jpnn.com, WELLINGTON - Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Selandia Baru Tantowi Yahya melayangkan protes ke kolumnis Audrey Young. Penyebabnya, Audrey menulis opini di New Zealand Herald yang isinya menyudutkan Presiden Joko Widodo.
Audrey membuat tulisan berjudul Visiting leaders show disrespect by failing to share platform with Jacinda Ardern di NZ Herald edisi Minggu (25/3). Editor politik itu mempersoalkan kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi di Selandia Baru beberapa waktu lalu yang tak disertai jumpa pers.
BACA JUGA: Thomas: Sudah Ada 120 Peti Mati Dikirim Dari Malaysia ke NTT
Dalam opini itu Audrey membandingkan kunjungan Presiden Jokowi dengan Barack Obama. Namun, Audrey memaklumi kunjungan mantan Presiden AS itu yang tak menggelar jumpa pers lantaran ke Selandia Baru untuk urusan pribadi.
Sedangkan Presiden Jokowi, sebut Audrey, tak punya alasan untuk tak menemui pers di Negeri Kiwi itu. “Adalah memalukan bahwa dalam kunjungan kenegaraan, dia (Presiden Jokowi, red) gagal menampilkan diri dalam beberapa cara kepada publik Selandia Baru,” tulis Audrey.
BACA JUGA: Haul Guru Sekumpul, Posisi Duduk Presiden Jokowi Berubah
Menurutnya, Kementerian Urusan Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru saat mempersiapkan kunjungan Jokowi sudah mengangkat isu tentang jumpa pers bersama antara Presiden Ketujuh RI itu dengan Perdana Menteri Jacinda Ardern. Hanya saja, tulisnya, Indonesia menolaknya.
Tantowi pun bereaksi. Ambasador yang kini bermukim di Wellington itu langsung melayangkan protes keras kepada Audrey.
BACA JUGA: Airlangga Pengin Chopper Tunggangan Jokowi Penuhi Standar
Menurutnya, Audrey harus mengklarifikasi tulisan yang tak berdasar. “Karena apa yang dia tulis tidak sesuai dengan kenyataan sesungguhnya,” ujar Tantowi sebagaimana siaran pers KBRI Wellington.
Menurut Tantowi, tulisan bahwa Presiden Jokowi menolak untuk berkomunikasi dengan media adalah pendapat pribadi Audrey. Sebab, Tantowi mengerti betul sosok Jokowi sebagai orang biasa pertama yang menjadi Presiden Indonesia.
“Sebagai presiden dari negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Joko Widodo menjunjung tinggi kebebasan berekspresi dan independensi pers sebagai salah satu pilar demokrasi,” tegasnya.
Selain itu, sambung Tantowi, opini Audrey Young dibuat tanpa konfirmasi dari Pemerintah Selandia Baru maupun KBRI Wellington selaku perwakilan Pemerintah Indonesia. Tulisan berdasar asumsi penulis itu pun telah menciptakan persepsi yang salah tentang Presiden Jokowi.
“Yang benar adalah keputusan untuk tidak membuat keterangan Pers merupakan usulan dari Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru yang kemudian diadopsi menjadi keputusan bersama. Untuk konsumsi publik, hasil-hasil pertemuan akan disarikan dalam pernyataan bersama yang akan dimuat di website resmi kedua negara,” sambung Tantowi.
Karena itu Pemerintah Indonesia sebagai tamu menghargai posisi yang diambil oleh tuan rumah. “Kami mendukung sepenuhnya karena tidak ada yang salah dengan sikap tersebut,” tuturnya.
Tantowi menegaskan, kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi di Selandia Baru merupakan lawatan sukses dan produktif. Kedua negara juga sepakat untuk meningkatkan derajat hubungan dari strategic ke comprehensive.
“Kedua negara juga berkomitmen untuk meningkatkan perdagangan dari NZD 1,6 miliar ke NZD 4 miliar sebelum 2024,” sebutnya.
Selain itu, pemerintah kedua negara sudah menyiapkan kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi yang dilaksanakan 18-19 Maret itu untuk merayakan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Selandia Baru. “Kami sangat puas dengan pelayanan, penyambutan dan perhatian yang diberikan oleh Pemerintah Selandia Baru,” pungkas Tantowi.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Airlangga Isyaratkan Siap Jadi Cawapres Jokowi, Tapi
Redaktur & Reporter : Antoni