jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Demokrat Syarief Hasan mendorong pemerintah Indonesia untuk tetap siap siaga di perairan Natuna Utara.
Pasalnya, Laut Tiongkok Selatan yang bersentuhan dengan Laut Natuna Utara makin hari kian memanas lewat perseteruan Tiongkok dan Amerika Serikat.
BACA JUGA: Laut China Selatan Memanas, Tiongkok Minta Amerika Tidak Membuang-buang Nyawa Prajurit
Syarief meminta pemerintah agar memberikan perhatian khusus kepada Natuna Utara. Ia menegaskan kekuatan militer di Natuna Utara secara khusus dan Indonesia umumnya harus ditingkatkan untuk mempertahankan wilayah RI bila sewaktu-waktu terjadi perang terbuka.
Sebab, ujar Syarief, bila terjadi terjadi perang terbuka di Laut Tiongkok Selatan maka seluruh negara Asia Tenggara termasuk Indonesia akan merasakan dampaknya.
BACA JUGA: Kepala Bakamla Bertemu Menlu Terkait Keamanan Laut Natuna Utara
"Sehingga pemerintah Indonesia harus memberikan perhatian khusus dalam membangun kekuatan militer untuk meminimalisir bahkan mencegah dampak apabila terjadi perang terbuka," ungkap Syarief Hasan dalam keterangannya, Kamis (7/1).
Anggota Komisi I DPR RI yang membidangi pertahanan itu mengingatkan bahwa perseteruan Tiongkok dan AS ini tidak boleh dianggap remeh.
BACA JUGA: MPR RI: Segera Mengambil Sikap Diplomasi dan Kuatkan TNI di Laut Natuna Utara
Menurutnya, Tiongkok yang membuat klaim sepihak terhadap Laut Tongkok Selatan berdasarkan nine dash line menyebabkan AS juga turut ikut campur.
"Kondisi ini akan berpotensi menjadi perang terbuka dua negara besar di Perairan Cina Selatan," kata anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat itu.
Ia menjelaskan potensi ini memang makin terlihat ketika pesawat perang terbesar Tiongkok Y-20 dikabarkan mendarat di pulau buatan bernama Fiery Cross Reff.
Apalagi, Tiongkok yang sejak awal mengklaim Laut Tiongkok Selatan tengah membangun pulau buatan yang menjadi pangkalan militer di sana.
Sebelumnya, lanjut Syarief, AS juga telah mengirim dua kapal induknya, USS Nimitz dan USS Ronald Reagan ke Laut Tiongkok Selatan untuk menjalani latihan tempur pada 23 Juli lalu.
Tak cuma dua kapal induk, kata dia, Angkatan Laut AS juga mengerahkan dua kapal penjelajah dan dua kapal perusak dalam latihan tersebut.
Syarief juga mengungkapkan Indonesia juga harus membangun kekuatan militer untuk memberikan rasa aman, daya gertak, dan menguatkan pertahanan terutama di perbatasan.
Meski demikian, Syarief juga menilai Indonesia harus mengedepankan diplomasi untuk menghindari potensi perang yang mungkin saja terjadi, terutama di Laut Tiongkok Selatan yang berbatasan dengan Perairan Natuna Utara.
“Pemerintah mengedepankan pendekatan diplomasi, sebagaimana yang pernah ditunjukkan pada pemerintahan SBY yang membangun diplomasi dengan semangat million friends and zero enemy," kata dia.
"Namun, kalau memang terpaksa ada perang terbuka, maka Indonesia juga harus memperkuat militernya untuk menjaga keamanan nasional dan melindungi wilayah Indonesia," pungkas Syarief. (*/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Boy