jpnn.com - Tradisi Red Carpet di Festival de Cannes adalah salah satu momen yang paling heboh menyapa publik. Bukan hanya memamerkan gaun dengan segala asesori yang serba glamour, tetapi juga media untuk mengetes eksistensi mereka dalam jajaran selebriti dunia. Apa yang bisa di download buat Indonesia?
BACA JUGA: Kim Kardashian dan Kanye West Pilih Menikah di Italia
Mobil mewah, gaun panjang yang special designed, sepatu hak tinggi, tas mahal, make up elegan, pernak-pernik gelang, kalung, anting, jam tangan, begitu lekat dengan detik-detik kedatangan artis-artis dunia menuju lokasi Festival de Cannes 2014. Lenggang lenggok berjalan, senyuman, tatapan mata, melampaikan tangan, semua menciptakan histeria pengunjung. Di atas karpet merah, mereka sadar kamera. Ribuan kameraman televisi dan fotografer sudah mengintai dari semua penjuru canopi.
Tidak semua fotografer dan kameraman mendapatkan previlage berada di lokasi itu. Harus akreditasi mendaftar sebulan sebelumnya, dengan melampirkan gambar dan video karya mereka di Festival de Cannes sebelumnya. Ribuan massa yang berada di balik pagar BRC satu setengah meter juga menenteng dan memanggul kamera. Dari yang professional, amatir sampai personal cam. Semua terfokus pada red carpet.
BACA JUGA: Ayushita Terbaik, Prisia Terfavorit
Hampir satu kilometer, mereka stand by. Bahkan, sehari sebelumnya, ketika karpet warna merah itu belum digelar, mereka sudah menaruh tangga dan kursi, agar tidak kecolongan orang lain. Posisi mereka sudah mirip tribun penonton sepak bola. Ada tangga pendek di depan, lebih tinggi, tinggi sekali, memantat pohon sampai menyewa gedung bertingkat di depannya. Sungguh, mereka sangat bernafsu mengabadikan detik-detik selebriti itu turun dari mobil, menyapa khalayak dan berjalan menuju balkon.
LED besar yang dipasang di atas gedung, membantu mereka yang tidak dapat posisi bagus untuk mengambil gambar langsung. Sebenarnya, TV-TV di Prancis sudah live. Foto-foto di internet juga langsung up loaded. Bahkan bisa lebih jelas dan berbagai angel. Tetapi, mereka lebih bangga, jika bisa memotret dengan kameranya sendiri. Itu dianggap lebih bernilai, bermakna dan memiliki sarat sejarah.
BACA JUGA: Ibunda Puput Melati tak Kecewa Punya Menantu UGB
Sesi red carpet memang menjadi magnit yang hebat dalam menghidupkan kota Cannes di sepanjang pantai. Ini baru pendahuluan, sebelum penghargaan Palem Emas (Palme d’Or) untuk film terbaik diumumkan. Namanya juga pestanya entertainer, tentu kemasan dan detak hiburannya terasa sampai gang-gang kota yang penuh café itu.
Cannes, kota pantai di Prancis Selatan itu hidup dari festival-festival. Dalam setahun ada delapan festival kaliber dunia yang digelar di kawasan yang berada di Riviera, bagian dari metropolitan Nice itu. Dari tenda-tenda sarnafile bar, resto dan pameran di Village International, gedung Palais des Festivals (lokasi festival), Riviera, Lerins (lokasi pameran), layar tancap di pantai Cinema de la Plage, sampai hotel-hotel berbintang di sepanjang La Croisette, semua bertema Festival de Cannes 2014.
Anak-anak muda di sepanjang boulevard tepi pantai juga merayakan dengan berbagai atraksi. Ada yang main salto di jalan, ada yang bermain musik jalanan, ada yang sekedar jalan-jalan. Hijau pohon-pohon palem di sepanjang La Croisette dan bunga-bunga warna-warni di terik matahari membuat kota ini betul-betul hidup.
Kalau soal pantai, Bali, Lombok, Nias, Belitong, lebih nendang. Kalau kejernihan air laut, Labuan Bajo, Raja Ampat, Derawan, Bunaken, jauh lebih potensial. Tetapi, mereka lebih sukses mengemas kawasan, menjaga suasana bersih, nyaman dan membangun hospitality sosial lebih matang.
Prancis dikenal masyarakatnya cuek, tapi di Cannes mereka sangat ramah. Bahkan, setiap ada festival Cannes yang sudah dimulai sejak 20 September - 5 Oktober 1946 itu, banyak warga yang rela pindah apartmen dan rumah. Mereka memilih sewa caravan, mobil besar untuk tempat tinggal selama 10 hari, dan merelakan rumah dan apartemennya disewa turis. Harga sewa hotel pun melangit, lebih dari lima kali, saat musim festival tiba.
Film ternyata menjadi generator industri pariwisata di Cannes. Film juga menjadi lokomotif bagi festival-festival seni budaya yang lain di sana. Kita memang belum sampai di sana. Tetapi, arah jalan menuju ke sana sebenarnya sangat terbuka. Kasubdit Festival dan Ekshibisi Film, Kemenparekraf RI, Molly Prabawati menyebut kehadiran Indonesia di pameran film internasional ini punya tiga sasaran.
Pertama, memperkenalkan karya film terbaik anak bangsa ke kancah pasar dunia. Kedua, mengundang investor film dunia untuk menggunakan Indonesia sebagai lokasi pembuatan film, dengan benefit alamnya indah, masyarakatnya welcome, stok talent melimpah, dan biayanya ekonomis. Ketiga, ujungnya adalah kunjungan wisatawan meningkat. Karena itu, program ini boleh disebut sebagai koalisi antara red carpet, perfilman dan pariwisata. Ketiganya jelas, sudah memiliki platform yang sama.
Indonesia, sesungguhnya sudah tidak asing lagi di Cannes. Pertama, sudah delapan kali berpromosi di Cannes Festival ini. Dari tahun ke tahun terus mendapatkan apresiasi positif. Kedua, aktris senior Christine Hakim pernah dipercaya menjadi salah satu juri di Festival Cannes ini bersama David Lynch, Sharon Stone, dan Michelle Yeoh, tahun 2002. Peraih 6 Piala Citra dan 4 Piala Asia Pacific International Film Festival ini reputasi dalam dunia cinematografi sudah sangat mendunia.
Pemeran Tjuk Nyak Dien yang sangat fenomenal itu juga pernah menjadi juri The Shanghai Film Festival (1985), Tokyo Film Festival (1990), Hawaii Film Festival (1991), Asia Pacific Film Festival (1994), Sydney Film Festival (1994), Singapore Film Festival (1994), Jakarta Asian Film Festival (1995), Fukuoka Asian Film Festival (1995), Asia Pacific Film Festival (1995), dan ketua dewan juri South East Asia Bienalle Film Festival di Kamboja (1997).
Christine yang terlahir dengan nama Herlina Christine Natalia Hakim di Kuala Tungkal, Jambi, 25 Desember 1956, itu sempat ikut membintangi film yang shootingnya di Ubud, Bali, Eat Pray Love bersama artis Hollywood Julia Roberts. Christine Hakim bukan hanya bekerja menjalankan takdirnya sebagai aktris top dunia, tetapi juga memberikan kontribusi yang tak ternilai bagi pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.
Dari Cannes, bukan saja belajar membuat film yang layak dipuji dan diapresiasi oleh sineas dunia. Tetapi juga mendownload ilmu “mengemas festival” dan menjadikan seluruh warga Prancis Selatan di sepanjang bibir laut Mediterania itu menjadi tuan rumah yang bersahaja. (don/bersambung)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kate Hudson Musuhi Jessica Alba
Redaktur : Tim Redaksi