Kolaborasi Apik Seniman Prancis dan Indonesia

Jumat, 06 Mei 2016 – 17:15 WIB
Hasil karya kolaborasi seniman Indonesia dan Perancis. FOTO : jpnn


SURABAYA - Pemandangan mengagumkan berupa pementasan wayang yang menggunakan layang-layang sebagai layar tersaji di panggung terbuka Taman Budaya Cak Durasim, Surabaya. Pertunjukan bertajuk L'Oiseau (The Bird) dari Les Remouleurs tersebut menjadi pembuka Festival Seni Prancis ''Pritemps Festival 2016.'' Para seniman Eropa itu berkolaborasi dengan beberapa seniman Indonesia.


Dalam pertunjukan tersebut, puluhan sketsa dan gambar tampak disorotkan pada burung raksasa berukuran 8 meter. Burung yang diangkat 17 balon helium itu terbang dengan kepakan sayap yang luwes. Keterampilan Anne Bitran bersama tiga rekannya mengendalikan layang-layang berbahansutra fabric tipis berwarna putih tersebut menjadi penentu pertunjukan. ''Banyak gerakan dari kepakan sayap untuk terbang, bertengger di dahan, hingga menukik dengan tajam,'' ungkap perempuan yang juga pentolan Les Remouleurs dan konseptor L'Oiseau itu.

Keterampilan pengendalinya sungguh memukau penonton yang kebanyakan anak muda. Sebab, komposisi bentuk wayang layang-layang terlihat seimbang sepanjang malam. Apalagi, suasana di panggung saat itu gelap. Cahaya bersumber dari sorot sketsa.

Iringan musik dari grup musik Senyawa asal Jogjakarta melengkapi penampilan sang layang-layang. Apalagi, Senyawa pernah tampil di Melbourne International Jazz Festival 2011. Musik Senyawa membawa penonton ke dimensi lain. Terlebih, instrumen yang dimainkan Rully Shabara dan Wukir Suryadi menggunakan alat musik tidak biasa ditingkahi scream khas musik metal.

Deputi IFI Surabaya Lucas Lefebvre menyatakan, pertunjukan di Surabaya tersebut merupakan kali ketiga. Sebelumya, mereka tampil di Jogjakarta pada 28 April dan Jakarta (30/4). Selanjutnya, pertunjukan akan diadakan di Bandung pada 7 Mei dan Bali (10/5). ''Animo penonton di Jogja dan Jakarta cukup tinggi. Hampir 600 orang yang melihat,'' ujarnya.

Lucas menambahkan, pertunjukan kolaborasi seniman Prancis-Indonesia itu bertujuan mengekplorasi kreativitas para seniman. ''Kami sangat senang bekerja sama dengan komunitas Marjinal Kolektif (Jakarta), Heri Dono, Rangga Jadoel, Sugeng Utomo (Jogjakarta), serta Gepeng Dewantoro dan Wayang Motekar (Bandung),'' paparnya.

Setelah 50 menit pertunjukan dihelat, cahaya merah langsung disorotkan ke tubuh sang burung. Itulah tanda lakon berakhir. Setelah musik berhenti, riuh tepuk tangan penonton bergema mengapresiasi pertunjukan tersebut. (all/c14/nda/pda)

BACA JUGA: Selfie di Kedung Tumpang, Dua Orang Hilang

BACA ARTIKEL LAINNYA... Diancam Begini, Anak 30 Kali Diperkosa Ayah Kandung


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler