Komoditas Dongkrak Ekspor Jatim

Senin, 10 Februari 2014 – 06:49 WIB

jpnn.com - SURABAYA - Komoditas perkebunan bisa mendongkrak ekspor Jatim. Sebab, produksi komoditas perkebunan tidak memerlukan bahan baku impor yang bisa membuat defisit neraca perdagangan. Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jatim menilai, defisit pada tahun ini bisa ditekan dengan memperbesar ekspor komoditas.       

Berdasar data BPS Jatim, ekspor Jatim 2013 turun 4,56 persen dibandingkan 2012. Realisasi ekspor pada tahun lalu tercatat USD 15,50 miliar atau turun dari 2012 senilai USD 16,24 miliar. Rinciannya, ekspor migas USD 453,7 juta atau turun 37,4 persen dibandingkan 2012 yang mencapai USD 725,05 juta. Sedangkan ekspor nonmigas USD 15,05 miliar, turun 3,03 persen ketimbang 2012 yang mencapai USD 15,52 miliar. Sedangkan total impor pada tahun lalu mencapai USD 25,04 miliar.
       
Ketua GPEI Jatim Isdarmawan Asrikan mengatakan, kinerja ekspor tahun ini turun karena beberapa hal. Salah satunya, melambatnya ekspor tembaga karena pasokan terganggu. Bahkan, tembaga yang beberapa tahun lalu sempat masuk sepuluh besar komoditas yang diekspor, kini sudah tidak lagi. Selain itu, defisit yang mencapai USD 9,5 miliar disebabkan tingginya kebergantungan Jatim terhadap bahan baku terutama untuk penunjang industri.
       
"Saat ini persentase bahan baku Jatim mencapai 83 persen. Angka itu lebih tinggi dibanding rata-rata nasional 70 persen. Makanya ada pemikiran dari pemerintah provinsi untuk melakukan subtitusi bahan baku impor dengan lokal, dengan tujuan untuk menekan impor," katanya pekan lalu.
       
Dia menilai, masih ada potensi yang harus digerakkan terutama di sektor perkebunan, pertanian, perikanan, dan kehutanan. Selama ini ekspor karet dan barang karet masih mengandalkan bahan baku dari Kalimantan, baru kemudian diolah di Jatim. Padahal, di Jatim masih ada lahan yang bisa dioptimalkan untuk mendongkrak produksi komoditas seperti kopi, kakao, dan karet.
       
"Kopi ini merupakan produk unggulan Indonesia dan Jatim. Tapi sekarang untuk memproduksi kopi kita masih impor biji kopi secara nasional jumlahnya mencapai 50.000-60.000 ton," sebutnya.
       
Tahun ini, membaiknya perekonomian AS dan Eropa bisa mendorong pertumbuhan ekspor. Selain tetap mempertahankan pasar tradisional, pihaknya juga melakukan penetrasi ke negara-negara tujuan ekspor nontradisional seperti Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. "Ditambah ekspor di pasar Asia. Apalagi ini menjelang pelaksanaan ASEAN Economy Community. Kita berharap ekspor bisa tumbuh. Salah satu upaya untuk mendorong itu dengan perbaikan infrastruktur terutama kecepatan arus barang di pelabuhan," tuturnya. (res/oki/mas)

BACA JUGA: Sentimen Global Masih Positif

BACA ARTIKEL LAINNYA... 19 Rute Merpati Ditawarkan ke Maskapai Lain


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler