Minggu (3/9), Kompolnas mengglar konferensi pers di loby JTV di Surabaya. mereka mengklaim telah menyaksikan sendiri kondisi di Kecamatan Omben, Sampang. Kompolnas menyimpulkan akar permasalahan di sampang bukan karena lemahnya aparat mengantisipasi.
Komisioner Kompolnas Muhammad Nasser membeberkan hasil dialog dengan warga setempat. Menurut warga, selama delapan bulan terakhir yang lebih sering datang ke tempat mereka hanya polisi. Mereka melakukan kegiatan polisi masyarakat, mendekati tokoh-tokoh agama di kawasan tersebut.
"Polisi banyak melakukan intervensi sosial," ujarnya. Seperti pemberian bantuan hewan ternak kepada masing-masing kelompok, pengiriman air bersih, pembagian sembako, hingga penyediaan perlengkapan ibadah di masjid-masjid. Polres Sampang juga membantu mengalirkan listrik ke masjid dan sejumlah besar rumah penduduk.
Ditambah lagi, program patroli mondok bersama ketua MUI Sampang dan ulama lokal yang dinilai berpengaruh. "Kegiatan-kegiatan itu justru belum dilakukan oleh instansi yang seharusnya bertanggung jawab soal itu," paparnya. Bagaimanapun juga, tugas polisi hanyalah menjaga keamanan.
Lagipula, berdasarkan pengamatan, pihaknya menilai polisi sudah melakukan prosedur yang ditetapkan untuk mengantisipasi terulangnya peristiwa Desember tahun lalu. Namun, karena peristiwa itu terjadi sangat cepat dan masif, polisi tidak bisa langsung mengantisipasi saat terjadi. Terlebih, konsentrasi polisi terpecah dengan pengamanan puncak arus mudik.
Nasser memberi garis bawah, pencegahan yang dilakukan polisi delapan bulan terakhir tidak didukung oleh Pemkab sampang. Sehingga, terkesan polisi bekerja sendirian. Saat polisi berupaya menenangkan warga, pemkab tidak berupaya mencari jalan lain untuk menciptakan iklim yang kondusif. "Bupatinya terlalu sibuk dengan Pilkada," sambungnya.
Padahal persoalan utama di kecamatan Omben sebenarnya bukanlah keamanan. Melainkan, kesejahteraan di bidang ekonomi dan sosial. "Penyebab utama kasus Sampang adalah kemiskinan. Itu saja," lanjut Nasser. Pemkab Sampang dinilai kurang perhatian pada warga di desa Karang Gayam kecamatan Omben.
Misalnya, kesulitan air, kurang meratanya aliran listrik, serta nyaris tidak ditemukan fasilitas umum di situ. Kondisi tersebut diperparah dengan kondisi sosial dan kultur masyarakat yang tergolong taat dan memiliki fanatisme berlebihan terhadap pemimpin kelompok. Akibatnya, mereka mudah tersulut provokasi. (byu)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polri Dalami Jaringan Teroris Solo
Redaktur : Tim Redaksi