Kongres Sampah di Jateng jadi Contoh untuk Wilayah Lain

Minggu, 26 Juni 2022 – 21:23 WIB
Kongres Sampah di Klaten, Jawa Tengah. Foto: dok. KS

jpnn.com, KLATEN - Kongres Sampah II di Paseban Candi Plaosan, Desa Bugisan, Prambanan, Klaten, Jateng merekomendasikan hal penting untuk mengelola sampah di wilayah Jateng.

Ada lima rekomendasi pengelolaan sampah yang diikrarkan dari kongres itu.

BACA JUGA: Ganjar Gandeng Komunitas Untuk Selesaikan Masalah Sampah

Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Provinsi Jawa Tengah Peni Rahayu mengatakan rekomendasi dari Kongres Sampah di Klaten itu sangat bagus rumusannya karena sudah mulai terintegrasi dari hulu sampai hilir.

"Tadi sudah ada kesepakatan, ada ikrar bersama yang dibacakan," kata Peni saat penutupan Kongres Sampah di Desa Bugisan, Klaten, Minggu (26/6).

BACA JUGA: KLHK Gelar Festival Peduli Sampah Nasional 2022, Banyak Hal yang Menarik Dipelajari

Ikrar bersama itu di antaranya bergotong-royong berkolaborasi mewujudkan desa mandiri sampah, ngelongi, nganggo, ngolah (telung -ng) yang komitmen pengelolaan sampah harus menjadi mata ajaran atau kurikulum sekolah di segala lapisan.

Ini dilakukan demi lingkungan lestari dan rakyat sejahtera.

BACA JUGA: Survei: Anies Mengungguli Prabowo dan Ganjar Pranowo

Selanjutnya, penguatan kelembagaan yang didukung kebijakan, sumber daya ilmu pengetahuan yang inovatif dan ramah lingkungan juga memerlukan komitmen untuk koneksitas hubungan antarpihak/aktor penting pengelolaan sampah, dan komitmen pengelolaan sampah menjadi salah satu butir janji politik calon pemimpin.

"Apapun eksekutif, yudikatif, mereka punya program kerja di sektor lingkungan karena saat ini sudah sangat kita butuhkan," ujarnya.

Dia menambahkan sesuai hasil masing-masing komisi dalam Kongres Sampah yang dihelat dua hari ini, tercetus agar pengelolaan sampah dimulai dari yang terkecil lebih dahulu.

Dalam hal ini, dari rumah tangga. Mengingat terbesar produk sampah dari rumah tangga.

"Perlakuan dari rumah tangga dalam mengelola sampah. Sampah dari yang terkecil lebih dulu. Kalau yang terkecil sudah tertangani seperti yang kecil dijadikan pupuk. Dari yang terkecil rumah tangga ke RT, mungkin bisa menjadi bank sampah kecil di RT. Kemudian sampai ke kelurahan bisa juga menggunakan ini," imbuhnya.

Peserta Kongres Sampah Deden Lesmana asal Cirebon Jawa Barat mengaku kegiatan Kongres Sampah yang dihadirinya ini akan menjadi contoh untuk diterapkan di wilayahnya.

"Kami dari keluarga Keraton Cirebon ingin melakukan kegiatan ini. Tidak hanya Cirebon, di Jawa Barat juga. Dengan kegiatan sepeeti ini masyarakat lebih merasakan bahwa sampah ada komunitasnya," kata Deden.

Sebab, mengembalikan wilayah menjadi lebih baik lagi, atau kembali gemah-ripah loh jinawi kerto raharjo adalah dambaan leluhurnya.

"Kondisi sampah sudah terlalu banyak dibandingkan jumlah penduduk," ucapnya.

Perwakilan Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) Jateng Suyanto mengatakan Kongres Sampah ini adalah hal bagus karena para pemulung bisa mengetahui kegiatan pengelolaan.

"Kontribusi pemulung sangat besar. Ini terima kasih, dengan adanya Kongres Sampah. Ke depannya, bisa berkolaborasi dengan pemerintah," ucapnya.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat hadir dalam Kongres Sampah di Klaten, Sabtu (25/6) malam menyampaikan agar persoalan sampah bisa tertangani dengan baik. (flo/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler