jpnn.com, JAKARTA - Komite III DPD RI menggelar Rapat Kerja dengan Menteri Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) membahas pengembangan kepemudaan dan olahraga di DPD RI, Selasa (21/1).
Dalam rapat itu, Komite III DPD RI meminta kepada Kemenpora untuk lebih memperhatikan pembangunan olahraga di daerah. Daerah-daerah di Indonesia memiliki bibit-bibit yang dapat menjadi atlet yang berprestasi di tingkat nasional dan internasional.
BACA JUGA: Soal Lapangan Latihan Timnas Indonesia, Menpora Siap Membantu PSSI
Menurut Ketua Komite III DPD RI, Bambang Sutrisno, untuk dapat menghasilkan atlet yang berprestasi, pembangunan infrastruktur dan pelatihan di daerah harus diperhatikan. Penjaringan bibit-bibit atlet dari daerah tidak akan berhasil mencetak atlet berprestasi tanpa adanya sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan atlet di daerah.
“Sarana dan prasarana, lalu pembiayaan, dan kualitas dari pelatih, ini harus bersinergi sehingga mendapatkan hasil yang maksimal,” ucap Bambang.
BACA JUGA: Menpora Pantau Langsung Sesi Latihan Perdana Timnas U-19
Senada, Senator dari Kalimantan Utara, Fernando Sinaga mengungkapkan adanya kejanggalan dalam penjaringan atlet. Menurutnya, penjaringan bibit atlet di daerah masih terindikasi adanya nepotisme. Selain itu, pembinaan calon atlet juga masih belum terlalu diperhatikan sehingga potensi yang ada tidak berkembang.
“Program prioritas itu adalah tata kelola kelembagaan. Di sana masih terjadi kejanggalan-kejanggalan dalam pemilihan atlit, ada nepotisme. Atlet yang bagus tidak terpilih, justru yang memiliki hubungan keluarga yang dipilih,” tukas Fernando.
BACA JUGA: Kebakaran Pondok Pesantren Gontor Diduga Akibat Korsleting Listrik
Senada dengan hal itu, Senator dari Maluku, Mirati Devaningsih meminta penjaringan dan pengembangan bibit atlet harus memperhatikan kondisi di daerah. Dirinya mencontohkan daerah berbasis kepulauan, seharusnya memfokuskan pada pengembangan olahraga air, seperti dayung. Mirati juga meminta agar Kemenpora lebih memperhatikan keberadaan infrastruktur dan pembinaan atlet-atlet daerah.
“Kami di Maluku minta perhatian dari pemerintah soal infrastruktur pembinaan olahraga, agar kejayaan Maluku di bidang olahraga, dan sepak bola semakin baik. Kami juga kekurangan guru olahraga sebagai pelatih awal di sekolah,” kata Mira.
Dalam kesempatan yang sama, Senator dari Bali Anak Agung Gde Agung dan Senator dari Papua Barat Yance Samonsabra, mempertanyakan pemeliharaan infrastruktur yang dibangun di daerah setelah penyelenggaraan event olahraga baik skala nasional ataupun internasional. Karena selama ini, banyak tempat-tempat olahraga yang terabaikan dan tidak terurus pasca sebuah event besar olahraga selesai diselenggarakan. Padahal tempat-tempat tersebut menghabiskan biaya yang banyak.
“Pasca-penyelenggaraan pekan atau kejuaraan olahraga muncul persoalan berkenaan nasib venue tempat cabor dipertandingkan, yang terbengkalai dan tidak tergunakan,” ujar Anak Agung Gde Agung.
Terkait Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia, Bambang yang juga Senator dari Jawa Tengah ini juga menilai, posisi Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga. Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, kualitas SDM Indonesia masih jauh tertinggal. Human Development Index (HDI) Indonesia pada tahun 2018 berada di peringkat 111, kalah dari Singapura yang berada di urutan 9, Brunei Darussalam di urutan 43, Malaysia berada di posisi 61, Thailand di urutan 77 dan Filipina ada di peringkat 106.
“Kondisi itu menjadi problema mendasar dalam mencapai sasaran RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2020-2024 dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur,” imbuh Bambang.
Dalam kesempatan itu, Menpora Zainudin Amali, menjelaskan bahwa salah satu program prioritas dari Kemenpora adalah perbaikan tata kelola kelembagaan. Instansinya akan membentuk ASN yang berkompetensi dalam menjalankan setiap program dari Kemenpora. Sehingga program di bidang kepemudaan dan keolahragaan dapat mencapai target.
Dirinya juga mendorong pemuda untuk kreatif dan menumbuhkan semangat kewirausahaan, sehingga mereka tidak menjadi beban ketika terjadi bonus demografi. Untuk bidang olahraga, Kemenpora akan melakukan pembinaan usia dini. Atlet berprestasi dapat dicetak melalui pelatihan yang dilakukan sejak dini ke bibit-bibit atlet.
“Ekspektasi masyarakat sangat besar. Kita akan menanamkan pondasi yang bisa jadi pijakan untuk kita berprestasi di masa mendatang. Siapa yang meneruskan tidak usah mencari-cari lagi dan tidak mulai dari nol. Saya diminta presiden untuk membangun 5 training camp yang cabornya dilombakan di Olimpiade,” kata Zainudin.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich