Komunikasi Dukung Paliatif

Sabtu, 14 Juni 2014 – 17:17 WIB
PERLU KOMUNIKASI BAIK: Seorang ayah memperlihatkan hasil rotgen penyakit kanker otak yang diderita anaknya di kediamannya. (Usay Nor Rahmad/Radar Sampit/JPNN)

jpnn.com - SURABAYA – Hal pertama yang dialami pasien atau keluarganya yang divonis terkena penyakit berbahaya adalah shocked dan sulit menerima kenyataan. Karena itu, dokter harus punya trik komunikasi dengan pasien. Bad news tersebut harus bisa disampaikan sebaik mungkin.

Hal itu diungkapkan dr Urip Murtedjo SpBKL PGD PALL Med pada konferensi pers tentang Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Paliatif Ke-8 beberapa waktu lalu. Urip yang juga tergabung dalam tim dokter paliatif RSUD dr Soetomo itu mengungkapkan, komunikasi yang kurang baik dari dokter malah membikin pasien semakin menderita. ’’Salah ngomong,pasien justru tambah sakit. Bahkan, sudah ndak mau berobat lagi,’’ jelasnya.

BACA JUGA: Begadang Nonton Piala Dunia, Tetap Jaga Kesehatan

Dia menandaskan, cara berkomunikasi secara baik dan benar antara dokter dan pasien begitu penting. Sebab, vonis dokter tentang penyakit pasien pasti menimbulkan kecemasan. Ujungnya, pasien cemas dan tambah sakit.

’’Bisa juga pasien malah ndak mau makan. Stres,’’ kata dokter yang akan menjadi salah satu pembicara dalam workshop serta simposium Palliative Care Low Tech, High Touch and Always Serve With Heart, 20–22 Juni, tersebut.

BACA JUGA: Kue-Kue Prancis nan Menawan

Urip mencontohkan seorang pasien kanker di Jakarta. Lantaran trik dan cara penyampaian dari dokter yang kurang tepat, pasien malah menghentikan pengobatan. Dia beralih ke cara alternatif. Karena itu, penyakitnya tambah parah. ’’Hanya karena komunikasi yang buruk, penyakit susah sembuh,’’ ungkapnya.

Demikian pula ketika dokter akan mengoperasi pasien. Informasi lengkap soal tindakan itu tidak boleh hanya diketahui pasien. Keluarga pasien juga harus paham. Bahkan, kalau ada satu anggota keluarga saja yang tidak setuju, operasi tak boleh dilanjutkan.

BACA JUGA: Sering Konsumsi Daging Olahan Berisiko Gagal Jantung

Karena itu, tugas dokter adalah meyakinkan pasien. Intinya, kata Urip, semua harus paham dan setuju.

Para dokter maupun mahasiswa calon dokter harus dibekali teknik komunikasi yang benar. Nah, hal-hal tersebut akan didapat pada workshop pekan depan. Acara itu dihadiri dokter paliatif se-Indonesia, perawat, farmasi, relawan, 53 puskesmas di Surabaya, plus perwakilan 50 RS se-Surabaya.

Urip juga menegaskan bahwa kegiatan tersebut sekaligus melatih peserta untuk tidak hanya pandai mengobati, namun juga pandai berkomunikasi agar pengobatan berjalan lancar. ’’Selain itu, pasien dan keluarga harus ikhlas. Itu juga menjadi kunci keberhasilan komunikasi,’’ sambungnya.

Keberhasilan komunikasi yang dipadu keterampilan medis bisa membantu meningkatkan kualitas hidup pasien. Itulah tujuan utama perawatan paliatif.(bir/c5/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hapus Mitos Narkoba Tingkatkan Stamina


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler