KLHK: Karhutla Riau Diperparah Kondisi Cuaca Kering

Rabu, 31 Juli 2019 – 23:20 WIB
Penanggulangan karhutla dan asap oleh Manggala Agni dan satgas gabungan. Foto : Humas KLHK

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memonitor penanganan kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla di Riau sudah terpadu. Namun karena kondisi cuaca yang kering, membuat tim kesulitan mengendalikan luasa areal yang terbakar.

Hal ini disampaikan Direktur Pengendalian Karhutla KLHK, Raffles B. Panjaitan saat dikonfirmasi JPNN.com di Jakarta, Rabu (31/7) malam. Dia menyebutkan bahwa kondisi ini sebenarnya sudah diantisipasi sejak awal setelah adanya peringatan dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) pada Februari 2019.

BACA JUGA: Selama Dua Tahun, Gakkum KLHK Tindak 536 Pelaku Peredaran Ilegal Satwa Liar

"Untuk di Riau antisipasinya sudah dari awal, sejak Februari sudah diprediksi oleh BMKG. Kami sudah melalukan langkah-langkah, makanya waktu Februari, Maret, April bisa terjaga," kata Rafles.

Hanya saja kondisi cuaca yang semakin kering, terutama dua bulan terakhir, membuat potensi terjadinya karhutla kembali meningkat. Bahkan, ada daerah di Riau, selama 60 hari tidak turun hujan.

BACA JUGA: Menteri Siti Apresiasi Gerakan Revolusi Hijau di Kalsel

"Jadinya makin kering, sehingga agak melebar. Namun pananganan di lapangan sudah terpadu, yang dijaga sama Satgas Provinsi. Itu sudah dikerahkan melalui koordinasi gubernur," jelasnya.

Rafles menuturkan, sumber daya manusia (SDM) di Riau juga sudah cukup banyak, disamping peralatan pendukung untuk pemadaman. dari Manggala Agni saja ada 220 orang, dibantu tenaga dari balai-balai taman nasional sebanyak 90 rebu.

BACA JUGA: Usai Proses Penyelematan, Sepasang Harimau Sumatra Segera Dikirim ke Habitat Aslinya

Kemudian, pemegang HPH, dan HTI, juga punya 2.248 orang yang melakukan penjagaan di areal-areal mereka. Ditambah dengan Masyarakat Peduli Api (MPA) sebanyak 736 orang.

"Akan tetapi karena situasi agak kering, dan satu hal lagi yang menjadi agak sulit karena di daerah remote area. Airnya juga sulit. Caranya terpaksa dengan water bombing dan sudah cukup banyak di Riau Helikopter dikerahkan untuk menjangkau remote area tadi," jelasnya.

Oleh karena itu, pihaknya berharap dengan penanganan yang terpadu, karhutla yang sekarang masih terjadi bisa segera ditangani. Dia juga mengimbau kepada masyarakat untuk betul-betul menghentikan kebiasaan membuka lahan dengan membakar.

"Api itu terjadi karena ada yang menyulut, kalau dia kering saja, tidak ada yang menyulut baik sengaja atau tidak, itu yang jadi problem," tandas Rafles.(fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri Siti Optimistis Pengembangan HHBK Bisa Bangkitkan Ekonomi Lokal


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler