrie dan Rothschild untuk mencegah perubahan pengendali di Bumi Plc.
Dalam perjanjian tersebut dijelaskan, Grup Bakrie berhak menunjuk presiden direktur, CEO, dan CFO dalam mengelola PT Bumi Resources. Sebaliknya, jika terjadi perubahan pengendali di Bumi Plc, hak tersebut dinegasikan dan khawatir berdampak langsung pada BUMI. ''Jika dalam RUPS tidak ada perubahan manajemen, akan dilanjutkan pada proposal tukar saham BUMI ke Bumi Plc,'' terang Ari.
Sebaliknya, lanjut dia, jika proposal Rothschild diterima, berarti ada skema lain untuk menyelamatkan hak pengendalian Grup Bakrie. Yakni, BUMI akan melangsungkan tender offer atas saham publik. Tender offer merupakan proses ketika pemegang saham diminta untuk menjual kepemilikan saham kepada pemegang saham lain dengan harga yang telah ditentukan. Setidaknya, Grup Bakrie harus merogoh kantongnya hingga Rp 13 triliun untuk melangsungkan tender offer tersebut.
''Sisa saham BUMI yang dikuasai publik saat ini 71 persen atau 21 miliar lembar. Itu dikalikan dengan harga BUMI yang mencapai Rp 870 per saham, didapatkan hasil buyback saham publik BUMI,'' jelas Ari.
Di lain pihak, salah satu investor sekaligus pemegang saham Bumi Plc, yakni Nathaniel Rothschild, merupakan pihak yang mengajukan perombakan direksi di perusahaan yang tercatat di Bursa London itu. Rothschild berniat menurunkan 12 di antara total 14 direksi Bumi Plc terkait dengan memanjangnya kisruh dengan Grup Bakrie. Rencana tersebut didukung salah seorang manajer investasi terkenal Inggris, Richard Buxton, pemimpin Schroders, salah satu perusahaan investasi terkemuka.
Beberapa direksi yang diminta lengser oleh Rothschild, antara lain, CEO Nick von Schirnding dan Komisaris Utama Samin Tan. Rothschild, yang punya 14,7 persen hak voting di Bumi Plc, mengusulkan mantan bos Leighton Holdings Ltd (LEI) Wallace King sebagai komisaris utama.
Sementara itu, Brock Gill diusulkan menjadi CEO dan Rothschild sendiri kembali menjadi direktur eksekutif. Dia juga menominasikan adik kandung kandidat bakal calon presiden RI Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, sebagai salah seorang direktur.
Calon direksi lain yang diusulkan Rothschild, antara lain, Roger Davis, mantan anggota parlemen, dan menteri hukum Inggris Jonathan Djanogly serta Richard Gozney. Gozney sebelumnya menjabat duta besar Inggris untuk Indonesia.
Sebagai tambahan informasi, beberapa hari menjelang pertemuan pemegang saham Bumi Plc, pebisnis nasional Chairman Recapital Advisors Rosan Roeslani memutuskan untuk menjual kepemilikan sahamnya di perusahaan yang tercatat di bursa London Inggris itu sebesar 10 persen. Dalam keterangan tertulis yang disampaikan manajemen Bumi Plc Senin (18/2), Recapital Group melaporkan telah menjual kepemilikan sahamnya kepada dua lembaga investasi dan satu perusahaan yang dikendalikan pengusaha nasional Hary Tanoesoedibjo.
Total saham yang dilepas Roeslani mencapai 24.203.452 lembar saham yang merupakan milik PT Recapital Advisor dan PT Bukit Mutiara. Berdasar penutupan harga pada akhir pekan lalu, harga penjualan saham Bumi Plc milik Recapital itu ditaksir mencapai USD 140 juta atau setara Rp 1,34 triliun (kurs Rp 9.600).
Tiga pembeli saham Roeslani adalah Avenue Luexembourg S.A.R.I. yang membeli 13.668.250 lembar saham Bumi Plc. Dua investor lainnya adalah Argyle Street Management Limited yang membeli 7.536.202 saham serta dan Flaming Luck Investment Limited yang membeli 3 juta saham. Sebagaimana diketahui, Flaming Luck Investment merupakan korporasi yang dikendalikan keluarga Tanoesoedibjo, bos MNC Group.
Disebutkan, pelepasan saham tersebut dikatakan sudah melalui proses panjang. ''Jual rugi saham Recapital di Bumi Plc itu sengaja dilakukan untuk mempertahankan agar aset batu bara terbaik di Indonesia tidak jatuh ke tangan pihak asing dan tetap dalam kendali pengusaha nasional,'' ujar sumber di pasar.
Dengan penjualan saham tersebut, hak suara Grup Bakrie dalam RUPSLB yang semula hanya 29,8 persen -lantaran kepemilikan saham Recapital tidak dihitung karena dianggap terafiliasi oleh tim panel di London- bisa semakin meningkat. Diharapkan, dalam RUPSLB, usul Rothschild untuk merombak direksi dan komisaris bisa digagalkan. (gal/c5/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Garuda Tambah Enam Destinasi Baru
Redaktur : Tim Redaksi