jpnn.com - JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal (Komjen) Boy Rafli Amar memberikan kuliah di depan 210 mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian-Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK-PTIK).
Dalam kesempatan itu, Komjen Boy Rafli Amar mengungkap cara kelompok terorisme dalam memunculkan sel-sel teroris baru.
BACA JUGA: Total Ada 13 Tersangka Teroris Anshor Daulah Digarap Densus 88
Jenderal bintang tiga Polri ini mengatakan bahwa mengatakan bahwa kelompok teror masih melakukan cara-cara lama.
“Mereka melakukan propaganda dengan tujuan muncul ketidakpercayaan atau distrust pada pemerintah,” kata Boy Rafli melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (19/9).
BACA JUGA: 8 Terduga Teroris Ditangkap Densus 88 di Dumai, Ini Inisialnya
Boy mengatakan kelompok teror kerap menunggangi isu-isu strategis untuk menciptakan ketidakpercayaan pada pemerintah.
Menurut dia, kelompok teror itu berharap terjadinya polarisasi masyarakat sehingga memunculkan sel-sel teroris yang baru.
BACA JUGA: Sejumlah Terduga Teroris Ditangkap di Dumai, Begini Kata Kombes Aswin
"Propaganda kelompok teror yang menentang negara memanfaatkan isu ekonomi dan isu lainnya, ini cara mereka yang ingin terjadinya distrust kepada pemerintah," katanya.
Selain itu, kelompok teror juga membangun politik identitas dengan tujuan munculnya polarisasi di tengah masyarakat.
"Jika tidak diantisipasi, polarisasi ini dapat melahirkan sel-sel terorisme baru bahkan pelaku tunggal atau lone-wolf," kata dia.
Boy menjelaskan upaya propaganda kelompok teror tersebut dilakukan melalui media sosial. Kelompok teror menyadari penggunaan media sosial dapat menarik simpati dan semangat kolektif dalam waktu yang singkat.
Sebagai upaya untuk menangkal propaganda kelompok teror, Polri yang merupakan mitra BNPT diharapkan melakukan transformasi lima bidang, yaitu wawasan kebangsaan, pembangunan kesejahteraan, moderasi beragama, akar budaya bangsa dan revitalisasi nilai pancasila.
Transformasi tersebut diyakininya dapat memproteksi masyarakat dari propaganda radikalisme terorisme yang beredar di dunia maya.
"Negara punya tugas dalam memproteksi warga negara agar tidak terlibat terorisme. Oleh karena itu, transformasi harus kita lakukan bersama dengan pemangku kepentingan lain," kata Komjen Boy Rafli Amar. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi