jpnn.com, YOGYAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menggandeng Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk meneliti keberadaan Sesar Mataram yang disebut aktif oleh peneliti BRIN.
Konon peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut sesar aktif tersebut berada di kedalaman bumi wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
BACA JUGA: Misteri Menghilangnya Dosen UII, Begini Info dari Irjen Krishna Murti, Oalah
"BMKG bekerja sama dengan UGM dalam hal ini FMIPA, Fisika, dan Geofisika UGM bersama-sama dalam Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) melakukan penelitian di daerah yang diduga (Sesar Mataram) dari hasil penelitian terdahulu," kata Staf Stasiun Geofisika Kelas I Sleman Ayu K. Ekarsti saat dihubungi di Yogyakarta, Selasa (21/2).
Tim BMKG bersama para peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM akan memantau kondisi di bawah permukaan tanah yang disebutkan peneliti dari BRIN dilintasi Sesar Mataram.
BACA JUGA: Puluhan Rumah Warga di Garut Rusak Diguncang Gempa Sesar Garsela
Ayu menerangkan metode penelitian BMKG tersebut di antaranya akan menggunakan kajian ilmu geofisika dengan seismograf sebagai alat ukurnya.
Nantinya mereka akan menganalisis untuk melihat bagaimana profil bawah permukaan tanah wilayah DIY. "Saat ini sedang proses penggodokan penentuan lokasi titik ukur," ucapnya.
BACA JUGA: Masih Menunggu Pengumuman PPPK Guru 2022? Ah Kacau, Apa Kabar Prof Nunuk & Pak Bima?
Walakin, berdasarkan pendekatan data kegempaan, BMKG Yogyakarta selama ini belum menemukan adanya aktivitas gempa di lokasi sesar yang keberadaanya diklaim oleh peneliti BRIN.
Menurut Ayu, keberadaan sesar aktif seharusnya dapat diidentifikasi manakala daerah yang diduga dilintasi pernah terjadi gempa bumi.
"Dari kacamata BMKG, kami belum menemukan adanya kegempaan di lokasi tersebut," ucapnya.
Akan tetapi, dia berharap dengan menggunakan pendekatan lain atau dengan kacamata geodesi atau pengukuran geofisika bisa lebih memperkuat apakah hasil temuan itu memang benar atau tidak.
Sebelumnya, Peneliti Ahli Utama BRIN Danny Hilman Natawidjaja menyebut selain terdapat Sesar Opak yang menyebabkan gempa pada 2006, di wilayah Yogyakarta ternyata ada sesar aktif yang sebelumnya belum terpetakan.
Berdasar data pemutakhiran sesar aktif yang dilakukan BRIN, Danny menyebut sesar yang membentang dari timur ke barat tersebut baru dipetakan pada 2021 dengan nama Sesar Mataram.
Danny mengatakan pada Sesar Mataram bagian timur sebelumnya dikenal sebagai Sesar Dengkeng.
"Ini sebetulnya sudah dikenal juga sebagai Sesar Dengkeng pada waktu itu di sebelah timurnya, tetapi baru diketahui bahwa Sesar Dengkeng ini masih menerus ke arah barat melewati tengah-tengah Kota Yogyakarta," beber Danny.
Temuan itu disampaikan Danny Hilman Natawidjaja dalam acara lokakarya nasional 'Perkembangan Terkini Pemutakhiran Peta Sumber Dan Bahaya Gempa Indonesia' di Jakarta, 29-30 November 2022 yang juga disiarkan melalui akun Youtube Kementerian PUPR.
Meski belum ada studi yang lebih rinci, Danny menyebut Sesar Mataram terlihat berasosiasi dengan 'offset stream' berdasarkan studi survei geolistrik dan pemetaan berdasarkan morfologi.
Terpisah, pakar geofisika FMIPA UGM Wiwit Suryanto mendukung penuh rencana BMKG menggelar penelitian lanjutan atas hasil studi BRIN terkait Sesar Mataram.
Dia berkata munculnya sesar atau patahan-patahan baru di wilayah DIY sangat memungkinkan dipicu oleh gempa-gempa yang terjadi sebelumnya.
"Bumi ini kan dinamis, patahan yang dulu tidak aktif, juga bisa menjadi aktif," ujar Wiwit.
Sementara itu, Manajer Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD DIY Lilik Andi Aryanto menunggu hasil kajian resmi dari BMKG Yogyakarta terkait keberadaan sesar aktif baru tersebut.
Hasil kajian dari BMKG nantinya akan menjadi dasar BPBD DIY menyusun peta risiko bencana gempa bumi yang baru apabila Sesar Mataram telah dipastikan berada di DIY.(antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam